34

4K 495 108
                                    

"Kamu mau emang jadi istri aku?" tanya Kinal dan reflek membuat pelukan Veranda terlepas.

"Aku mau, Nal. Kalo kamu?"

"Aku juga mau jadi istri kamu."

"Kita kapan nikah?" Veranda terlihat sangat antusias dengan pembicaraan ini. Ponsel dalam genggamannya ia simpan di atas laptop, sekarang fokusnya hanya tertuju pada dua bola mata Kinal yang terlihat berbinar.

"Kita pasti nikah."

"Kalo belum siap nikah, kawin aja yuk."

"Perlu waktu, Veranda." Kinal berdiri karena tidak ingin pembicaraan ini berlarut ke hal yang macam-macam. "Siang ini aku yang masak, mau makan apa?"

"Makan apa aja deh." Veranda mengambil ponselnya. Alisnya berkerut melihat wallpaper ponselnya berubah jadi gambar kucing. Veranda membuka folder foto dan langsung tertawa keras melihat puluhan foto kucing di sana. Dimas, pemuda itu benar-benar mengkhususkan ponsel ini untuk kucingnya itu.

"Dimas marah gak waktu kamu ambil hp ini?" Veranda menyimpan ponselnya kemudian menyusul langkah Kinal ke dapur.

"Gak sih cuma kesel aja katanya dia udah bikin banyak video buat kucingnya." Tangan Kinal yang cekatan, memotong bawang merah dengan sangat cepat seperti seorang koki handal. Tangannya yang lain meraih bawang putih yang langsung ia kupas kemudian diiris setipis mungkin.

"Kamu masak, aku meluk kamu. Gimana?"

"Ngaragokan, cicing weh." Kinal mengambil tomat dan memotongnya kecil-kecil. Setelah itu, ia beralih untuk mencuci semua sayur yang sudah ia siapkan.

Veranda hanya diam bersandar di dapur memandangi Kinal yang begitu bersemangat.
Memang jika dibandingkan masakan Kinal jauh lebih enak darinya, hanya saja Kinal terlalu sibuk mengurusi kebun jadi jarang punya waktu untuk memasak seperti ini. Veranda tersenyum sendiri karena lagi-lagi khayalannya berulah, ia membayangkan bagaimana jika nanti ia dan Kinal resmi menikah. Selain bisa menjadi suami, Kinal juga bisa menjadi istri yang baik. Pun dengannya, ia juga bisa menjadi suami sekaligus istri yang baik.

"Daripada ngekhayal, mending cuciin ayamnya."

Suara Kinal mengembalikan kesadaran Veranda. Veranda mengerjap kemudian mengikuti apa yang Kinal suruh. Beberapa kali matanya melirik ke arah Kinal yang masih sibuk menggoreng bawang merah. Tanpa sadar Veranda tersenyum tipis ketika menyadari bahwa saat ini ia dan Kinal sudah seperti pasangan suami istri. Mungkin tinggal menunggu beberapa tahun lagi, ia yakin Kinal pasti akan menikahinya.

***

"Bibir kamu makin seksi deh," bisik Shani pada Viny.

Viny hanya tertawa sambil terus melanjutkan langkahnya menuruni satu persatu anak tangga. Pandangannya langsung tertuju pada Anggara yang sedang duduk di samping Boy. Sepertinya mereka terlalu lama di kamar tadi sampai tak menyadari bahwa ada dua orang pemuda yang sedang menunggunya di bawah.

"Sejak kapan di sini, Ga?" tanya Viny mempercepat langkahnya menghampiri Anggara yang langsung berdiri ketika melihatnya di sini. Sebelah alis Viny terangkat tinggi melihat tas besar yang Anggara bawa.

"Sejam yang lalu, kata Boy kalian lagi tidur siang," jawab Anggara memperlihatkan senyuman manisnya. Pandangannya beralih pada Shani yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin. Anggara yang sebelumnya berniat ingin berkenalan jadi mengurungkan niatnya itu dan kembali menatap Viny. "Udah siap-siap? Kita ke Garut sekarang."

"Garut?!" pekik Shani terkejut ajakan pemuda asing ini secara tiba-tiba. Ia segera menatap Viny meminta penjelasan. Bagaimana mungkin Viny pergi sementara ia baru saja datang ke sini?

CintaWhere stories live. Discover now