37

3.9K 488 104
                                    

"Leher guee!!" pekik Viny berdiri tepat di depan sebuah cermin datar dihadapannya. Viny menyibakan rambut pendeknya ke belakang kemudian mengembuskan napas keras ketika melihat bukan hanya satu bercak merah yang tertempel di sana.

"Ck, berisik!" Shani melemparkan bantal pada Viny kemudian memeluk guling, masih dengan mata terpejam. Sesekali ia tersenyum sendiri membayangkan wajah panik Viny di depan cermin, pasti gadis manis itu khawatir bercak merahnya terlihat oleh kedua kakaknya. Namun Shani tak peduli, itu hukuman karena Viny mengurungkan niatnya semalam padahal ia sudah dibuat telanjang bulat.

Viny berbalik, memandangi punggung putih Shani yang tak terbalut oleh apapun. Semalam ia memang tidak punya keberanian apapun untuk menyentuh Shani lebih jauh lagi. Hanya sebatas dada, sekadar menghangatkan tubuhnya saja padahal semalam Shani sudah sedikit memaksa agar ia melakukannya tetapi tetap saja ia tidak bisa. Akhirnya Viny hanya bisa pasrah saat Shani memberikannya hukuman lewat ciuman di leher.

"Shan, masih marah?" Viny berbaring di samping Shani yang tidur membelakanginya. Ia memeluk pinggang Shani lalu mendekatinya sampai tubuh bagian depannya menempel erat di punggung Shani.

"Aku gak marah cuma kesel," Shani membuka matanya, "tapi ya... Semalem itu, badan aku udah sedikit anget meskipun tetep minta yang lebih."

"Maaf ya," ucap Viny berbisik di tengkuk Shani. "Aku belum berani, kita bisa ngelakuin itu nanti kalo kita udah sama-sama wisuda terus kerja." Viny mengecup singkat tengkuk Shani dan membuat tubuh Shani sedikit tergeliat karena sentuhannya.

"Masih lama ya." Shani terkekeh pelan lalu berdiri dengan satu gerakan karena tidak ingin terus terjebak dalam posisi itu.

"Shan, kamu," Viny benar-benar tidak berkedip memandangi tubuh polos Shani yang tak tertutupi apapun. Shani tampak sangat seksi dengan rambut terurai panjang yang sedikit teracak.

"Nanti udah wisuda." Shani tertawa sambil meraih bantal lalu melemparkannya tepat pada wajah Viny untuk memblokir penglihatannya. Setelah itu Shani buru-buru meraih semua pakiannya yang semalam terlempar oleh Viny.

"Kamu denger gak sih semalem? Kaya ada suara desah-desah gitu."

Tubuh Shani menegang ketika tak sengaja mendengar pembicaraan Veranda dan Kinal yang sedang masak di dapur. Ia menepuk dahi, merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Shani menggigit kuku jarinya merasa khawatir mereka akan mengetahui bahwa suara desahan itu berasal dari mulutnya dan Viny.

"Daaar!!" Viny menepuk punggung Shani kemudian tertawa mendapati wajah Shani yang terlihat sangat kaget dengan kehadirannya. "Kamu kenapa?"

"Mereka denger suara kita semalem," bisik Shani tepat di telinga Viny.

Mata Viny terbelalak lebar dengan garis wajah yang berubah tegang. Ia meneguk ludahnya dengan susah payah lalu menjuruskan pandangan pada Kinal yang berjalan mendekatinya.

"Kok malah pada diem? Mandi gih terus kita sarapan," seru Kinal tersenyum lebar menatap Viny dan Shani secara bergantian. "Lah, patung."

"Kenapa, yang?" tanya Veranda yang tiba-tiba muncul dari arah dapur lalu merangkul pinggang Kinal dar samping. Matanya menyipit menatap kedua wajah adiknya itu yang terlihat sangat tegang. Detik berikutnya Veranda tersenyum penuh arti sebelum akhirnya berdehem pelan. "Cepet mandi, kan mau ke Pantai," lanjutnya masih dengan senyum manis yang terpatri di wajah cantiknya. Pandangan Veranda jatuh pada leher Viny yang dipenuhi bercak merah, ia hanya menggeleng-gelengkan kepala tanpa berniat untuk mempertanyakan hal yang akan membuat mereka malu.

"A-ayo." Viny menarik tangan Shani dan buru-buru berjalan ke arah kamar mandi dengan cepat.

Kinal dan Veranda saling pandang kemudian tertawa keras melihat sikap kedua adiknya itu yang menurut mereka sangat menggemaskan. Kali ini Veranda dan Kinal memutuskan untuk memaafkan mereka berdua karena memahami cuaca di daerah ini dingin, mau tidak mau mereka harus mencari kehangatan yang bersumber dari sentuhan-sentuhan itu.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang