8

4.2K 529 33
                                    

"Ini jaket baru! Kalo lecet gimana?!"

"Mana ada jaket lecet?! Lo pikir ini mobil?!"

"Gue udah bilang jangan nindih jaket kesayangan gue!"

"Eh ini tempat tuh sempit, lo mikir dong. Lagian bukan salah gue juga, lo yang nyimpen jaket sembarangan."

"Oh jadi lo nyalahin gue?!"

Begitulah suasana pagi hari ini di tenda, Kinal tidak sengaja menyimpan tasnya diatas jaket milik Shani. Shani yang tidak terima, tentu langsung mempermasalahkannya.

"Berisiiik!!!" teriak Naomi bangkit dari tidurnya lalu menatap Kinal dan Shani secara bergantian, "ini bahkan masih subuh! Tapi kalian udah ganggu ketenangan gue!"

"Kak Kinal yang mulai!" desis Shani mendorong bahu Kinal

"Jangan berani nyentuh gue!" bentak Kinal tajam

"Aaargh! Stres gue!" Shani mengacak rambutnya frustasi kemudian memilih untuk keluar dari tenda dengan emosi yang masih menyelimutinya.

Kinal bangkit menyiapkan tubuhnya untuk berdiri menyusul Shani tetapi diurungkan ketika merasakan sebuah tangan menggenggam tangannya. Kinal menoleh kebelakang, mendapati Veranda yang tengah menggenggam tangannya dengan mata yang masih tertutup. Sedari tadi Kinal mengira Veranda masih tidur, ternyata Veranda hanya pura-pura memejamkan matanya.

"Masih pagi, Nal. Sabar." Veranda membuka matanya menatap Kinal lalu mengulas senyum. Wajah Kinal yang memerah tampak sedang emosi, rambut pendeknya yang berantakan, benar-benar tidak bisa membuat Veranda menahan senyumannya lebih lama lagi.

"Aku gak salah lagian, mana aku tau disana ada tas."

Veranda melepaskan genggamannya pada Kinal lalu duduk, "Kamu kesel sama adek aku?"

"Loh orang dia yang mulai duluan."

"Kamu yang gede harusnya ngalah dong."

"Kamu sendiri gak pernah mau ngalah sama Viny."

Naomi meringis kemudian menutup kedua telinganya, "Sumpah gue gila sekelompok sama kalian," ucapnya bergedik ngeri dan langsung keluar dari tenda.

Shani berhenti ketika melihat Viny dan Gracia sedang tertawa tengah membicarakan sesuatu. Shani menaikan sebelah alisnya merasa bingung dengan sikap Viny, Viny tidak pernah tertawa sekeras itu dihadapannya. Ia memutar langkahnya mendekati Viny kemudian berdiri ditengah-tengah memisahkan Viny dan Gracia.

"Eh jangan berdiri ditengah-tengah dong, gue lagi ngobrol sama kak Viny," Gracia mencoba menarik tangan Shani tapi Shani tetap berdiri tegak layaknya patung yang memisahkan mereka berdua.

"Terserah gue dong." Shani melipat kedua tangannya didepan dada memasang ekspresi wajah angkuh seperti biasanya.

"Gak sopan banget sih lo." Gracia menatap sinis pada Shani

"Eh biasa aja dong liatnya." Shani merubah posisinya jadi menghadap Gracia

"Lo yang mulai ya ganggu gue!"

"Lebay banget sih," Shani memutar malas bola matanya, "dasar si alis buram."

"Kok lo bawa-bawa alis gue sih?"

"Emang alis lo buram kan?"

"Terus masalahnya sama lo apa?"

"Gak ada sih, aneh aja."

"Dari pada lo ya, alis kaya ulat bulu."

"Sirik aja. Yang penting gue tetep cantik."

Viny mengangkat kedua bahunya tidak peduli dengan pertengkaran itu kemudian mengalihkan pandangannya pada Naomi yang entah sejak kapan sudah berdiri disampingnya, "Kak Naomi kenapa?"

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang