Arc End -Tamat

146 17 1
                                    

"Bla-Bla-Blah! Kamu pikir aku gak tau semuanya?? Kamu pikir aku itu goblok, tuli, gak peka jadinya kamu berani bilang kaya gitu!?"

Aku berteriak kesal.

"Hanya karena kecelakaan, Flaky harus dibunuh!? Jangan bercanda!! APA-APAAN ITU!? BODOH BANGET!!!"

Aku masih saja mengoceh, berteriak menumpahkan kekesalanku.

"Aku gak peduli! Biarpun gitu, aku gak peduli!"

"Meskipun aku tahu dari awal, dari tengah, atau sekarang, aku gak peduli!!"

"Meskipun kau terlalu pintar, terlalu bodoh, terlalu rajin, terlalu ceroboh, aku tak peduli!!!"

"Tak peduli apapun bakat yang kalian miliki, gelar super aneh apa lagi yang kalian miliki, aku tetap tak akan peduli!"

"Aku pasti akan menyelamatkanmu, juga kota ini dari legenda terkutuk itu! Semuanya akan berakhir sekarang!"

Aku mendatangi Flaky. Tangan kami berdarah, atau setidaknya dipenuhi darah. Entah dari masa lampau atau baru saja terkena, kami sudah berlumuran darah. Kisah hidup kami memang berbeda, sebagian dari kutukan kota ini, tapi sebagian lagi memang akibat perbuatan, keputusan atas yang kami ambil.

Toothy tertawa, "Hah, memangnya apa yang bisa kau lakukan? Semua yang kau lakukan, tetap berdampak jelek di akhirnya nanti"

"Apa yang  akan aku lakukan? HAHA! Jangan bodoh, sesekali kamu bisa bodoh juga ya, Toothy!" Aku mengejek laki-laki dalam tablet tersebut. "Bukan aku yang melakukannya, tapi Kami!"

Aku memandang Flaky, dia memandangku. Cukup dengan saling berpandangan saja, kami yakin. Kami tahu apa yang harus kami lakukan, kami sudah mengerti bagaimana mengakhiri mimpi buruk tanpa ujung ini.

"Jika aku mati, Flaky masih akan hidup, membuat anak Ular lain dan mengundang kejahatan serta kematian dari kutukan. Jika Flaky mati kubunuh, Ular baru akan lahir dan aku tetap akan menjadi pelayan Ular selanjutnya, kami mengerti itu"

Aku mengelus kepala Flaky ketika mengatakannya, Flaky terpejam. Mata sembab, bodoh dan baru saja menangis itu memancarkan ketenangan, juga keikhlasan. Dia tahu apa yang aku inginkan darinya saat ini.

Aku menggenggam tangannya erat-erat.

"Aku akan membawa Flaky bersamaku, Toothy. Itulah jalan yang akan kupilih."

Toothy tak merespons.

Kami melihat jauhnya dasar dari atap gedung sekolah. Angin berembus kencang sementara matahari memperhatikan dari kejauhan, dan kali ini dia menyembunyikan dirinya dibalik awan, enggan untuk melihat. Di dasar, tanah terlihat begitu jauh, amat menyeramkan.

Kami berdua berdiri memandangi dasar sekolahan.

"Nyawa kami adalah milik kami, Toothy" kataku "Dan tak ada satupun diantara kalian yang memiliki hak untuk menentukan, apakah kami harus mati disini atau ditempat lain!!"

Yah, kami memejamkan mata. Kami hendak lompat.

Lompat dari atap sekolah.

Jika kami berdua mati sekaligus, maka berarti aku membunuh Flaky, dan Flaky membunuhku.

Kutukan tak akan berjalan lagi.

Kami tak akan tersiksa lagi.

Cerita 'I Was My Asensiorekta' tak perlu terulang lagi.

Tahukah kau arti kata tersebut?

Aku yang menamainya, artinya ialah "Aku adalah Asensiorektaku sendiri"

Apa itu Asensiorekta?

Aku selalu ingin mengucapkannya, selalu ingin menjelaskannya pada kalian. Apa makna dari kalimat spesial tersebut. Hanyalah sebuah kata yang kuujarkan ke Flaky saat pertama kali bertemu, saat melihat bintang di langit.

Asensiorekta adalah jam terbitnya suatu bintang dikaitkan dari jam terbitnya Aries.

Bahasa gampangnya, makna kalimat tersebut adalah "Aku adalah Jam terbitnya suatu bintangku sendiri"

Atau bisa dibilang,

"Aku adalah milikmu, Flaky"

Majasku rumit, ya?

Banyak yang bilang aku sepert alien, karena susah dimengerti.

Atau susah dimengerti, karena aku tak terlihat mencoba mengerti.

...

... ...

Ah, ngomong apa aku ini?

Biarlah semuanya berakhir.

Cukup melompat saja, tak ada yang menghentikan kami.

Kami membuka mata.

Kami melakukan aba-aba bersama-sama.

Satu, dua, tiga!

Kami merasakan langit melayang begitu jauh.

........................................................................... Begitu jauh...

"BERHENTI!"

Ssebuah tangan menarikku saat aku melompat.

Tapi dia mendorong Flaky saat kami melompat.

Saat itu, dia terhuyung, juga ikut terjatuh.

Seolah dia menggantikan tempatku.

Dia berteriak dari kejauhan,

"Nyawamu memang milikmu, tapi kau jangan seenaknya bunuh diri begitu dong!"

Orang itu adalah Splendid, dan di tubuhnya ada banyak bekas luka. Darah sudah mengucur saat dia mendorongku balik.

"Kau mungkin tokoh utama cerita ini, Flippy. Tapi ingat, akulah sang pahlawannya."

Dia tersenyum lepas. Melambaikan tangannya sementara dia terus menjauh, hingga saat mereka terjatuh. Memunculkan rona bunga mawar merah. Aku tak mampu berkata apa-apa lagi.

Toothy berbisik padaku.

"Bahkan jika kalian berdua bunuh diri, Ular berikutnya tetap akan lahir, Flippy, karena pada saat itu kau juga mati... Hanya orang yang tidak terkait kasus Ular ini sedikitpun lah, yang bisa mengakhiri legenda ini. Bisa dibilang seorang 'Pahlawan'... Dan Splendidlah orangnya..."

Toothy memandangi dirinya sendiri dengan mata berkilau.

"Cukup sampai sini. Aku juga lelah, kamu pikir aku tidak lelah? Aku tahu segalanya, dan itu tidak berarti baik. Aku sudah tahu aku akan kehilangan banyak temanku yang berharga, tapi aku tetap harus mengorbankan mereka demi menyelamatkan kota ini. Aku jahat kan? Aku paham, orang yang tahu segalanya tapi tak berbuat apa-apa itu jauh lebih jahat daripada setan, iblis ataupun Ular itu sendiri."

"Sebenarnya, mungkin aku adalah antagonis paling jahat dari cerita ini"

Tablet yang memutar video Toothy terhenti, film selesai.

Semuanya selesai.

I Was My AsensiorektaWhere stories live. Discover now