32. Me and My Broken Heart

7K 624 168
                                    

Maura tak melepaskan tatapan, meski terdengar indah, Viena tak dapat menyembunyikan, jika suaranya terdengar sedikit menahan tangis.

[❣]

Mobil melaju kencang dan berhenti tepat di parkiran salah satu restoran di kawasan Kemang Raya , Mampang Jakarta selatan.

"The Edge Bistro & Mojito Bar, ngapain Viena kesini?" Erlan menggelengkan kepala, karena dia tahu, jika tidak ada party khusus di The Edge Bistro jarang buka saat pertengahan malam.

Maura keluar dari mobil mengikuti Viena dan Maleo dari arah belakang.

"Sayang aku nggak bisa lama-lama" dengan lembut Erlan menggenggam lengan Maura untuk masuk kembali ke Mobil agar mengikutinya kembali pulang.

"Aku harus pulang bareng Viena, nggak mungkin aku tinggalin dia sendiri dan di jam segini di luar rumah"

"Dia bisa pulang bareng pacarnya"

"Dia bukan pacar Viena!"

"Yaudah, intinya aku nggak bisa lama-lama, besok subuh-subuh sekali aku harus nganterin Papa, Mama ke bandara"

"Kalau gitu kamu pulang Ya, aku nanti bisa pulang bareng Viena"

"Yakin kamu bakalan pulang bareng Viena, kalau gitu aku telfon seseorang untuk jaga kamu"

"Nggak usah" Maura menarik tangan Erlan saat hendak meraih ponsel dari saku jas.

"Nggak usah yang, aku bukan siapa-siapa, jadi aku nggak butuh siapa-siapa buat jagain aku, kamu percaya deh, Viena aja udah lebih dari cukup untuk jagain aku, kamu percaya Viena kan?, dan aku yakin kamu lebih tahu dan kenal dia dari aku" Meski sedikit ragu Erlan tahu siapa Viena, ia tahu tentang prestasi Viena dalam ilmu bela diri, Erlan menyiutkan alis menatap Maura, satu kecupan ringan di bibir Maura sontak membuat wanita itu kaget, jauh lebih mengagetkan saat tanpa sadar ada dua orang yang berdiri mematung memperhatikan mereka dari jauh, entah mengapa Maleo dan Viena bersamaan mengepal tangan seolah merasa ada sesuatu menghunus hati, ada api yang seolah menjalari tubuh meski hanya dengan percikan api cemburu yang tak mereka mengerti.

"Masuk yuk Le" Suara serak tercekat terdengar aneh, namun Maleo menuruti Viena dari arah belakang, mereka melangkah dengan tenaga yang hampir terkuras mencari lift bergegas menuju lantai atas.

***

Seperti yang di sampaikan satpam penjaga, outdoor di lantai paling atas sedang ada pesta, Maura dengan hati-hati menuju rooftop resto yang kini telah di penuhi rekan-rekannya yang sebaya, banyak yang sepantaran usia dengannya, kira-kira begitu ia menganalisa, meski hingar bingar musik menggema, setidaknya bukan musik EDM yang biasa diperdengarkan Viena, instrumen akustik terdengar indah, Maura mengambil meja tak jauh dari kolam renang yang menawarkan pemandangan indah kota Jakarta di saat malam. Sambil terus mencari ke sekeliling resto untuk menemukan Viena, ia di hampiri seorang pria yang menghantarkan segelas air untuk ia minum, pelayan resto menyuruh Maura untuk mengambil makanan gratis dari atas meja prasmanan tak jauh dari pintu masuk.

"Mas ini pesta apa ya?" tanya Maura yang masih bingung pada interior yang terlihat tak seperti biasa

"Ini acara Production House yang akan di buka oleh Mbak Larisa, dan restoran ini di sewa khusus untuk acara peresmian nya"

"Larisa?" Maura menghamburkan pandangan ke depan, bagaimana mungkin ia bisa hadir di acara Larisa yang ia tahu pernah memiliki hubungan yang entah disebut apa ia bersama Viena, dan Viena, Maura merutuki diri atas apa yang tidak diceritakan Viena padanya. Ia masih sendiri menikmati instrumen piano Flashlight - Jessie J hingga hamburan matanya menatap sosok wanita yang sedari tadi ia cari, berdiri tak jauh dari arah Maleo digandeng seorang wanita berparas cantik dengan terus menggenggam jemari Viena, gadis yang mengenakan gaun biru malam itu terlihat menggelanyut manja merebahkan kepala tepat di atas bahu Viena seraya menarik dan memaksa Viena untuk naik ke panggung, Viena berusaha menolak, namun gadis cantik bak artis itu terus memohon kepada Viena untuk naik.

Revenge and Love [Completed]Where stories live. Discover now