I Was My Asensiorekta, Arc 04

61 15 1
                                    

"yes"

Jawaban Flaky membuatku terbelalak tidak percaya. Aku perlu mengucek mataku dua kali hingga setidaknya yakin apa yang kudengar (nah- mengucek mata untuk mengecek pendengaran! Aku begitu Pintar!)

"yes, Flippy. yes untuk yes" Ulang Flaky

"Kamu lagi gak niruin potongan drama korea gitu kan, buat jawab permintaanku kan?" Kataku menyelidik, penuh rasa curiga.

"Gak kok"

"Lagi taruhan sama Petunia?"

"Ih, kamu! Kan sudah kubilang enggak! Masa harus ngulang tiga kali sih?"

Aku memprediksi bahwa Flaky justru melontarkan pernyataan aneh, bukan yes maupun no. Tapi... bukan berarti aku membenci jawabannya kali ini. Hatiku berbunga-bunga. Akhirnyaaa!!! Tapi tetap kujaga dengan sepenuh ke-jaim-an. Stay calm and cool.

"No, no, no!!" Splendid  menerobos masuk, menarik Flaky dari hadapanku lalu menggeret dalam pelukannya. "Kalian masih terlalu dini, aku tak setuju!"

"Apa hakmu!?" Aku balas menarik Flaky, kami bermain tarik tambang. Petunia yang mengintip dari balik tembok jijik lihat wajah Flaky yang kegeeran. Senyum-senyum sendiri kayak baru kesambet jin lewat.

Splendid membalasku "Aku dan dia sudah bertunangan, kamulah yang tak berhak mendapatkannya"

"Itu kan hanya dalam rencana! Sekarang tugasmu sudah seleai dan tidak ada lagi tunang-tunangan. Flaky sudah jadi manusia yang bebas dari gangguan apapun!" Kataku, tapi melupakan ketombenya.

"Sudah-sudah, kalian itu, sudah dewasa masih main rebutan kayak bocah aja. Pikir dong, memperebutkan satu cewek padahal ada dua, peka dikit gitu napah" Petunia tiba-tiba menerobos masuk. Flaky membalasnya dengan senyum geer.

"Maklum, cewek cantik punya suami dua, biasa direbutin" Kata Flaky ngaco, lalu Petunia memberikannya pukulan maut. Setelah 'Ouch' dan 'awwww', Flaky terkapar tak berdaya. Kami berdua memandangi Flaky, lalu menatap Petunia yang membuat wajah ngeri. Dia kemudian menggendong Flaky di pundaknya.

"Kita adakan lomba saja, masalah tak akan selesai jika Flaky ikut campur" Petunia berpikir sebentar "Aku pernah dengar kalo gak salah Flaky menginginkan bunga kamboja yang tumbuh di atap sekolah. Sayang atap sekolah sekarang ditutup dan dilarang dimasuki"

"Gara-gara Flaky aneh-aneh sampai tergantung di jendela dulu ya?' Aku miris.

"Yah, tu dia. Lomba memetikkan bunga! Siapa cepat dia dapat, peraturannya akan kujelaskan di sekolah. Siapa yang memenangkan lomba ini, dialah yang berhak mendapatkannya. Setuju?"

Kami bertatapan, lalu perlahan mengangguk. Setelah beberpa persiapan, kami berangkat ke sekolah.

Kala itu, aku belum sadar bahwa banyak mata yang mengawasi kami dari belakang. Masing-masing bersembunyi dalam samaran maupun riasan yang berbeda.

"Yo, target sudah keluar. Mari kejar, yo!"

Polisi Afro Disco Bear keluar dari mobil, dia menghadap seseorang.

"Mr. Mole, yo! Para Tetikus sudah keluar, yeah. Apa intruksi selanjutnya, hah!?" Nadanya ngerap, cenderung cepat. Mr. Mole yang buta bisu, mengetuk-ngetukkan tongkat ke lantai tiga kali.

"Oh, saya mengerti, yo! Buntuti para tersangka Ular wah! Lalu..." Disco Bear mencoba membuat nada yang pas untuk rapnya "Bunuh mereka jika mencurigakan, yeaahhh!!!"

Mr.Mole mengetukkan tongkatnya satu kali, menunjukkan iya.



I Was My AsensiorektaWhere stories live. Discover now