Journalist Blossom, Arc END

108 15 2
                                    

Otak Splendid bergetar, matanya berat ketika membuka. Berputar-putar menari sinting. Dalam ruangan sempit, dia terbangun menyaksikan dua laki-laki sedang memangsa popcorn dari kejauhan. Dia menyaksikan dua orang itu menontonnya pingsan.

"Ah, bangun juga dia" Splendid mengenalinya sebagai Shifty

"Sepuluh jam?" Kembarannya, Lifth, melihat jam. "Lebih lima belas menit, hum, iya!"

"Kalian membawaku kemana?" Splendid terhuyung-huyung bangun. Ada percikan kenyerian menghujam di otot-otot daging. Dicengkramnya bagian tersebut, rupanya Splendid telah berganti baju dengan balutan perban yang teraliri darah.

"Jangan khawatir, kami bukan om-om karnivora yang makan sesama jenis, kami bukan jeruk pemakan jeruk" Shifthy mengedipkan sebelah matanya. "Kami menembakmu tadi"

Ah, benar juga -Pikir Splendid. Ingatan Splendid kembali pada masa-masa sebelum dia tertembak. "Tapi... Tooty!"

"Positif, dia meninggal!" Wajah Lifthy mengucapkannya tanpa dosa, membangkitkan jelaga di tengorokan Splendid seandainya dia tak terluka.

Lifthy melanjutkan percakapannya "Pasti muncul pertanyaan selanjutnya, mengapa penjahat seperti kami mau menolong musuh bebuyutan seperti dirimu." Dia membuat senyuman kecut "Ini karena permintaan pribadi"

"Pribadi?"

"Temanmu Splendont, alias Toothy selalu berhubungan dengan kami selama kalian belum bertemu. Bisa dibilang dia stalking nasibmu melalui lengan-lengan kami" Shifthy menggaruk-garuk rambut, melepas topi kowboynya yang khas. "Waktu kami kabari kamu sudah di Happy Tree Village. Dia pakai operasi plastik segala! Cuma giginya saja yang gak berubah, kami sampai pangling!"

Lifthy mengeluarkan beberapa 'kemewahan'. Rumah mereka memang luar biasa. Ruangan sempit yang dipakai untuk merawat Splendid, rupanya hanya bagian dari lemari baju si kembar.

"Akan kuberitahu satu hal lagi, dari temanmu yang tolol itu" Shifthy dan Lifhty tersenyum. Dia memberikan Splendid sebuah kotak.

"Apa ini?"

"Pandora" Jawab si kembar sok misterius "Isinya kenangan masa lalu"

"Kotak pandora" Splendid tak ambil pusing, dia hanya mengayunkan pelan tangannya membuka kardus karton tersebut. Hatinya terenyuh. Sebuah pita penutup mata bewarna merah.

"Splendont..." Agak lama Splendid terenyuh, tapi dia segera bangkit.

"Kalian pasti ingin menyampaikan sesuatu padaku, kan?"

"Apa? Aku? Aku siapa? Kamu siapa? Aku dimana? Toloongg!" Lifthy pura-pura bego, sok amnesia.

"Jangan bercanda, cepat katakan!" Tangannya menarik kerah Lifthy, "Apa yang ingin Toothy berikan padaku!?"

"Wah, kok langsung ke inti, gak seru deh..." Shifthy menenangkan konflik diantara Splendid dan adiknya. Splendid menurunkan Lifthy.

Lifthy membersikhkan baju, serempak mereka lalu bicara "Mereka meminta kami menemukan 'ular'."

Ular?

"Ada kasus kematian guru BK di sekolah beberapa saat yang lalu, kan? Temanmu Splendont meminta kami mengawasimu sementara dia menyelidiki langsung siapa dalangnya. nah, dia berhasil!"

"Tapi, mengapa dia meninggal!?"

"Kok masih tanya? Tentu karena 'ular' membunuhnya" Lifthy meleng "Toothy mati dibunuh 'ular' setelah bertemu"

"Jadi, dia masuk perangkap!?"

"Tidak, dia sengaja masuk perangkap, tujuannya agar kami berdua bisa membuat penyelidikan menjadi lebih mudah, hanya saja... terjadi perubahan rencana" Mereka menjawab "Kami sudah berada di lajur si 'ular'."

"Nah, karena 'ular' itu sudah menebak rencana Splendont sampai ke akar-akarnya, kami mengganti rencana di akhir. Bagaimanapun juga, Splendont bertaruh dia akan mati, dan dia juga siap akan hal itu, nyata dia meninggal"


"Teruskan, aku benci hal yang berbelit!"

"Sekarang, Tinggallah pilihan kami atau kau?" Mereka serempak berkata "Siapa?"

Pilihan mereka mengunci hati Splendid. Mereka mengajak supaya Splendid kembali menuju ke jalan Superheronya.

Ingatannya kembali ke Russel, saat dmana waita itu menembaknya. Tatapan mata yang pedih, sakit, memancarkan ketidak-mauan atas kelakuan yang dilaksankannya. Russel tak ingin menembak orang lain, tapi dia terus menembak. Masa lalu yang tak seharusnya terjadi...

"Oh, jika kau menolak, mungkin kami batal menjelaskan padamu satu hal tentang cewek bajak lautmu itu" Perkataannya ditangkap telinga Splendid tajam. "Apa itu!?" Selanya.

"Kami tahu siapa yang memberi Russel pistol..." Bisik mereka berdua sambil tersenyum. Lalu muncullah sosoknya, berdiri. Dibelakang membawa bunga. Matanya tidak memancarkan apapun selain berkas kekosongan. Kedua laki-laki itu membelainya dengan cara yang menjijikkan.

"Polisi mengatakan dia positif mati, tapi..." Shifty sengaja menghentikan ucapannya untuk memancing Splendid.

"Gadis manis, gadis manis, katakan siapa orang yang memberi dirimu pistol?" Tanya Lifthy

"kalian... berdua..."

"Bagus..." Desah Lifthy bangga.

"Kalian, apa tujuanmu menunjukkannya padaku!?" Splendid menunjuk Russel.

"Di matamu, dia gadis yang dahulu, sebenarnya, dialah sang Ular.  Kami memakaikannya baju dan mendandaninya, supaya mirip dengan gadismu. Mengerti?" Perkataan Shifty dilanjutkan Lifthy "Tujuan kami sederhana, mari kita berperang!"

"Kau paham!? Pahlawan? Dahulu kami berdualah yang memberi Russel pistol sebagai hadiah 'pacar pertama'nya dariku. Wanita 'ular' ini mirip, dia lebih keji, juga lebih berkuasa. Kami takluk dibawahnya. Nona ular, lihatlah kami. Lihatlah juga bagaimana  kami menangkap mangsamu kemari"

Russel diam menanggapi perkataan Lifthy

"Temanmu sudah kalah! Sekarang kami lanjutkan perangnya padamu!" Jawab Shifty "Kami anak buah sang ular menyampaikannya padamu!"

"Aku..." Splendid diam saja, lalu berpaling "Tak tertarik, sama sekali tak tertarik..."

"Aku sudah lelah, lelah dengan semuanya..." Terus Splendid, tak diambil peduli. Dia keluar bangunan tanpa mericuhkan keberisikan duo pencuri kembar dengan entah 'wanita bonekanya'. Sejak SMA dia hafal kelakuan duo rivalnya tersebut. Mereka merancang skenario copas dari drama korea lagi ya? Sok keren amat!

Mana bisa aku percaya kalian kalau Russel seksi begitu, dasar rival-rivalku yang bodoh! Splendid nyengir-nyengir kuda. Digenggamnya erat-erat tali penutup mata merah tersebut. Splendont punya dua ya! Pantes dari dulu pitanya kayak kelihatan gak pernah kotor.

Huh! Konyol! Splendid melangkah, memakai pita Splendont. Belagak juga dia, katanya stop jadi superhero! Tapi masih punya pita cadangan, niat gak sih!?

Dia teringat Toothy, juga teringat Splendont.

Kalian berdua sama saja, dasar jenius!

Sekarang waktunya pahlawan kebanggaan kalian bergerak!


I Was My AsensiorektaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang