Akhir Cerita

8.2K 629 205
                                    

Selang beberapa detik, tubuh yang selalu tampak kuat di mata Veranda kini menunjukan kelemahannya. Kaki kuat itu tak mampu lagi menopang berat tubuhnya, tangan kekar itu tidak bisa bergerak. Kinal ambruk di tengah banyak tamu.

"KINAL!!!"

Tanpa memperdulikan tamu yang masih berdatangan, Veranda menarik gaun panjangnya ke atas kemudian berlari cepat menghampiri Kinal yang sedang berusaha digotong oleh seorang pemuda. Kepanikan dari Marissa tentu membuat suasana di Gedung mewah ini jadi semakin ricuh.

"Ve, kamu mau ke mana?" tanya Augusto sedikit berteriak.
Veranda sama sekali tidak menggubris pertanyaan itu. Ia terus berlari, membelah gedung mewah ini. Beberapa kali ia menubruk tamu karena terlalu panik. Tanpa ia sadari, Fauzi mengejarnya dari belakang.

"Kamu gak boleh ke mana-mana!" Dengan sigap, Fauzi menarik pergelangan tangan Veranda hingga langkahnya terhenti.

"Aku mau ke rumah sakit!" Veranda meloncat-loncatkan tubuhnya, berusaha melepaskan diri dari Fauzi yang malah semakin mengeratkan cengkramannya. "Papa! Aku mau liat Kinal!" bentaknya tanpa sadar. Para tamu tentu langsung memusatkan perhatian kepadanya, tetapi Veranda tidak peduli dan malah terus memberontak.

Augusto ikut berlari menghampiri Veranda karena khawatir akan pandangan semua orang pada istrinya itu. Augusto berhenti tepat di samping Veranda lalu menatap Fauzi. Ia mengedipkan kedua matanya secara bersamaan, memberi isyarat agar Fauzi melepaskan Veranda. Namun, ia juga tidak membiarkan Veranda keluar dari Gedung ini. Ia menghalangi langkah Veranda yang hendak kembali berlari.

"Kamu mau ke mana?" tanya Augusto pada Veranda yang sudah mulai menitikan airmatanya. "Kinal pasti baik-baik aja, kamu gak bisa ninggalin acara ini."

"Tau dari mana kamu kalo Kinal baik-baik aja?!" Veranda menatap Augusto tajam, nafasnya memburu karena emosi. "Aku mau liat!" Veranda mengambil langkah ke arah kanan, tetapi lagi-lagi terhalang oleh Augusto. Veranda mengerang kesal dan tanpa sadar memukul dada suaminya itu berkali-kali. "Jangan halangin aku!"

Augusto menangkap kedua pergelangan tangan Veranda dan menatapnya cukup tegas, "Aku suami kamu sekarang. Aku minta kamu kembali ke tempat kamu," ucapnya berbisik pelan tetapi penuh penekanan.

Veranda tidak bisa berbuat apapun lagi. Dengan langkah lemas dan air mata yang terus berderai, Veranda memutar langkahnya kembali ke tempat semula. Augusto mengembuskan napas berat lalu merangkul bahu Veranda, "Abis ini, kita cek Kinal ya? Jangan khawatir."

Veranda menepis tangan Augusto di bahunya dan mempercepat langkah, tidak ingin berjalan beriringan dengan pemuda itu. Veranda mengepalkan tangannya kuat-kuat. Jika bisa, ia ingin melampiaskan semua amarahnya pada Augusto. Namun, ia tidak mungkin melakukan itu mengingat status Augusto yang sudah sah menjadi suaminya, terlebih lagi ini di tempat umum. Bagaimanapun juga, Veranda tidak bisa mempermalukan Augusto di depan semua orang.


***


Setelah diperiksa oleh Dokter, ternyata Kinal hanya terlalu lelah. Daya tahan tubuh Kinal juga sangat lemah karena terlalu banyak pikiran yang membebaninya. Hanya tiga jam Kinal bisa tidur nyenyak siang ini, sekarang ia kembali terbangun dengan kondisi yang jauh dari kata baik.

"Pelan-pelan." Marissa membantu Kinal yang sepertinya ingin duduk.

"Aku gak bisa ikut ke Istanbul. Aku punya rumah di Garut yang harus aku tempatin." Kinal masih bersandar lemas di ranjang. Matanya yang memerah, menatap kosong ke depan. Tidak ada kebahagiaan atau sedikitnya cahaya yang terpancar dari tatapannya itu. Hanya kesedihan yang selalu ada di sana semenjak ia berpisah dengan Veranda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang