Kebahagiaan VeNal

5.3K 480 143
                                    

Empat tahun kemudian

***

Suara tepuk tangan menggema ke seluruh penjuru aula Universitas ini ketika nama Jessica Veranda disebutkan sebagai maha siswi yang lulus dengan nilai terbaik. Veranda berdiri dan melenggang dengan anggunnya ke tempat yang sudah disediakan. Entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa gugup melihat semua teman-temannya dan ratusan tamu yang hadir di sini.

Setelah mendapatkan piagam penghargaan, Veranda menarik napas dalam lalu diembuskan perlahan sebelum akhirnya memberanikan diri untuk memberikan senyuman terbaiknya pada semua orang. Tanpa menunggu waktu lagi, Veranda berpidato mengucapkan terima kasih pada semua dosen yang sudah membantunya selama ini. Mata Veranda tampak berkaca-kaca karena terlalu bahagia, tak menyangka ia akan berdiri sebagai lulusan terbaik Universitas ini.

"Terakhir, saya mau mengucapkan banyak terima kasih untuk dua orang yang udah mau dateng ke sini." Veranda mengalihkan pandangan pada Kinal, satu-satunya orang yang sedari tadi ia perhatikan. "Mereka penyemangat saya, alasan kenapa berusaha untuk jadi yang terbaik dari orang-orang hebat lainnya."

"Bundaaaa!!" teriak Cindy tiba-tiba naik ke atas kursi lalu bertepuk tangan dengan keras. Aksinya itu mengundang perhatian semua orang yang berada di aula ini. Peri kecil yang baru saja masuk TK itu tentu tidak memperdulikan tatapan mereka dan malah meloncat-loncatkan kakinya tanpa takut jatuh. "Tepuk tangan buat Bunda aku!!!" teriaknya keras saat semua orang diam memperhatikannya.

Tanpa diduga, semua orang berdiri kemudian memberikan tepuk tangan yang lebih keras lagi untuk Veranda. Setetes air mata jatuh dari sudut mata Veranda melihat Cindy. Ia membungkukan punggungnya mengucapkan terima kasih pada semuanya lalu turun dari stage, berjalan menghampiri Cindy.

Cindy langsung meloncat ke dalam gendongan Veranda lalu memeluk lehernya dengan erat, "Bunda cantik, Cindy mau ke atas juga."

"Makasih, sayang. Kamu juga cantik." Veranda memberikan piagam itu pada Kinal lalu membalas pelukan Cindy. Beberapa kecupan mendarat di pipi Cindy.

"Kamu kalo mau naik ke atas harus pinter kaya Bunda ya?" ujar Kinal terkekeh pelan melihat tingkah Cindy yang selalu tampak menggemaskan. Matanya bergerak, menatap Veranda yang entah sejak kapan sudah mengunci pandangan ke arahnya. Kinal tersenyum manis lalu mengusap lembut air mata Veranda yang baru saja jatuh, "Selamat, Ve. Aku bangga sama kamu."

"Ini berkat kamu." Veranda menggapai tangan Kinal kemudian mencium telepak tangannya. "I Love You," ucapnya tanpa suara.

Kinal menarik tangannya kemudian memutar bola matanya ke sekeliling memberi tau bahwa beberapa orang masih memandang ke arahnya.

"Aku ke sana dulu, ya." Veranda menurunkan Cindy ke bawah lalu membungkukan punggungnya. "Cindy mau ikut Bunda gak ke sana?"

"Cindy sama aku aja, Ve. Kita tunggu di parkir ya." Kinal memberikan piagam itu kembali pada pemiliknya lalu menggenggam tangan Cindy dan mulai melangkah keluar aula.

"Mama," panggil Cindy mengangkat kepalanya menatap Kinal.

"Iya, dek? Ada apa?" tanya Kinal tanpa mengalihkan pandangan pada laju langkahnya.

"Mama cantik," puji Cindy tersenyum lebar kemudian mengambil langkah tepat di depan Kinal. Sepasang tangannya ia rentangkan lebar-lebar.

"Ah, ini mah pengen digendong makanya bilang cantik." Kinal tertawa kecil sambil menggendong tubuh Cindy yang kian memberat semakin harinya. "Males jalan ya?"

"Jauh." Cindy mencium pipi Kinal lalu memeluk lehernya. "Bunda cantik, Mama cantik, Cindy cantik."

"Iya, dek." Tawa Kinal yang sempat terhenti, kini terdengar lagi karena ucapan Cindy.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang