Cinta?

5K 509 25
                                    

"Kecoa, kecoa apa yang mukanya paling jelek sedunia?" tanya Veranda berteriak keras hingga hampir seluruh penghuni kantin mendengar pertanyaan bodohnya. Untung saja Veranda gadis cantik, jadi masih ada beberapa yang mau menjawab pertanyaan itu. Apalagi saat ini ia duduk di meja seolah tengah merebut semua perhatian murid di kantin ini.

"Kecoa buntung."

Veranda menggeleng, "Salah."

"Kecoa kesurupan macan."

"Salah."

"Kecoa korban santet dukun."

"Salah."

"Kecoa bernasib malang."

"Salah."

"Kecoa jomblo."

"Salah." Kali ini Shani yang duduk di samping Veranda mulai membuka suaranya, "jawabannya itu..." Ia menggantungkan kalimatnya untuk memperhatikan wajah penasaran yang ditunjukan semua teman-temannya.

"Kecoa yang mukanya mirip Kinal sama Viny, yeay!" teriak Shani keras diikuti oleh tawa Veranda dan teman-teman lainnya. Shani merentangkan telepak tangannya pada Veranda, "Tos, kak."

"Tos!" Veranda menabrakan telepak tangannya pada Shani dan semakin memperkeras suaranya.

Sementara disudut lain, ada dua pasang mata yang tengah menatap mereka dengan tatapan tajam dan kesal. Siapa lagi kalau bukan Viny dan Kinal? Dua orang gadis yang kini sedang ditertawakan oleh semua pengikut Veranda dan Shani.

"Eh gue diem ya dari tadi!" Viny menggebrak meja, membuat suasana mendadak hening. Tatapannya tajam menatap Shani dan Veranda secara bergantian. Namun yang ditatap hanya menunjukan ekspresi datar tanpa dosanya.

Viny berdiri dengan satu gerakan hingga kursi yang ia duduki terjatuh ke bawah. Dengan tangan mengepal, ia berjalan mendekati Veranda dan Shani.

"Vin, biarin aja," ucap Kinal memperingatkan tetapi Viny tetap berjalan mendekati mereka berdua. Kinal mendengus dan langsung menyusul langkah Viny.

"Beberapa hari ini gue diem tapi kalian duluan yang selalu cari masalah!" bentak Viny setelah langkahnya sampai didepan Veranda dan Shani.

"Uw," Veranda menangkupkan satu tangan didepan mulut, "takut," lanjutnya dengan ekspresi yang dibuat sesedih mungkin. Namun tak lama, ia tersenyum sinis kemudian turun dari meja dan mendorong bahu Viny. "Siapa yang ngempesin ban mobil kita kemarin? Kaliankan? Makanya jangan cari masalah duluan."

"Tau tuh, baru diledek dikit aja udah berapi-api," sahut Shani menimpali.

"Kamu ngempesin ban mobil mereka?" tanya Kinal pada Viny

Viny menggeleng, "Ngga. Kemarin kita pulang langsung ke tempat Anggar itu 'kan?"

"Iya! Wah kalian fitnah!" Kinal mengalihkan pandangannya pada Veranda dan Shani, "jangan fitnah gitu kali kalo mau kita deketin gini," ucapnya dengan ekpresi wajah meledek.

"Iya, modus banget mereka, Nal." Viny tertawa kecil.

"Dih siapa juga yang mau dideketin kalian, iuh." Shani menggedikan bahunya merasa geli mendengar kepercayaan diri Kinal yang semakin hari semakin tinggi itu.

"Ah jujur aja, ya 'kan kak Ve?" Viny mengedipkan sebelah matanya lalu mencolek dagu Veranda.

"Aaaak ngapain lo pegang-pegang gue." Veranda meloncat-loncatkan tubuhnya seraya mengusap dagu yang sebelumnya dicolek oleh Viny, "jijik gue."

"Hey, jangan jijik gitu." Viny menggapai kedua tangan Veranda agar menatap ke arahnya. Dengan lihai, ia menunjukan jurus andalannya yaitu tatapan yang membuat siapapun tenggelam di dalamnya. Viny menarik tangan Veranda dan disimpan dipinggangnya.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang