10. Saat Maura kehilangan Separuh Hidup

6.2K 619 50
                                    

Seperti jalanan sepi dengan daun-daun kuning yang berguguran saat hujan menyapunya.  Terasing, sendiri, terkucil, sementara sekian banyak manusia yang berbicara dengan bahasa yang sama, Maura seolah berada pada pelanet yang tak di mengerti, dan dirinya seperti alien.

[❣]

Gema adalah pemantul bunyi, ia seperti suara yang diterima oleh pendengar beberapa saat setelah bunyi itu berlangsung, sementara perasaan adalah respon yang dipelajari tentang sebuah keadaan emosi, entah itu telah terjadi maupun yang akan terjadi, itulah yang dirasakan Irene Sheena saat sebelum ia melangkahkan kaki.

Ada suara yang selama ini ia dengar, sapaan tangis, nada, canda yang hampir berpuluh tahun bersama nya itu kini seketika melintasi alam bawah sadar, percaya atau kah tidak, bonding atau ikatan yang kuat antara ibu dan anak tak dapat dijelaskan oleh akal, namun semesta memberi kekuatan, karena tangisan ibu yang di sebabkan oleh kekecewaan yang dilakukan sang anak, konon dapat diartikan sebagai petaka pula bagi kehidupan anak tersebut, begitu pula dengan Doa.

Bonding atau ikatan yang kuat antara ibu dan anak dapat menimbulkan kehangatan, kasih sayang, rasa bahagia, rasa aman, serta saling mencintai antara keduanya. Jika bonding tersebut terus terjaga, maka anak akan merasa ketenangan, dicintai, dan terlindungi, begitulah cara semesta menggerakkan hati Irene yang tiba-tiba merasa terpanggil untuk menjemput putri semata wayangnya pulang dari kelas tambahan mata pelajarannya di sekolah.

Irene menaiki Jazz merah miliknya, memarkir mobil tepat di depan parkiran halaman sekolah, ia hanya mendapati sekilas bayangan Maura yang ternyata tak melewati pintu utama justru memutar haluan ke jalan samping sekolah, Irene memutar arah laju mobil berlahan mengiringi Maura dari arah belakang sebelum ia mendapatkan lahan yang kosong untuk berhenti.

Tiba-tiba saja dari arah samping mobilnya melintas blue bird yang kini berhenti tak jauh dari anaknya berdiri, di situlah ia tak mampu untuk berucap, saat hanya dalam hitungan detik ia menatap tepat di kedua matanya gadis belia yang selama ini ia jaga dengan sepenuh pengorbanan dan nyawa diseret paksa untuk memasuki taxi biru yang berhenti tak jauh dari Maura melangkah.

"Mauraaa.." satu kata yang terucap selanjutnya Irene terus menarik gas mengikuti taxi biru yang telah membawa anaknya dari arah belakang, ia sempat kehilangan jejak, hingga pada akhirnya ia tak mampu mengontrol laju gas.

Tiba-tiba, Boooom (Saya tahu itu bukan bunyi yang pas saat kedua mobil bertubruk hingga hancur).

Pria yang berdiri menjaga dari arah pintu menangkap bunyi yang begitu kuat dari arah ujung jalan kecil yang tadi mereka lewati, tak jauh darinya ia melihat seorang wanita keluar dengan kepala yang berlumuran darah, berjalan sempoyongan mengatur keseimbangan, seperti orang yang kebingungan ia menyapu pemandangannya ke seluruh persawahan yang terlihat begitu lenggang. Melewati jalan setapak hingga matanya menangkap gudang tua dari arah ujung jalan masuk.

Irene terus melangkah, mendekati gubuk itu, namun langkah kakinya tersekat oleh pria yang memaksa ia untuk mundur.

"Mana anak saya?"

Pria itu terlihat seperti orang yang sedang kebingungan, hingga tiba diantara mereka pria dari arah dalam gudang keluar dengan napas mengendus, Irene berteriak meminta pertolongan, di susul suara Maura dari arah dalam gudang, kedua preman itu panik ketakutan, preman yang baru keluar dari gudang itu reflek mengambil sebilah pisau dari arah saku baju dan menancapkan seketika keperut Irene agar wanita itu tak lagi mengeluarkan suara berisik, wanita itu rubuh dalam hitungan detik.

Kedua pria itu kembali panik saat semak-semak tinggi terlihat ada sebuah gerakan aktif, sekumpulan masa bergerombolan datang menuju arah gudang, dengan panik keduanya lari kearah belakang memasuki arah pesawahan meninggalkan Maura yang masih berada di dalam gudang beserta Irene yang terbaring bersimbah darah.

Revenge and Love [Completed]Where stories live. Discover now