Friendship Beetween Love, Arc 02

100 13 12
                                    

Flaky sedang memperhatikan bagaimana semut merayap. Selangkah demi selangkah. Terutama sambil membayangkan bagaimana bisa mereka membawa mayat kodok yang ukurannnya jauh ratusan kali tubuh mereka. Tapi Flaky tak mau ambil pusing. Kalau bersama-sama, pastilah semuanya akan beres!

Ada hawa-hawa diabetes yang menyeruduk Flaky. Asalnya dari sepasang mata dari Flippy.

"Kau tidak lupa kan tujuan kita ke perpustakaan?" Tanya Flippy

" Iyalah! Masa lupa! Kita kan kesini mau belajar Bahasa Inggris!"

"Bukan, pikun! Kita mau cari referensi kimia! Kenapa dari tadi kamu Cuma pantengin semut disana? Hah!?"

Flaky gelagapan "Anu... maklum lah, siapa tahu... Semutnya bawa gula. Kan gula Bahasa ilmiahnya Guguksa. Ada hubungannya dengan kimia gituh!"

Uring-uringan Flippy membenarkan "Glukosa, keleesss..."

"Beda dikit" Bantah Flaky.

"Beda banyak!"

"Banyakan mana sama ketombe aku coba?"  Tantang Flaky blo'on. Sudah mbantah, nantang loagi.

"Mana mau kupikirin" Flippy mendengus, dia beralih menerawang menembus jendela. Flippy merasa terhipnotis setiap kali duduk di dekat jendela, ada saja perasaan untuk memandangi apa yang tertembus dibaliknya.

Seseorang yang Flippy kenal, berjalan disekitar bangunan perpustakaan. Itu adalah Jurnalis yang dahulu sempat datang ke rumah Flaky.

Diliputi rasa penasaran, Flippy bangkit dari kursi. Meninggalkan Flaky yang masih heboh membandingkan ketombe dengan jumlah semut yang gotong-royong angkat kodok. Pemuda itu menuruni tangga, berjalan memutar melewati lantai satu. Kemudian keluar melalui pintu.

Jurnalis itu menghilang, yang ada dia justru menemukan seorang tukang. Tukang benah-benah, hanya saja dia buntung. Tak punya tangan. Hebatnya lagi, dia bisa membenarkan barang, mengganti lampu, memasang perabot hanya menggunakan sepasang kaki dan mulut. Istilahnya adalah dia sangat 'cekatan dan efisien'. Dihantui penasaran, Flippy memutuskan bertanya,

"Apa kau melihat pemuda berjaket biru didekat sini tadi?"

"Pemuda?" Jawab si tukang "Tidak, tapi jika itu adalah wanita. Dia adalah kekasihku."

"Wanita?"

"Ya, wanita dengan jaket biru"

Tak sampai dua belas detik, muncullah sosok yang mereka bicarakan.

"Sayang, ini jus pesananmu. Loh, kamu..." Si wanita terkesiap "Flippy!?"

"Petunia"

"Ngapain kamu disini!?" Serunya kaget.

"Ngapain juga kamu disini?" Flippy balik bertanya "Aku kan sudah bilang mau ke perpustakaan bareng Flaky!"

"Duh, aku lupa kalo couple paling jaim-jaiman sejagat raya ini mau kesini. Malu aku ketahuan bersama darling!" Petunia mesem-mesem, pipinya merona merah.

"Bagiku, kau justru Nampak senang" Kata si buntung

"Cerewet!" Cibir Petunia "Kenalin nih, pacarku. Handy!"

"Kamu pacaran sama om-om!?" Munculah sebuah sura nyaring, suara perempuan. Flaky ketombe sudah muncul dan menyahut tanpa diberi aba-aba.

"Gak sopan!" Dengan penuh emosi, Petunia menampar Flippy yang tak salah apa-apa "Orang masih imut gini dibilang om-om!" Kata Petunia galak

"Tapi beneran lo, wajahnya tua banget..." Flaky seperti biasa, menceplos tanpa dosa. Begitu polos dan ngeselin.

"Sudahlah, sudah. Dia memang tak salah kok. Umurku juga sudah dua-dua. Lima tahunan lebih tua daripada kalian, jadinya memang wajar kalau aku yang kelihatan dewasa"

Flaky menyela "Gak sih, om Cuma kelihatan wajahnya aja kayak om-om, tapi ya juga gak kelihatan dewasa. Tapi juga gak imut banget kayak bocah!"

Dalam hati semua orang bersepakat sebaiknya Flaky diikat di panci besar dan lalu dilempar ke sungai biar tahu rasa.

"Jahannam. Ni anak memang harus dikasih pelajaran!" Petunia mengejar-ngejar Flaky. Mereka ricuh, Flippy melanjutkan obrolannya dengan Handy.

"Aku sangat yakin jika tadi ada laki-laki berbaju biru lewat sini! Masa beneran gak ada yang lewat?"

"Apakah aku perlu meyakinkanmu dengan CCTV?" Handy menengok, mengisyaratkan bagian atas "Masih nyala tuh. Mau lihat?"

Flippy mengangguk, mereka berdua masuk ke dalam ruangan pengawas, dengan izin khusus dari atasan Handy. Terpampang Petunia mengeksekusi Flaky di kejauhan, tapi Flippy tak ambil pusing. Dia hanya fokus pada yang ingin dia temukan.

"Hoplah!' Petunia berseru. Flaky sudah sekarat. "Mati kau"

"Cukup! Ahaahah! Cukup!" Flaky terengah-engah.

"Itu hukuman buat landak bego" Petunia melepaskan tangannya sehingga Flaky bisa kembali bernafas. Petunia tiba-tiba membuat wajah tegang.

"Kamu kenapa? Laper?" Flaky berceloteh.

"Gak ada siapa-siapa kan?"

"Aku mau diapain?" Flaky salah paham lagi.

"Bukan!" Petunia mencengkram bahu Flaky keras, sangat keras hingga membuatnya mengaduh. "Kamu harus tahu Flaky! Kamu harus tahu!"

"Kalau aku cantik bak puteri?"

"Idih, diem dulu!" Petunia bete "Gini, gosip-nya Flippy itu... bahaya!"

"Ya, dia memang bahaya.. Diem-diem dia suka muji aku kalau aku cantik dalam hatinya"

"Aduh ini landak, kamu kesambet apa sih kok bisa kepedean gitu? Kamu pasti habis nonton drama korea lagi ya? Nirukan karakter siapa lagi kamu?"

"Kim Mo Nyong!"

Petunia buru-buru bicara (Sebelum Flaky kultum tentang artis favoritnya itu) "Nah, gini, Flippy itu dulu, pernah ditembak"

"Kan wajar, dia kan ganteng"

"Bukan, bukan! Ditembak beneran, sama peluru! Pelakunya itu jurnalis yang mayatnya ditemukan dalam gudang kosong. Itu orang yang nembak Flippy dahulu!"

"Berarti deket tempatku nyasar waktu ngikutin kucing orang dong!"

"Makanya, kamu itu Flaky, sudah SMA! Duh, kenapa sih aku harus ceramahi kamu kayak emak-emak aja! Rempong tahu! Tapi intinya aku khawatir! Kalo kamu diserang gimana? Kalo kamu dibunuh oleh pelaku yang bunuh si jurnalis gimana?"

"Dibunuh?"

"Iya, ngerinya lagi, disebelah jenazahnya. Ada sisik ular! Ular yang sama dengan yang ada di jenazah Miss Lammy!"

Flaky bergidik, Petunia menceritakannya dengan gemetaran.

"Ular yang sama... korban yang sama... Si Jurnalis itu namanya Toothy, temannya yang bernama Splendid juga menghilang. Kini dia buron dikejar-kejar polisi"

"Splendid? Dia kan jurnalis yang wawancara aku dulu sama Flippy!"

"Nah, itu dia! Tahu gak, setelah Splendid hilang. Flippy ngebet banget ngejar Splendid kan?'

"Bohong, masa Flippy homo suka sama Splendid!"

"Ni anak makin lama kok makin ngaco! Pasti dia berusaha nyari tahu tentang apa hubungannya dia dengan Splendid di masa lalu, terus dia pergi buat nyelidiki si ular yang misterius! Dia kan bisa dalam bahaya!"

"Ah, Cuma Flippy, pasti aman!"

"Flippy itu juuga bahaya! Kamu gak pernah denger? Flippy itu dikeluarkan dari SMP tiga kali soalnya dia berandalan sekolah, belum lagi..."

"Belum lagi?"

"Dia pernah bunuh orang..." Petunia berdegup pelan, tapi pasti.

I Was My AsensiorektaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang