Journalist Blossom, Arc 05

93 18 1
                                    

Tangan Polisi-polisi yang sama, seragam yang sama, model senjata juga sama, mengacung pada mobil tempat Splendid tersadar. Baju Splendid diwarnai oleh darah. Bau anyir dari mayat, suasana gelap sepi cahaya. Senter-senter polisi terarah langsung pada Splendid. Mereka berkali-kali menyeru untuk menyerah. Waktu terus berpapas pergi. Hanya detuk jantung Splendid yang masih berdetak, tak berirama dalam mobil.

"Lu yang didalam -yeah! Gua Dapet kabar, Gua dapat info. Dari orang, die bilang, Loe-loe yang duduk di pojokan mobil telah tembak orang sampai berdarah. OH MY GOD!" Polisi Afro menjerit. "MAYAATT" Suaranya jadi suara cewek.

"Hiih, dia pembunuh. Tangkep aja cyiinnn" Disco Bear, begitulah nama yang terapmpang di bawah lencana bintang seragam polisi Afro, memerintah. "Eykeh takuttt"

Krek! Pintu dibuka paksa oleh tancapan-tancapan linggis di engsel-engsel mobil. Bagasi belakang terbuka.  Ada dua orang, memakai topi memaksa tubuh Splendid keluar dari posisinya terpaku. Splendid hanya memasang pose marmer. Tetap putih tak bicara.

Raga Splendid dilempar, menabrak tiang penyangga gudang. Splendid terbatuk. Dia dilumpuhkan. Punggungnya disodorkan oleh sepatu PDL besar, meninggalkan bekas hitam. Klek! Borgol mengunci. Kedua tangan Splendid terkatup rapat.

Apa yang masuk ke retina matanya memudar, Splendid merasa bersalah. Kini dia dipenuhi amarah, jengkel, kekalutan dan ketidak-tahuan. Bayangan polisi afro terbelah dua. Dia mendesak kedua polisi yang memborgolnya, balas mendorong. Lalu kembali ke mobil. "Toothy! Toothy!"

Berulang-ulang Splendid berteriak. Nama yang dipanggilnya tak kunjung juga bangun.

"Sadarlah, sialan! Kau bercanda kan!? Kau tahu segalanya, Memang kau tahu kalau kau akan mati!? Goblok!" Splendid menendang-nendang pintu mobil. Jenazah Toothy bergetar.

"Berhenti, jangan bergerak atau kutembak!" Seru salah seorang polisi.

"Berisik!" Dia menatap polisi garang. "Kalian pikir kalian juga tahu segalanya?" Splendid maju.

"Bergerak mendekat lagi akan benar-benar kutembak!" Ancaman polisi juga tak kalah kencang. Tapi polisi muda itu kelihatan gugup, tubuhnya gemetaran.

"Coba saja kalau berani!" Splendid menerjang, berusaha menghindar dari polisi. Setiap orang dalam posisi siaga.

Dor!

Suara letupan peluru. Langkah Splendid terhenti, otot perutnya terasa amat nyeri. Darah merembes keluar, dia terhuyung. Tiga letusan perluru meletus lagi dari sangkarnya.

Suara gedebug berdebum keras. Langkah Splendid berakhir tersungkur di tanah.

"Siapa diantara kalian yang MENEMBAKNYAA!???" Polisi afro, yang makin stress karena jabatannya terancam jadi murka.

"Kapten, dia melawan. Jadi menembaknya itu legal." Dua bawahan yang memborgol Splendidnya mengangkat tubuhnya. "Serahkan saja mayatnya pada kami.Akan kami antar ke forensik"

Polisi Afro itu tak bisa berbuat apa-apa. Dia sudah stress gara-gara jabatan dan kasus, sekarang anak buahnya bertindak sembrono. Siapa tadi yang menembak Yo? Harus Dimarahi!

Polisi muda penggugup, melapor kepada Disco Bear.

"Kapten, haruskah pemeriksaan jenazah dilakukan? Forensik sudah menunggu di depan"

"Lah?" Disco Bear kebingungan "Bukannya dua kawanmu itu membawanya ke forensik lewat belakang Yo?"

"Kapten itu gimana? Jelas-jelas aja mereka tadi bilang mereka itu pasukan pengawal khusus penyelidik jenazah sewaan anda, kapten."

Sebuah kertas terselip di sabuk polisi penggugup. Disco Bear segera menyambarnya.

"Hell No! Kita ditipuhhh!" Jerit Disco Bear kembali "Dari surat mereka, Mayat pelakunya dicuri oleh duo perampok paling beringas, paling dahsyat, paling mantap serta paling jahat di dunia. Si kembar Lifthy dan Shifty! Mereka menyamar menjadi polisi barusan, NOOOOO!!!"

Disco Bear sadar karir kaptennya berakhir tamat. Selamat tinggal kemewahan! Halo pengangguran!

I Was My AsensiorektaWhere stories live. Discover now