Kehidupan Baru

3.9K 481 52
                                    

"Aku punya temen di sini." Kinal tersenyum sambil menyimpan semua barang bawaannya di depan sebuah rumah yang sangat sederhana. Hanya ada dua kamar di rumah ini dan tentunya satu kamar mandi. "Aku kemarin hubungin dia buat nyari rumah tapi gak ada, adanya kontrakan. Aku udah bayar buat dua tahun ke depan kok."

Veranda hanya menatap Kinal sekilas lalu masuk ke dalam dengan menendang pintu itu sampai menghasilkan bunyi gaduh yang sangat keras. Di luar dugaan, ternyata rumah ini sudah sangat rapi dan bersih karena mungkin Kinal sudah menyuruh orang untuk membersihkannya sebelum ke sini. Veranda langsung duduk di sebuah karpet yang tergerai di ruangan ini.

"Aku ganti baju dulu ya, mau nyari makan malem." Kinal berusaha tidak memperdulikan amarah Veranda yang masih meledak-ledak. Ia masuk ke dalam kamar kemudian mengangguk-anggukan kepala melihat kasur yang tersedia cukup bagus ditambah dengan lemari pakaiannya. Temannya itu sudah menyiapkan ini semua dengan sangat baik meskipun Kinal belum bisa membeli TV dan juga kursi. Ponselnyapun sudah dijual, Kinal hanya memiliki satu ponsel yang cuma bisa digunakan untuk telfon dan sms.

Setelah mengganti baju, Kinal keluar kamar memandangi Veranda yang masih diam di tempat. "Kamu ikut sama aku ya?"

Veranda mendelik tajam pada Kinal tanpa menjawab pertanyaannya. Kinal benar-benar tidak bisa berpaling dari kesabarannya melihat Veranda yang terus merajuk selama perjalanan. Padahal bayangan masalah sebelumnya, masih menghujam di pikiran dan meninggalkan rasa sakit di hatinya. Namun itu seakan tidak cukup, Kinal sekarang harus dihadapkan pada emosi kekasihnya ini.

Kinal menarik napas dalam lalu diembuskan perlahan sebelum akhirnya duduk di depan Veranda. Ia menangkupkan satu tangannya di pipi Veranda, "Sayang, mau makan sama apa? Aku belum beli kompor sama gas jadi kita makan di warteg aja ya."

Veranda menepis kasar tangan Kinal kemudian membuang pandangannya dari wajah Kinal. Kinal mengantup matanya sejenak berusaha untuk tetap sabar lalu mencium lembut dahi Veranda. Setelah itu ia keluar dari rumah untuk mencari makanan dan bahan masakan lainnya, besok pagi ia akan membeli kompor.

Kinal sedikit khawatir uang yang ia punya tidak cukup untuk keperluannya. Untung saja Viny memiliki uang yang cukup banyak di ATMnya. Kinal sedikitnya bisa merasa lega meski ke depannya ia tetap harus mencari kerja.

Kinal naik ke motor barunya kemudian berlalu pergi meninggalkan rumah itu. Ia memandangi sekeliling yang hanya dipenuhi oleh pepohonan dan hamparan sawah yang luas. Di sinilah ia akan tinggal dan menata kehidupan barunya bersama Veranda. Lebih tepatnya di kawasan Garut, Pameumpeuk yang sangat jauh dari kota. Kinal yakin, kedua orang Veranda tidak akan bisa mencari putrinya sampai sini. Ponsel Verandapun sudah dijual jadi tidak akan ada orang yang bisa melacak keberadaannya.

Kinal menghentikan motornya tepat di depan warung tegal. Ia tersenyum ramah pada penjual itu lalu memandangi makanan yang tersaji di sana, "Ayam 4, semur jengkol 1 bungkus sama nasi 4 bungkus. Airnya juga ya Bu." Kinal memberikan satu lembar uang lima puluh ribu kemudian memilih untuk mencari angin dulu selama pesanannya disiapkan.

"Nal!" Sebuah seruan lantang masuk ke indera pendengaran Kinal. Kinal mendongak dan langsung tersenyum melihat siapa orang yang menyapanya. Dia Yona, teman SMPnya di Bandung yang kebetulan tinggal di sini.

"Gilaa, kangen banget." Yona memeluk Kinal dengan erat, "Maaf ya tadi gak ikut sama Beby buat jemput kamu tapi dia udah cerita semuanya kok."

"Iya, gapapa kok." Kinal tertawa kecil sambil membalas pelukan Yona.

Tak lama, Yona melepaskan pelukannya lalu memandangi Kinal dari atas sampai bawah. "Makin keren aja," candanya mengacungkan ibu jari pada Kinal.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang