29. University Of East London

6.6K 634 86
                                    

Dengan menjatuhkan tubuh tepat di hadapan Maura, Erlan berdiri dengan ke dua lutut seperti Christian yang melamar Anastasia Steele di filem Fifty Shades Of Darker, Viena memperhatikan Erlan di susul Prayoga bergumam kecil "So sweet, seperti papa dulu waktu melamar Mama" Keny menghembuskan napas panjang memperhatikan pemandangan yang tak jauh darinya,

[*]

Maura meraih selimut panjang yang menutupi kaki Viena di atas sofa pembaringan dan meletakkan selimut itu di atas paha.

"Dingin" Maura tersenyum memperhatikan Viena yang masih bersungut dengan wajah yang masih jelas terlihat kesal. Duduk tepat di samping Viena dan dalam selimut yang sama, Viena masih menoleh ke arah Maura yang kini terlihat menunduk, wajahnya terlihat seperti ada guratan lelah, meski ia tahu tak ada aktivitas yang Maura lakukan hingga harus menguras tenaga.

"Kamu ngapain aja sama Erlan?"

"Ngobrol aja" Maura balas menoleh menangkap wajah Viena yang menuntut jawab, Maura kembali tersenyum.

"Ngobrol kok selama itu?"

"Masa sih, aku kok nggak ngerasa lama ya, seperti baru dua menitan" Kembali Viena membuang tatapan kesal. Mendengar itu seperti kalimat pengharapan dari Maura yang seolah ingin berlama-lama lagi bersama Erlan.

"Yaudah, kenapa nggak sampe malem sekalian baru masuk rumah !"

"Ya nggak enak lah Vien ada Mama Papa, nanti apa kata mereka" sembari mengayunkan kaki, keheningan kembali terjadi, Viena berdiri mengibas selimut yang sedari tadi menutup celana jeans sobek yang ia kenakan.

"Mau kemana Vien?" tanpa menjawab ia duduk tak jauh dari aquarium berukuran sedang, tempat ia memelihara ikan badut berpasangan yang kini terlihat pada bejana kaca sedang bersembunyi mendekati aerator air , aquarium Viena terlihat menenangkan pada pemilihan wallpaper bejana serta rumput palsu dan cahaya berwarna ungu kontras pada pantulan kaca hingga menimbulkan biasan indah ke sisi ruangan, dan lagi suara yang keluar dari sirkulator air seketika menimbulkan suasana damai.

"Aku nggak percaya orang seperti kamu bisa jadi penyayang hewan?"

Viena diam, tak kuasa membalas kata, ia sibuk mengetuk bejana , memperhatikan kedua ikan di dalam akurium sibuk berenang memainkan busa-busa air. Maura merebahkan diri, membaringkan tubuh memperhatikan langit-langit kamar sembari melebarkan ke dua tangan, ia tersenyum, Viena memperhatikan itu, kenapa, kenapa Maura tersenyum hingga selebar itu, apa ia sedang merasakan moment bahagia usai pertemuannya bersama Erlan.

"Ra aku lagi kepingin sendiri , kalau kita berdua di sini, papa dan Mama bakalan nyariin kita, mendingan kamu keluar biar mereka nggak terlalu nyadar kalau aku nggak ada"

Maura menoleh ke arah pemilik suara, seraya memejamkan mata tak perduli.

"Aku mau tidur di sini, kita tidur di sini aja Vien, aku suka dengerin suara air dari aquarium kamu"

"Nggak usah, aku nggak bisa biarin kamu dimarah mama"

"Terus, kamu aja yang dimarah gitu, kan aku yang minta, seru kali ya kalau kita di marah berdua" Viena menautkan alis, bagaimana mungkin dimarahi oleh Keny adalah bagian dari keinginan Maura.

"Lucu kamu"

"Lebih lucu kamu yang terlalu sering di marah tapi selalu mengulangi kesalahan yang sama" Maura tersenyum dengan membalik tubuh menatap ke arah Viena. Hingga mereka menyadari ke dua handphone milik mereka bersamaan berbunyi, Viena memilih mengabaikan saat tahu jika Keny telah menghubunginya, sementara Maura lebih memilih mengangkat panggilan dari Prayoga.

"Ya pa?"

"Kamu pergi ke mana dengan temen kamu?"

"Maura nggak sama temen, tapi keluar bareng Viena" terdengar hembusan napas lega dari arah suara seberang sana, Maura menunggu jawaban

Revenge and Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang