14

4.2K 506 50
                                    

Viny menarik tangan Shani menjauh dari Lidya setelah sebelumnya memberi isyarat agar Lidya menunggu sebentar.

"Kamu ngapain ikut karate?" tanya Viny menggeleng tak mengerti dengan Shani. Bukan 'kah sebelumnya Shani pernah mengatakan bahwa ia tidak suka dengan kekerasan dalam bentuk apapun?

"Biar bisa jagoan kaya kamu," jawab Shani santai melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kamu gak akan kuat, balik sekarang." Nada suara Viny terdengar sangat dingin. Shani sempat merinding sesaat sebelum akhirnya mampu mengendalikan diri dengan memasang ekpresi wajah biasa saja.

"Bisa. Kamu jangan rendahin aku ya."

"Balik."

"Gak."

"Balik."

"Gak."

"Balik."

"Gak."

"Woy! Gue bayar ke Perguruan ini bukan buat liat lo berdua berantem!" bentak Lidya menatap tajam pada Viny dan Shani secara bergantian.

Shani mengangkat kedua bahunya tak acuh dengan perintah Viny lalu kembali kebarisan bersiap untuk menerima pelajaran pertama yang akan Viny ajarkan. Dalam hati ia tersenyum bahagia, akhirnya ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Viny.

Viny berdecak kesal kemudian berjalan menghampiri Lidya dan Shani. Dengan sangat terpaksa, akhirnya ia mau mengajari Shani.

***

"Aku kesel banget sama Shani."

Kinal yang sedang memakan es krimnya jadi menoleh sekilas ke arah Veranda lalu kembali menatap ke depan pada tv yang tengah menayangkan FTV SCTV, "Sebel kenapa?"

"Dia kekeh ikut karate." Mata Veranda berputar malas mengingat bagaimana menyebalkannya ekspresi wajah Shani saat memaksa kedua orangtua agar mau mendaftarnya ke Perguruan karate. Seni Bela Diri yang memang tidak buruk dan sangat baik tapi Veranda sama sekali tidak menyukai itu.

"Yaelah karate doang." Kinal berdecak samar kemudian menyimpan es krim itu di meja, "Kamu berlebihan, Viny aja masuk karate aku gak masalah kok."

"Tapi liat kan hasilnya? Viny jadi sok jagoan berantem-berantem sama Al." Nada suara Veranda semakin terdengar sinis di telinga Kinal. Veranda sempat meneguk ludahnya ketika melihat tatapan Kinal yang tak selembut biasanya, tatapan ini sama percis dengan tatapan yang Kinal tunjukan saat pertama kali mereka bertemu.

"Dia berantem sama Al karna bela kamu 'kan?" tanya Kinal dengan nada yang sangat dingin. Iris matanya sedikit tajam melahap kedua bola mata Veranda hingga tubuhnya mendadak beku selama beberapa detik.

Veranda salah bicara, ia lupa bahwa Kinal sangat menyayangi adiknya itu.

"Kalo kamu emang sayang sama aku, hargain adik aku sama kaya kamu ngehargain aku." Kinal menyimpan bantal yang sedari tadi dipangkuannya kemudian bangkit, menyiapkan langkahnya untuk pergi. Namun dengan cepat Veranda menahan tangannya.

"Apa kamu juga ngehargain adik aku?" Veranda bangkit menyeimbangkan posisi tubuhnya dengan Kinal lalu menggeleng pelan, "Sama sekali ngga."

"Seenggaknya aku gak jelek-jelekin dia di depan kamu dan dibelakang dia! Selama ini aku pura-pura berantem cuma karna gak mau mereka curiga bukan benci sama dia!" Kinal menepis tangan Veranda sambil mundur satu langkah, "Siapapun yang berani ngehina Viny, dia bakal berurusan sama aku!" Kinal mendelik tajam kemudian berjalan pergi meninggalkan rumah Veranda.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang