Journalist Blossom, Arc 04

100 18 2
                                    

"Toothy? Kamu kok..." Ucapanku diputus. Dia memberiku senyuman. Senyuman yang dilemparkannya padaku memberikan banyak makna.

Jalanan macet. Mobil berdesakan. Asap-asap hitam membumbung dari knalpot setiap kendaraan yang lewat. Setiap keinginan rasa tahu Splendid terbuang menyakitkan ditelan umpatan-umpatan pengendara yang marah. Toothy juga tak bicara. Dalam mobil, tetaplah Nutty yang berisik. Setoples besar gula dihadiahkan padanya, Nutty langsung bersemangat.

Rasanya bagai dalam rumah boneka. Mulut Splendid terjahit ketat. Badannya bagai dipaku di kursi duduk. 

"Aku tahu segalanya" Laki-laki tonggos itu menaruh tangannya di depan muka, berpose sinis.

Splendid tetap dalam mode mendengarkan.

"Hari ini, setelah kamu mendatangi kediaman Mr.Lumpy, kau tidak bertemu dengan yang punya rumah selain anak-anak dan temannya saja. Kau pergi membeli kopi kotak, memarkir sepeda, memutuskan berjalan-jalan ke taman, melewati gang kecil dan mendapati berita kasus mengenai diriku" Toothy memoleskan seringainya kembali. "Jangan takjub. Aku kan memang jenius. Dasar si jenius!"

Splendid ngeri, Toothy bahkan tahu umpatan apa yang selalu Splendid tujukan pada Toothy!

"Aku bahkan mengerti pengalamanmu, aib terkelam milikmu" Dia manggut-manngut "Umur sembilan tahun, ketika masih sekolah dasar, kau menembak seorang gadis dan kau ditolak.  Sejak saat itu kau membenci semua cewek. Bisa-bisa dikira maho lho"

Dalam kendaraan roda empat itu, Splendid hanya manyun asem-asem. Nyumpahin Toothy dalam hati.

"Aku tahu segalanya. Akulah Toothy yang maha hebat" Suaranya sangat angkuh. Nutty menjawabnya dengan tepuk tangan. "Hari ini motif celana dalammu adalah kotak-kotak biru. Ada namamu di pojok kirinya"

Kebiasaan iseng Toothy biasanya dia balas dengan pukulan dalam kondisi normal. Splendid mawas diri, salah langkah bisa melubangi kepalanya. Dia tak tahu suatu saat Toothy bisa saja menyerang, seperti si penjaga taman anak buahnya.

"Kamu kok sangat tegang? Biasa aja, aku masih kawanmu kok" Dia menepuk-nepuk punggungku "Kasus Penembakan pistol pada anak-anak itu masa laluku saat remaja. Seorang pria sejati tak akan mengulangi kebodohannya dua kali" Kata-katanya tak bisa membuat Splendid tenang.

"Apa yang bisa membuatku percaya? Dasar jenius!" Cibir Splendid.

 "Tak ada. Tapi biar kuberitahu, kepalamu berharga bagi seseorang" Lidahnya keluar, menjilati ujung bibirnya "Aku perlu menyerangmu dalam keadaan gelisah agar pengintaimu tidak curiga"

"Aku diincar?" Tanya Splendid "Selain kau, sekarang siapa lagi?"

"Ups. Informasi rahasia. Sisanya daerah terlarang." Telunjuknya ditaruh didepan bibir. Badannya berputar, tangannya merogoh jok. Satu-satu Toothy mengeluarkan banyak bungkusan plastik berisi tablet.

"Minumlah, maka kau akan selamat."

"Mengapa aku harus melakukannya!? Kamu mau kupukul? Ngajak berantem?"

"Ayolah, Hanya sejenis  obat tidur aja, Cuma dengan dosis lebih keras" Katanya. Dia tertawa dan tertawa.  "Mau melawan? Jangan berlagak, kau kan bukan superhero."

"Aku..." Kata-katanya menusuk dalam. Kenangan masa lalu Splendid terputar dalam ingatan. Toothy yang sadar segera mendesak Splendid "Kau minum sendiri atau aku minumkan?"

"Sialan! Coba kalo berani!" Splendid mengacungkan tinju.

"Nutty!" Perkataan Toothy direspon cepat, Nutty memegangi lengan Splendid kebelakang. Rontaannya ditahan dengan putaran cepat Toothy. Kedua sikutnya menusuk bahu Splendid, badannya menibani tubuh Splendid hingga dia kesusahan bergerak. Telapak tangan Toothy menyentuh pipi, Toothy menaruh obat di bibirnya.

"Aku akan memberikannya paksa dari mulut ke mulut kalau kau menolak" Toothy mendekat, matanya terpejam, wajahnya semakin dekat.

"Baiklah! Baiklah, tapi menjauh dariku!" Jidat Splendid maju secepat kereta, menabrak tulang hidung Toothy. Langsung saja Toothy mundur kebelakang sambil meringis. Hidungnya merah,  hasilnya dia mimisan. 

"Oh, syukurlah" Toothy cekikikan "Aku ngerti sih kalau kamu bakal mukul, tapi antep juga tenagamu, masih kaya kebo" Hidungnya masih berdarah, sepuluh tisu dijejalkan masuk. Bayangkan saja sendiri jadi berapa meter jari-jari hidung Toothy karena dibentur Splendid. "Syukurlah, ternyata kamu gak bener-bener jadi maho. Aku terharu" Toothy nangis buaya.

Dengan masa bodoh, Splendid menyambar sebutir tablet obat. Tablet itu langsung meluncur turun ke tenggorokannya tanpa dikunyah. Hatinya dibuat ilfeel atas kelakukan Toothy.

Mobil terhenti, kekosongan kepala Splendid hanya menangkap bahwa Nutty diturunkan pada halaman suatu sekolah. Bayangannya makin buram. Warna kunang-kunang muncul, percikan api buram menyelimuti pandangan. Pohon-pohon di jalanan bergoyang gila. Dia menoleh ke Toothy, dia hanya mendapati beberapa kalimat darinya. Splendid tak mampu berbuat apa-apa.

Toothy memeluk Splendid, pelukan erat. Entah apa maksudnya, Toothy mengucapkan kata-kata berpisah. Tidak semuanya jelas. Rasa kantuk menelan Splendid begitu kuat. Dia hanya melihat wajah Toothy yang berkaca--kaca, terus berbicara terserak-serak. Semakin dilihat, hanya putih. Kaalimat yang diucapkannya, juga begitu putih...

"Terimakasih sudah menjadi sahabatku, selama ini Splendid"

Splendid tak menjawab. Beban di kelopaknya terus memberat.

"Kau si dingin yang bodoh" Kata Toothy. Pandangan Splendid terputus, dia makin kesusahan menangkap kata-kata Toothy.

"Apapun yang terjadi... aku tahu segalanya. Jangan ragu untuk melangkah, Splendid. Kau masih bisa menjadi superhero seperti sedia kala, seperti masa kejayaanmu sebelumnya" Bisik Toothy " Ingatlah, terus berjuang, dan percayalah padaku..."

Toothy melepas pelukan persahabatannya, tubuh Splendid oleng ke belakang.

"Sampai jumpa..." Si tonggos tersenyum. Tersenyum membuka giginya lebar-lebar. Sinar matahari menyilaukan menyinarinya dari belakang. Perlahan, mata Splendid tertutup. Dia bisu, buta, tuli, lumpuh untuk sementara waktu. Dia tak membuka matanya untuk sekian lama.

plep!

plep!

plep!

Senyuman Toothy sudah memudar ketika Splendid membuka mata. Di wajah itu hanya ada darah. Matanya tertutup. Masih dalam mobil yang sama, Splendid terbangun mendapati dirinya terkunci dalam ruangan tertutup. Tubuhnya ternoda. Rona-rona merah serta keputus-asaan membangunkan Splendid dari ketidakwarasan obat.

Didapatinya sebuah pistol tergeletak, tergenggam di tangan Splendid pribadi. Toothy tewas bersimbah darah, ada bekas peluru bersarang di bahu dan di dada kirinya, satu tepat di jantung. Penjaga taman yang menjadi sopir Toothy bernasib lebih buruk, sebuah sajam memotong urat lehernya menjadi dua. Mereka masih dalam posisi sama sebagaimana mereka duduk sebelumnya, hanya tanpa nyawa di masing-masing tubuh.

 Tidak ada yang Splendid lakukan. Termenung, dia membeku. Tenggorokannya tercekat akibat syok hebat. Pupilnya mengecil. Darah menuruni wajah sehingga dia pucat bagai zombie, bahkan seperti jenazah Toothy.

Bahkan ketika segerombolan manusia masuk, meneriakkan panggilan mereka dan berseru padanya dalam mobil. Dia tetap tak bergeming. Kepalanya masih saja kosong menyerupai luar angkasa.

"Perhatian, ini Polisi! Disco bear di tempat siap beraksi -yeah!" Kata pemimpin mereka yang berambut kribo. "Menyerah yo! My hell no!"

Bodoh sekali, ya?

I Was My AsensiorektaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang