Pesta Dadakan

4.2K 462 34
                                    

Malam ini Fauzi mengadakan acara besar-besaran untuk merayakan suksesnya Perusaha yang baru saja dibangun bersama Marissa, meski belum mencapai puncaknya tapi mereka sudah cukup senang. Keempat gadis yang baru tiba tadi pagi dari Bandung tentu merasa kaget, sekaligus ketar-ketir karena belum menyiapkan dress untuk pesta kali ini. Mereka hanya memiliki waktu beberapa jam, untung saja mereka bisa mendapatkan dress yang mereka inginkan tadi sore.

Semua mata tertuju pada Veranda dan Shani yang tengah melenggang dengan anggunnya dari atas tangga. Mereka mengenakan warna dress yang senada yaitu putih, rambut yang digulung satu dibelakang menunjukan kemolekan pundak dan lehernya yang putih. Dengan polesan make up sederhana mereka terlihat sangat cantik.

Beberapa decakan kagum dari tamu yang hadirpun terdengar, ada juga yang berani meneriaki nama mereka dengan banyak pujian. Namun sekeras apapun mereka memuji, telinga mereka seolah tuli. Pandangan mereka hanya terkunci pada dua orang gadis mengenakan dress pendek berwarna hitam yang berdiri di tengah-tengah, tampak sedang menyambut kedatangan mereka.

"Cantik banget Ve," puji Kinal. Matanya seakan tidak bisa berkedip sekalipun memandangi wajah anggun Veranda yang terpahat dengan sempurna itu. Ia bisa melihat ratusan bentuk keindahan dunia bahkan hanya dengan menatap dua bola mata itu.

Viny hanya mengangguk lalu menunduk. Beda seperti Kinal yang memilih untuk tenggelam dalam tatapan Veranda, Viny tidak ingin menarik dirinya sendiri untuk ikut hanyut dalam keindahan yang disuguhkan semesta lewat wajah Shani. Ia takut terjerat pada tatapan teduh itu.

"Pengecut," desis Shani sangat kesal melihat Viny yang seenaknya memalingkan wajah setelah ia mematenkan tatapannya pada Viny dari tadi.

Veranda menatap Shani sekilas lalu menarik pandangannya pada Viny yang masih menunduk. Ia tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya. Satu yang dapat ia simpulkan setelah melihat kedekatan Viny dan Shani; ternyata adiknya yang berusaha untuk mencari perhatian dari Viny, bukan sebaliknya. Veranda sedikit bingung, selama ini semua orang berusaha mencari perhatian Shani tapi gadis berambut pendek yang bisa dikatakan beruntung itu, masih bersikap sedikit dingin dan tak acuh. Ia juga tak habis pikir, kenapa Shani bisa begitu tergila-gila pada Viny? Veranda mengerjap, menepis pikirannya tentang semua itu. Yang terpenting sekarang, kini dihadapannya ia dimanjakan oleh senyuman manis Kinal dan binar matanya yang seakan tidak berhenti melontarkan pujian akan kecantikannya.

Kinal mengambil satu gelas minuman berasa yang langsung ia berikan pada Veranda, "Minuman manis buat gadis manis yang wajahnya selalu mampu mewakili semua keindahan di dunia ini."

Semburat merah terlihat dari pipi Veranda, merasa tersipu mendengar pujian Kinal. Dengan sedikit gugup dan malu, ia mengambil gelas itu lalu menyunggingkan senyuman dikedua sudut bibirnya, "Makasih."

"Ah, manisnya," puji Kinal untuk yang kedua kalinya. Veranda menggigit bibir bawahnya menahan teriakan senang yang hampir saja lolos, ia langsung mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan pipinya yang mungkin sudah sangat merah saat ini.

"Kamu gak ngasih aku minuman juga?" tanya Shani membuat kepala Viny terangkat menatapnya.

"Itu deket, Shan. Masa harus diambilin?"

"Hhmmpt." Kinal langsung menutup mulut menggunakan telepak tangan menahan tawanya sendiri melihat wajah polos Viny dan wajah kesal yang Shani tunjukan.

"Gak usah ketawa." Shani mendelik sinis pada Kinal.

"Kok gue yang dimarahin sih?" Kinal mengusap lehernya bingung.

Veranda menatap Kinal lalu mengedipkan kedua matanya secara bersamaan memberi isyarat agar Kinal diam. Kinal mengangguk-anggukan kepala paham.

"Shani minta digombalin kaya aku, Vin." Setelah membuat Kinal diam, Veranda malah mengucapkan kalimat yang membuat kekesalan Shani semakin bertambah.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang