Kinal tertawa, "Bisa aja ah. Btw mau ke mana?"

"Ke Pasar, nyari Ojek tapi gak ada."

"Wah kebetulan, aku juga mau ke Pasar. Jauh gak dari sini?"

"Tiga jam lah, Nal."

"What?!" pekik Kinal kaget, "sejauh itu?"

"Iyaa." Yona tertawa melihat ekspresi Kinal yang tampak menggemaskan.

"Ve belum makan, aku takut kemaleman pulangnya. Besok pagi aja gimana?" Kinal mengambil pesanannya yang sudah siap lalu tersenyum sambil membawa kembaliannya. Tidak salah Kinal memilih untuk tinggal di sini, semua makanan sangat murah jika dibandingkan dengan Jakarta.

"Subuh ya?" Yona duduk di kursi, "Aku ngomong bentar bisa?"

"Ngomong soal apa?" Kinal menggantungkan kantung plastik berisi makanannya itu di motor lalu duduk di samping Yona.

"Soal kamu yang minta cariin kerja. Di sini banyak kerjaan buat kamu, di kebun Papa aku bisa."

Kinal tersenyum mendengarnya, "Beneran bisa?"

Yona mengangguk, "Iya, tapi kamu beneran gak mau lanjutin Sekolah?"

Kinal menghela napas kasar lalu membuang pandangannya ke depan, "Kalo aku sekolah, siapa yang kerja? Mungkin sekarang aku bisa santai punya uang jutaan tapi buat ke depannya gimana?"

"Tapi sayang tinggal setahun lagi kamu lulus dan mungkin bisa kerja di kota."

"Aku udah gak bisa balik lagi ke kota. Aku mau di sini, menua sama orang yang aku cintai." Kinal tersenyum membayangkan kehidupannya bersama Veranda nanti lalu mengalihkan pandangan pada Yona, "Ve aku daftarin Sekolah di tempat kamu. Temenin ya ntar."

"Pendaftarannya tinggal seminggu lagi. Lusa aku anter ya."

"Sip." Kinal berdiri lalu menepuk lembut bahu Yona, "Makasih ya buat bantuannya. Aku mau balik dulu, takut ada apa-apa sama dia."

***

"Ve, makan dulu ya." Kinal menyodorkan satu sendok nasi pada Veranda. Namun mulut Veranda masih terkunci rapat, matanya menatap tajam ke arahnya. Kinal mendesah pelan lalu menyimpan sendok itu kembali ke dalam piring. "Jangan gini, aku pusing," keluhnya meremas kasar wajahnya sendiri. "Aku ke sini pengen bahagiain kamu."

"Licik," desis Veranda tanpa meluluhkan tatapannya pada Kinal. Deru nafasnya memburu, Veranda masih sangat emosi. "Kita balik lagi ke Jakarta kalo kam-"

"-Balik lagi?!" Kinal meninggikan suaranya dan itu membuat bulukuduk Veranda sedikit meremang melihat tatapan Kinal. "Kalo kamu emang gak mau ikut, kenapa gak bilang dari awal? Aku udah ninggalin Viny sama Mama buat kamu!" Kinal memukul keras lantai hingga buku-buku jarinya berdenyut hebat. Nafasnya tersenggal-senggal. Sekuat tenaga ia menahan emosinya agar tidak terlampiaskan pada Veranda.

"Gak gini caranya, Nal!" Suara Veranda tidak kalah keras dari Kinal, "Apa maksud kamu nyuruh aku bawa semua ijazah aku dari SD sampe SMP? Bawa semua rapot aku sementara kamu ke sini cuma bawa baju?! Kamu sengaja 'kan gak bawa itu semua biar ada alasan buat gak ikut daftar ke sekolah?!" Veranda berdiri lalu membawa kopernya, "Kalo di sini aku cuma bisa nyusahin kamu, aku pergi!"

CintaWhere stories live. Discover now