3

4.8K 530 21
                                    

"Dengerin penjelasan aku dulu, aku cinta sama kamu."

"Setelah apa yang kamu lakuin, kamu masih berani bilang kalo kamu cinta sama aku?!"

"Aku cinta, tapi----"

"Tapi apa? Kamu gak sadar apa yang udah kamu lakuin?!"

"Maafin aku!"

"Aku benci sama kamu!"


***

Viny memejamkan matanya, membiarkan rasa sesak itu berdenyut sekali lagi. Berharap ini terakhir kali ia merasakan sakit karena cintanya yang sekarang sudah berlalu pergi. Selalu saja begini, jika malam berembus sepi, keheningan selalu memaksanya untuk hanyut dalam lamunan. Lamunan yang hanya akan jatuh pada kenangan; kenangan tentang cinta, tentang keindahan, tentang kebahagiaan, tentang rasa sakit dan semua hal yang berhubungan dengan masa lalunya.

Dulu ia menganggap cinta itu sebagai kebahagiaan utuh, tetapi waktu membuat kebahagiaan itu perlahan rapuh. Cinta yang ia alami diawali dengan berkenalan, lalu pendekatan yang melahirkan beberapa kebahagiaan, hingga akhirnya beberapa kejadian membuat kebahagiaan itu hilang perlahan, dan hanya meninggalkan kenangan.

Nafas Viny berembus lemas. Ia meraih rokok yang langsung ia simpan diantara kedua belah bibirnya. Sesaat ia membuka mata, mengambil korek untuk menghidupkan rokoknya. Setelah itu ia kembali menutup mata, menghisap rokok itu kemudian dihembuskannya keras-keras.

"Kamu masih suka ngerokok ternyata, itu gak baik."

Viny mengangkat bahunya dan kembali menghisap rokok itu tanpa memperdulikan ucapan Kinal yang sepertinya baru saja masuk ke dalam kamar.

Kinal menatap nanar Viny yang masih memejamkan matanya. Sudah hampir enam bulan Viny merokok, hanya untuk menghilangkan stres yang melandanya. Padahal Kinal sangat tau stres yang Viny alami tidak akan pernah berkurang jika Viny terus memikirkan kejadian buruk itu. 

Tanpa sadar telepak tangan Kinal mengepal kuat, emosi tiba-tiba saja membelenggunya. Sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa melupakan pemuda yang sudah membuat Viny jadi seperti ini dan ia berjanji pada dirinya sendiri; Jika ia menemukan pemuda itu, ia akan menghabisinya dengan tangannya sendiri.

Semenjak kejadian buruk yang menimpa Viny, Kinal dan Viny sangat membenci sosok lelaki yang ada di muka bumi ini. Menurut mereka, semua lelaki sama saja. Hanya bisa menyakiti

Kinal mengerang kesal dan segera keluar dari kamar Viny. Ini sudah kesekian kalinya ia mendapati Viny sedang merokok dan sialnya ia tidak bisa berbuat apapun. Pernah sekali ia berusaha melarang Viny, namun yang terjadi malah ia dan Viny bertengkar. Semenjak kejadian itu Kinal mengalah dan hanya berharap semoga ada seseorang yang bisa mengubah kebiasaan buruk Viny.

Kinal membuka jendela kamarnya dengan bantingan yang sangat keras. Angin malam ini cukup besar membuat rambut pendeknya terhempas dengan kasar. Namun ia tidak peduli dan tetap berdiam diri disana. Perlahan, setitik air mata jatuh membasahi pipinya. Hal yang baru saja ia lihat membuat pikirannya melayang pada kejadian beberapa bulan lalu saat kejadian buruk itu menimpa pada Viny. Disitu Kinal merasa sangat gagal menjaga adiknya sendiri.

"Aaaaaaaargh!!!" Kinal melepas semua emosinya dengan teriakan yang sangat keras. Ia menjambak rambutnya sendiri merasa sangat frustasi.

Veranda yang baru saja turun dari mobil jadi melayangkan pandangannya saat mendengar suara teriakan seseorang. Matanya langsung terpaku pada Kinal yang berdiri di jendela lantai dua kamarnya. Dahi Veranda berkerut samar bertanya-tanya kenapa Kinal berteriak seperti itu? Bukankah itu sangat mengganggu? Veranda melangkah berniat untuk memarahi Kinal.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang