I Was My Asensiorekta, Arc 01

77 13 0
                                    

Namaku ialah Flippy.

Berhubung kisah ini sudah mendekati ujung, maka tibalah waktunya untuk menampakkan diri. Semua kisah terhubung dengan bagian ini, akan kuungkap menuju akhir.

Semua dimulai dari pagi hari setelah kami pindah ke rumah Dr. Sniffles, aku mencium bau-bau hangus, disusul asap hitam membumbung di langit-langit. Aku terbang dari kasurku dipenuhi rasa kejut, menuruni tangga mencari tahu sumber asap.

Asalnya dari ruang tamu, ada jeritan Flaky dibaliknya.

Aku panik, jadi secepat kilat aku melaju menuju ruang tamu, Flaky berusaha memadamkan api di karpet dengan cairan di sebuah botol, tapi api itu membesar. Berhubung isi dari botol tersebut adalah bensin.

"KYAAA!" Flaky makin heboh

"Stop! Jangan bergerak! Biar kuurus!"

Sepuluh menit lalu api padam, Kutatap Flaky, dia cengengesan.

"Uhm... Aku menyiapkan sarapan..."

"Orang waras menyiapkan sarapannya di dapur, bukan di ruang tamu!"

"Jahat!" Flaky gemas "Aku... cuma nyoba buat prasmanan di ruang tamu pakai kompor portabel yang bisa dibawa kemana-mana kok... Oncomku gak bakal mateng kalo gak direbus pakai kompor..."

Kujitak kepalanya, dia mengaduh.

Sesaat kemudian masuklah tiga orang kedalam rumah. Dua adik Flaky, Giggles dan Cuddles. Mereka melompat jempalitan, bertingkah layaknya mata-mata lalu mengejutkan Flaky dari belakang. Ketombe Flaky muncrat kemana-mana, memasuki mataku.

"Bom ketombe kakak, aktif! Yes!" Tos Giggles dan Cuddles. Plok!

"Mataku! Mataku!" Umpatku kesal, sambil berbalik ke wastafel. Ketika berbalik, Duo barbar itu sudah bergelayutan di rambut Flaky bagai Orangutan, membuat sang kakak jengkel.

"Iiii... Turun sana! Turuuunn!!"

"hihihi! Kenapa? Biarin aja mereka..." Petunia akhirnya buka mulut, dia menatap kearahku.

"Kenapa kau datang? Kau juga kelihatan pucat" Tanyaku

"Ciee... yang kepo. Jawab gak ya..." Petunia tersenyum iseng "Yang satu emang suka-suka aku kan, mau datang kapan aja. Aku kan best pren nya Flaky, kalo mau cemburu ya jangan diangkat-angkat. Flaky udah milikku sejak lama" Ledeknya "Aku emang agak sakit, makanya pucet, mikirin ni makhluk padah. Bikin puyeng... berisiknya geledek MakDor! Bikin mata melek semaleman ajah!" Petunia menunjuk Giggles dan Cuddles

"Kau-?" Aku mencengkram bahunya erat, membuat Petunia tercengang. "Apa yang kau lakukan... aku mencium bau darah"

"Oh, itu, yah, anu, ehm..." Petunia tak senang "Percaya ato gak, barusan aku beli daging ke tukang jagal. Makanya bau darah... haha..."

Aku tak yakin, sangat tidak yakin. Dia berbohong padaku.

Splendid turun sambil menguap, wajah lepeknya membuatku sebal. Aku memberinya salam tatapan beruang yang galak. Dia nyengir, ditepuknya punggunggku keras-keras.

"Yo! Pagi-pagi udah semangat!"

Aku menggeram. Pelayan rumah kami, Truffles yang berwajah suram. Memakai baju pelaut biru kelam, pendek dan tertutup. Datang membawakan handuk mandi tanpa kebaikan hati yang ramah.

"Tuan-tuan, saya sarankan anda semua pergi dari sini supaya saya bisa membersihkan ruangan. Anda semua selalu membuat saya susah" Katanya berat, kami hanya tersenyum kecut. Belum sempat kami pergi, seorang pemuda berbaju polisi datang mendatangi rumah kami.

"Hei, bolehkah aku masuk?" Kami mempersilahkannya. Dia lalu duduk, Truffles entah kenapa menghilang begitu dia datang.

"Kalian mungkin tahu siapa aku, namaku Cub. Anak dari sopir pribadi Toothy yang tewas beberapa minggu yang lalu dibunuh sang Ular" Dia mengenalkan diri. Splendid langsung menunjuk Cub dan mengatakan dia kenal orang tersebut, dia bertemu dengannya beberapa kali.

"Ayahku juga tewas karena setan tersebut!" Flaky menimpali, nadanya marah.

"AAda berita buruk, semalam, Dr.Sniffles juga tewas tertembak. Jenazahnya ditemukan di pinggir jalan di tepi luar kota. Kesaksian berakhir dia berbicara dengan kalian, kemarin. Apa kalian tahu sesuatu?"

Kami melongo, tak mampu bicara apa-apa.






I Was My AsensiorektaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt