40. Dendam Yang Terungkap

5.2K 505 196
                                    

Bagaimana mungkin selama ini secara sadar dirinya telah menaruh hati pada manusia yang dari awal saja tak dapat ia tebak, Maura tampak terlihat baik. Namun tak ada yang tahu dibalik kebaikan itu semua, Maura menyimpan misteri yang jauh lebih kelam dari hutan di waktu malam.

[❣]

Maura melangkah keluar kelas memastikan Viena dari jauh pada fakultas mereka yang berbeda , ia sengaja beralasan untuk tidak menemani Viena di kampus, Kelas Maura memang dimulai terlebih dahulu ketimbang kelas Viena, namun untuk yang kesekian kali, Maura kembali membolos untuk hadir pada jam kuliah, ia bahkan sudah beberapa kali tak melakukan tatap kelas saat awal-awal perkuliahan. Maura mempercepat langkah meninggalkan kampus , menaiki  bus yang ada di double decker menuju Spire apartemen.

Tepat di depan pintu kamar apartemen, Maura menemui Vievi dan Andre berdiri dengan wajah Vievi tampak tertekuk kesal.

"Ampundeh Ra, lama banget sih kamu, Kamu tahu udah berapa lama kita nunggu?" Maura tersenyum, mengeluarkan key card dari dalam tas yang ia kenakan.

"Maaf ya kak, Bang, tadi aku harus nyari waktu untuk Viena masuk kelas dulu baru bisa pulang"

"Kamu nggak ngambil kelas lagi hari ini?" Maura menggeleng menjawab pertanyaan Andre seraya masuk ke dalam ruangan tatkala pintu telah terbuka.

"Duduk dulu ya, aku mau ke ke dapur bentaran"

Andre melirik, ada sentuhan etnik dalam interior ruangan, penataan perabot dan pernik khas budaya Indonesia terlihat sangat kental. Tampak cahaya berpendar bersamaan wangi kayu dan rangkaian bunga hidup di dalam vas. Pencahayaan yang lembut berwarna kuning menciptakan suasana keakraban di ruang foyer yang terdapat sofa yang kini ia dan Vievi duduki. Interior dari budaya bangsa, penataan dan pemilihan furniture dengan sentuhan selera yang sangat lembut, Andre terkesima.

Maura keluar dengan membawa dua gelas air putih dingin dan late coffe hangat. Lantas meletakkan gelas dan botol tepat di atas meja ruang tengah, remote yang sedari tadi di genggam oleh Vievi kini menjadi objek pelampiasan kekesalan, mengubah chanel secara terus-terusan.

"Kak Vie" Andre menoleh saat segelas kopi ia lesap menghangatkan tenggorokan.

Maura duduk pada bagian kursi yang mengitari meja, tepat di sampingnya Andre duduk, dan Vievi berada tepat di hadapannya.

"Kamu udah lihat berita dari Company Groub Prayoga?" Tanya Vievi masih sibuk mengubah chanel layar televisi. Maura menyilangkan kaki membuka laman tab memasukkan beberapa list dan data pembelian saham dengan duduk nya yang begitu tenang.

"Sudah kak, dan mungkin besok aku udah nggak bisa kekampus lagi"

"Apa ini terlalu cepat?" Andre memotong kalimat sambil membaca laman harian surat kabar London News tanpa sedikitpun menoleh ke arah Maura yang hanya mengenakan rok Dirndl skirt tepat di atas lutut, kulit bersihnya terpapar jelas.

"Mungkin bisa di bilang terlalu cepat, memang banyak yang menjadikan alasan study lanjutan hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tapi bukan berarti aku mengenyampingkan pendidikan, ada tanggung jawab yang harus aku selesaikan, semoga waktu masih memberikan aku kesempatan" Maura masih terlihat sibuk, mengscrool data , dan mengecek beberapa Email, secara tiba-tiba, Maura memperlihatkan senyuman kecil hingga tertawa renyah menyuara, Andre menoleh, Vievi menatap Maura menunggu Maura menceritakan hal yang membuat gadis pemilik senyuman manis itu barusan tertawa tanpa sebab.

"Kalian benar, Garlan Aquilla Company barusan saja melakukan transaksi tawar lelang saham, dan mereka berani mengambil alih 50 % saham dari perusahaan orang tua kalian" Maura tak dapat menahan tawa dengan rona bahagia saat menatap Vievi bergantian menoleh ke arah Andre.

Revenge and Love [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora