Cemburu

4.6K 524 35
                                    

Suara tawa terdengar keras memenuhi kantin Sekolah ini, itu berasal dari dua kakak beradik yang sedari tadi tidak berhenti melemparkan canda, khususnya Kinal, orang yang memang pada dasarnya sangat humoris.

Padangan bingung beberapa kali mereka dapatkan, karena sebelumnya mereka terkenal sebagai musuh yang sering bertengkar. Mungkin murid-murid itu merasa heran kenapa sekarang mereka bisa terlihat sangat akrab.

"Jadi kakek tua it---"

"Kinal!"

Kinal menggantungkan ceritanya ketika mendengar suara yang menyerukan namanya dengan keras. Ia mendongak ke arah suara dan langsung tersenyum ketika melihat siapa orang yang berjalan menghampirinya, dia Naomi. Satu-satunya teman yang ia miliki selain Shani.

"Duduk." Kinal menggeser sedikit posisi duduknya untuk memberi ruang pada Naomi yang ingin ikut bergabung. Tanpa sadar mata Veranda kini tengah menatapnya dengan sinis, khususnya pada Naomi.

"Vin, lo tar sore ada pertandingan anggar 'kan?" tanya Naomi santai sama sekali tidak memperdulikan tatapan Veranda meski ia sadar akan tatapan itu.

Viny mengangkat satu tangannya memberi jeda agar ia bisa mengunyah dulu bakso yang ada di dalam mulutnya. Setelah selesai, ia mengambil air mineral lalu di minum sedikit untuk melegakan tenggorokannya. "Iya kak," jawabnya sambil mendorong mangkok bakso yang sudah habis itu.

"Boleh ikut gak?" Naomi tersenyum pada Viny.

"Wah boleh banget kak, dateng aja biar rame." Viny tersenyum tipis kemudian mengambil sisa jus yang Kinal miliki dan meyeruputnya sampai habis.

"Yes!" Naomi bersorak gembira kemudian menatap Kinal yang duduk di sampingnya, "Aku bisikin sesuatu."

"Apa?" Kinal mencondongkan kepalanya tepat bagian telinga pada Naomi.

Belum apa-apa Naomi sudah tersenyum, ia segera mendekatkan wajahnya untuk membisikan sesuatu pada Kinal.

"Serius?!" pekik Kinal setelah info dari Naomi ia dapatkan, "Gilaaa." Kinal tertawa keras lalu merangkul bahu Naomi, "Ah, hebat banget. Selamet ya."

Naomi mengangguk seraya membalas rangkulan Kinal dengan pelukan erat dari samping, "Iyaa."

Tatapan Veranda semakin tajam, darah yang mengalir di tubuhnya tiba-tiba saja mendidih melihat Kinal yang tak kunjung melepaskan pelukannya, seakan tidak memperdulikan keberadaannnya di sini dan tentu saja statusnya.

Naomi menyempatkan diri untuk menatap Veranda dengan senyuman miringnya seakan tengah meledek entah apa alasannya. Habis sudah kesabaran gadis cantik itu, Veranda menggebrak meja lalu berdiri menatap tajam pada Naomi selama beberapa detik. Tak lama, ia mendelik pada Kinal kemudian berlalu pergi keluar dari kantin.

"Terus sekarang gimana?" tanya Kinal menundukan kepalanya untuk menatap Naomi.

"Tar aku ceritain ya." Naomi tersenyum, melepaskan pelukannya setelah dengan sengaja membuat Veranda marah. Sebenarnya ia tidak membenci Veranda, hanya saja ia merasa gemas melihat sikap cemburuan Veranda selama ini.

Shani menaikan sebelah alisnya bingung melihat Kinal yang malah memfokuskan diri pada Naomi, bukan mengejar Veranda. "Kak Kinal."

"Iya?" tanya Kinal tanpa menatap Shani. Ia masih tersenyum-senyum sediri memandangi wajah Naomi yang tampak sangat bahagia. "Kamu bahagia?"

Naomi mengangguk mantap dan kembali memeluk Kinal. Menyandarkan kepalanya dengan nyaman di dada Kinal. "Bahagia banget."

Kinal mengusap rambut Naomi lalu menatap Shani, "Ada apa?"

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang