Serriel ~ 50

835 24 0
                                    

"Tiara , liat deh , rumput nya glow in the dark! Keren , deh!" ucap Ariel seraya mengarahkan senternya ke salah satu rerumputan.

Tidak ada yang menjawab. Hanya suara jangkrik yang terdengar disana. Namun , Ariel masih tidak memperdulikannya dan terus berjalan seolah ada Tiara di belakangnya.

Langkah kaki Ariel terhenti dan bungkuk sedikit memegang lututnya.

"Tiara , gue cape. Mau balik ke tenda aja enggak?"

Hening.

"Gue tau lo juga cape jadi yaud----"

Ariel berbalik dan tidak melihat sosok Tiara disana. Dengan mata yang tidak berkedip sama sekali , Ariel masih terdiam di tempatnya berdiri.

"Tiara?"

"Tiara , lo dimana?"

"Lo ngerjain gue ya?"

"Ini sama sekali enggak lucu , Tiara."

"Tiara!"

Ariel mulai ketakutan. Keringatnya mengucur deras. Dia mulai mengarahkan senternya ke sembarang arah. Hanya itulah satu satunya penerangan disana.

"Tiara , lo jangan bercanda! Ini enggak lucu!"

Langkah Ariel bergerak semakin jauh kedalam hutan. Dia berjalan tanpa tujuan.

"Tiara , lo dimana! Jangan tinggalin gue!"

Semakin dalam dan semakin gelap. Lampu senter yang Ariel bawa perlahan redup. Ariel tidak mengisi dayanya terlebih dahulu sebelum ia bawa.

"Aduh jangan mati dulu , please." ucap Ariel seraya menepuk nepuk senternya.

Namun sayangnya , daya senter Ariel semakin melemah dan akhirnya mati total. Semuanya menjadi gelap dan Ariel tidak dapat melihat apapun di sekitarnya.

Rasanya tidak ada lagi harapan didalam diri Ariel. Lampu senternya mati dan ponselnya tertinggal di tenda. Hutan yang sangat gelap itu membuat air mata Ariel keluar.

Ariel terduduk di tanah. Dalam keadaan seperti ini , dia hanya berharap bahwa Tuhan mengirimkan cahaya kepadanya. Setidaknya , supaya dia bisa tetap berjalan dan mencari bantuan.

"Tiara!" teriak Ariel.

"Lo dimana!"

Mungkin teriakan Ariel mengundang amarah penghuni hutan. Suara suara aneh mulai terdengar sesaat setelah Ariel berteriak.

Ariel terkejut.

"Siapa disana!?"

Suara itu semakin kencang dan seperti mendekati Ariel. Karena ketakutan , Ariel berlari sekencang kencangnya. Suara itu seakan mengejar Ariel.

"Tolong jangan ganggu gue!" serunya dikala berlari.

Ariel tetap berlari sampai kakinya tersandung sebuah batu yang ukurannya tidak terlalu besar namun sangat keras. Kakinya membiru dan terseleo.

Ariel meringis keras. Tak kuat menahan sakit di kakinya itu. Ariel tak kuasa menahan air matanya juga. Disaat yang seperti ini , Ariel tidak bisa jika tidak menangis.

"Sergio , tolong aku. Kaki aku sakit banget." ucapnya sambil menangis.

Suara itu tetap saja mengejar Ariel. Ariel yang sudah terduduk di tanah itu masih saja ketakutan. Ariel pun mencoba berdiri walaupun kondisi kakinya tidak memungkinkan untuk berlari lagi.

Saat sedang mencoba , suara itu hilang dan tidak lagi mengejar Ariel. Keinginannya saat ini hanyalah bertemu keluarganya serta Sergio dan pergi dari hutan ini.

SerrielWhere stories live. Discover now