Peri Kecil VeNal

4.4K 480 160
                                    

"Mamaaaaa." Cindy menarik-narik lengan baju Veranda sambil terus memanggil Kinal karena Kinal belum kembali dari pagi tadi.

"Iya, bentar, sayang." Veranda mengusap lembut rambut Cindy. Sementara tangannya yang lain sibuk menghubungi Kinal. Sudah hampir lima jam Kinal menghilang tanpa kabar, sedangkan sebentar lagi ia harus segera pergi ke kampusnya.

Cindy tiba-tiba saja menangis keras, melemparkan kupluk yang Veranda pasangkan di kepalanya kemudian menendang-nendangkan kedua kaki yang selonjor di atas karpet. Veranda melirik jam di dinding yang menunjukan pukul dua belas siang. Ia berdiri, memakai tas gendongnya kemudian menggedong Cindy.

"Bunda harus ngampus, kamu ikut Bunda ya?" tanyanya seraya mengusap lembut pipi Cindy yang basah. "Udah, jangan nangis. Nanti Mama jemput kamu di kampus."

"Mama?" Cindy mulai menghentikan tangis dan hanya menyisakan segukannya yang masih terdengar samar. Ia turun dari gendongan Veranda kemudian mengambil kupluknya yang tadi dilempar dan memberikannya pada Veranda.

Veranda tersenyum lalu mengambil kupuk itu dan dipasangkan kembali di kepala Cindy dengan rapi. "Kamu jalan ya?" tanyanya menggenggam tangan mungil Cindy.

Cindy hanya menurut sambil melangkah mengikuti Veranda yang berjalan keluar rumah.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kampus Veranda. Sebelum masuk ke dalam, Veranda berjongkok menyeimbangkan posisinya dengan Cindy.

"Nanti kamu panggil Bunda, kakak," ucap Veranda berharap Cindy akan mengerti apa yang ia ucapkan. Namun Cindy sepertinya sama sekali tak mengerti karena sibuk memandangi kampus Veranda yang masih sangat asing.

"Hey, sayang." Veranda menangkupkan sepasang tangannya di pipi Cindy agar pandangan Cindy terkunci kepadanya. "Panggil aku kakak Veranda jangan Bunda," ujarnya sekali lagi. Bukan apa-apa, Veranda hanya takut semua temannya berpikir yang tidak-tidak karena Cindy memanggilnya dengan sebutan Bunda.

"Kakak Penda." Cindy tersenyum seolah-olah ia mengerti apa yang Veranda ucapkan. Cindy menepis tangan Veranda kemudian berlari masuk ke dalam kampus.

Veranda mengejar Cindy kemudian menggenggam tangannya dan beriringan masuk ke dalam. Tangannya yang lain menggerogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. Veranda menghela napas lega melihat nama Kinal tertera di sana.

"Kamu dari mana aja? Cindy di kampus sama aku. Jemput dia sekarang."

"...."

"Kamu udah di rumah? Ya udah, sekarang yaa jangan lama. Kelas aku mulai setengah jam lagi." Veranda langsung menutup sambungan kemudian menunduk, melihat Cindy yang sedang fokus memandang ke sekeliling dengan tampang polosnya. Veranda tersenyum menyadari Cindy selalu terlihat menggemaskan, entah sedang menangis, tertawa, tersenyum atau diam.

Cindy melepaskan tangannya dari genggaman Veranda kemudian berlari cepat ke arah kantin. Veranda hanya mengikuti langkah Cindy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Cindy yang kini berdiri di depan sebuah kulkas berisi banyak es krim.

"Bundaa!!" teriak Cindy menunjuk-nunjuk salah satu es krim yang tertera di gambar.

Mata Veranda langsung mengitari sekeliling, menatap beberapa orang yang sedang menatapnya dengan bingung karena panggilan Cindy. Veranda berusaha untuk tidak memperdulikan itu dan langsung membungkukan punggungnya melihat es krim yang Cindy inginkan.

"Aku kasih tapi jangan bilang Mama kamu ya?" Veranda mengusap lembut kepala Cindy yang tertutupi kupluk, "nanti aku dimarahin."

Lagi, Cindy mengangguk sambil tersenyum seakan ia mengerti maksud Veranda.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang