Friendship Beetwen Love, Arc End

73 14 4
                                    

Dunia ingatan berloncatan, membentuk ilusi, saling berteleportasi dalam motif-motif tertentu. Flippy membenahi seluruh masa lampaunya, dan apa yang dikatakan Petunia adalah benar. Segalanya sudah menjadi benar.

Kala itu, Flippy tak akan lupa bagaimana penampilan Russel ketika memasuki rumah.

Dia sangar, seorang wanita sangar. Lebih mirip perompak daripada wanita pada umumnya. Tipe yang khas untuk dilihat.

Perempuan itu bertubuh rata bagaikan tebing, tidak punya sisi feminim. Ditindik, juga memakai kaki palsu. Kaki dari kayu yang berbunyi klutuk-klutuk jika berjalan. Seorang perempuan macho dengan taraf bajak laut.

Jika bicara, suaranya kencang sekali. Nadanya seperti orang marah. Bisa membuat orang tuli tuli sekali lagi. Juga memiliki penyakit kulit hingga dia terlihat bersisik. Sewaktu-waktu sisik kulitnya itu berhamburan di tanah (mirip ketombe Flaky).

Orangtua Flippy perhatian sekali padanya, mereka tak mengabaikan Flippy -tentu, tapi tetap saja perhatian mereka ke Flippy menjadi berkurang. Flippy kecil tidak memusingkan hal tersebut banyak-banyak, namun Russel peduli. Tanpa diketahuinya, Russel begitu mempedulikan intensitas rasa kasih sayang yang diberikan orang tua angkatnya padanya. Russel memusingkan perkara tersebut.

Dia tak suka dikasihani, dia tak suka terlalu diperhatikan. Russel suka kebebasan -itu membuat tindak tanduknya harus selalu diperhatikan, dan dia membencinya. Russel lalu memberontak.

Pemberontakan pertamanya ialah dia berbuat onar bersama temannya yang bernama Shifthy dan Lifthy. Mereka kerap mampir ke rumah Flippy, jadi Flippy mengenali mereka. Mereka membawa wanita itu dan pulang ke rumah larut sekali. 

Itu masih dalam taraf yang wajar, setidaknya, hanya nakal yang wajar.

Jam selanjutnya ia menjadi tak wajar, dia membawa bubuk putih. Dikatakannya itu garam, tapi itu bukan garam. Dia juga membawa daun, tapi tidak untuk dimasak. Untuk dibakar, dibaakar dan dinikmati asapnya.

Russel memasuki dunia narkoba, narkotika dan obat-obat terlarang didalamnya. Bukan sebagai pengguna, melainkan pengedar.

Dia memang bagaikan bajak laut, licin dan susah diatur. Kejahatannya jelas tapi tak ada cara yang bisa membuatnya tertangkap. Dia baru berhenti setelah polisi datang, lalu orangtua Flippy menyelesaikan semuanya dengan jalur uang. Uang. Uang. Banyak yang keluar dari kocek untuk menyelamatkan Russel, sementara wanita itu tetap kurang ajar perilakunya.

Hingga suatu hari, Russel pulang dengan warna rambut yang amat berbeda. Pada malam itu, hanya Flippy yang tahu, rambutnya yang bewarna biru-kehijauan menjadi putih. Putih tulang. Pupil matanya merah. Didalam kamar, Flippy memperhatikan Russel menangis. Pertama-kalinya Flippy melihat wanita itu menitikkan air mata, memperhatikan kaca sambil terisak tersedu-sedu. Dia menggumamkan sesuatu, tapi telinga Flippy tak mampu menangkapnya.

Beberapa hari kemudian, perempuan itu tewas. Ditembak, katanya. Itulah kisah terakhir Flippy mengenai Russel.

Flaky, Splendid dan Petunia sudah berkumpul, duduk berkeliling mendengarkan cerita dari Flippy. Mereka memperhatikan dengan baik. Splendid terutama, dia amat merenungi kisah tersebut.

"Wow" Komentar Flaky "Ternyata kamu punya kakak, aku baru tahu"

"Aku memang tak ingin siapapun tahu sebelumnya, bahwa wanita itu adalah kakak angkatku" Kata Flippy.

"Bikin kaget, sumpah! Kan? Kan?" Flaky bersemangat, kebiasaannya lebay kalo semangat muncul "Liat nih, sampe ketombeku rontok semua saking kagetnya aku!"

"Itu kan emang udah rontok dari dulu, ketombe" Komentar Petunia

"Tapi ya gak sebanyak ini, mau bukti? Nih!" Flaky dengan nistanya mengibaskan rambut, menyebarkan ketombe ke seluruh ruangan bekerjasama dengan kipas angin rumah sakit. Walhasil semuanya melotot ke arah Flaky.

I Was My AsensiorektaWhere stories live. Discover now