"Sabar." Shani mengusap punggung Viny sekias kemudian naik ke jok belakang dan langsung melingkarkan sepasang tangannya di perut Viny. Rasanya sangat nyaman apalagi saat menghirup aroma wangi tubuh Viny yang sedikit bercampur dengan bau keringatnya.

Nafas Viny berembus kasar. Emosi yang hampir saja meluap kini menyusut secara perlahan karena kenyamanan yang diberikan Shani lewat rangkulannya. Ia mengerjap sekilas lalu melajukan motornya meninggalkan Perguruan itu.

"Oh ya, kak. Makanan kesukaan kak Kinal itu apa sih?" Shani memulai topik pembicaraan dengan kepala yang sedikit condong ke depan agar suaranya bisa sampai ke telinga Viny.

"Dia suka kue, yang manis-manis pokoknya. Makanya mukanya manis," jawab Viny jujur, dibubuhi dengan sedikit pujian juga kekehan pelan diakhir. Tanpa sadar gadis di belakangnya ini mendelik malas mendengar pujian itu. "Sama Mie Goreng sih kalo gak salah."

"Kalo makanan yang dia gak suka apa?"

"Dia gak suka pedes sama Pare."

"Oh iya-iya." Shani tersenyum menyeringai

"Kenapa emang? Tumben nanya dia, bukannya kamu benci ya?"

"Ah kata siapa, mana mungkin aku benci sama kakak dari orang yang sekarang namanya ada di puncak tertinggi hati aku." Shani mengeratkan pelukannya. Kalimatnya tidak sepenuhnya bohong, Shani membenci Kinal tapi hatinya sangat mencintai Viny. Meskipun perasaannya itu belum terbalas, tapi setidaknya Viny masih mampu menjadi sumber kebahagiaan dan senyumannya.

"Kapan aku ngedaki puncak hati kamu?" tanya Viny sedikit menggoda. Shani sempat mengerutkan dahinya tidak percaya orang sekaku Viny bisa menggoda seperti ini.

"Senyuman kamu, sikap kamu, perhatian kamu secara gak langsung ngedorong nama kamu buat singgah di puncak hati aku."

"Cuma singgah?"

"Dan menetap di sana."

Viny mengulum senyumannya lalu menggenggam tangan Shani yang berada di perutnya. Ia berharap, waktu akan memberikannya kesempatan untuk membalas perasaan Shani. Viny ingin menikmati kebahagiaan yang diberikan cinta meski ia masih belum siap jika harus mengecap rasa sakit dari cinta itu. Bagaimanapun juga, cinta tak hanya akan menyuguhkan kebahagiaan, tapi juga kesedihan dan rasa sakit.

***

"Selamat sore semuaaa!!" sorak Shani berteriak keras dengan wajah berbinar bahagia. Jangan tanya apa alasannya.

"Jagoan Papa udah pulang nih, gimana karatenya?" tanya Fauzi menepuk-nepuk pundak Shani dengan lembut.

"Sangat amat menyenangkan," jawab Shani tersenyum lebar.

"Lebay banget," timpal Veranda dari arah dapur. Sepasang tangannya membawa mie goreng spesial yang sengaja ia buat untuk keluarganya.

"Eh, kakak masak apa?" Shani bangkit dari duduknya kemudian berjalan menghampiri Veranda. "Mie apaan nih?"

"Mie burung dara enaknya nyambung teruuus." Veranda menjawab pertanyaan Shani dengan nyanyian khas Sang Ratu ngebor, Inul Daratista.

"Wih enak nih." Shani mengayunkan jarinya hendak mengambil mie itu. Namun dengan cepat Veranda menggeplak punggung tangannya.

"Enak aja, mandi dulu sana. Udah bau keringet lagi iuuh." Veranda memutar bola matanya malas kemudian menyimpan mie itu di atas meja.

"Kak Kinal suka banget loh sama Mie," ucap Shani. Sudut matanya mengawasi ekspresi Veranda yang mendadak antusias lalu diubah kembali menjadi datar. Shani tersenyum miring melihat itu.

CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang