Dan setelahnya, murid-murid pun balik kanan, bubar. Mereka mencari homestay masing-masing. Homestay yang ada di sana sederhana saja, namun cukup besar dan nyaman, kebanyakan terdiri atas dua lantai dan bisa menampung dua kelompok sekaligus. Ditambah beberapa kasur tambahan untuk mereka jika tidak cukup tidur di kamar.

********************

Malamnya, beberapa murid OHS kelas 10 memutuskan untuk menggelar tikar di lapangan yang tak jauh dari homestay mereka, bersantai sembari menatap langit yang dipenuhi oleh bintang-gemintang. Mereka mengenakan jaket tebal dan penutup kepala. Walaupun suhu di luar dingin menggigit, namun itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk menikmati pemandangan malam. Bulan sabit menggantung indah di antara bintang-bintang. Mereka bercakap ringan, sebagian ada yang mengabadikan momen damai itu dengan kamera mereka.

Sherlyn sendiri berebahan menatap langit di sebelah Kinta. Mereka membicarakan banyak hal, termasuk persiapan untuk esok hari.

"Gue gak sabar deh buat besok," ujar Kinta. Sherlyn mengangguk setuju. "Ini pertama kalinya gue hiking."

"Gue juga," timpal Sherlyn. Namun sesaat kemudian, raut wajahnya berubah. "Tapi gue takut. Kalo kita kesesat nanti gimana?"

Kinta tertawa pelan melihat wajah khawatir sahabatnya. "Haha, gak usah konyol deh. Semua agen wisata di Gunung Semeru ini berpengalaman, berkali-kali mereka naik-turun gunung. Semua bakal baik-baik aja, Lyn. Kita bakal seneng-seneng."

Sherlyn hanya mengangguk. Masuk akal juga kata-kata Kinta. Tiba-tiba, beberapa orang yang berkumpul di atas tikar tak jauh dari tempatnya berebahan berbicara rusuh, menarik perhatian Kinta dan Sherlyn.

"Eh, JNHS juga di homestay ini ya?" tanya salah satu anak.

"Iya. Kenapa emangnya?" anak lainnya menyahut.

"JNHS udah sampe di sini, baru aja sampe. Gue tadi sempet liat temen gue yang sekolah di sana."

Sherlyn yang diam-diam menguping terkelu. Ia tahu JNHS, dan ia juga tau salah satu muridnya. 'JNHS beneran bakal sama-sama OHS selama Tour Week ini. Itu berarti ... Alice juga ada dong?'

Sherlyn memang sudah tahu soal Alice dan Vigo. Ia pertama kali melihat Alice ketika di Turner Café. Saat itu Sherlyn duduk bersama Devon, dan Vigo tiba-tiba memasuki kafe itu dengan Alice. Sherlyn juga sempat mendengar berita bahwa Alice dan Vigo berpacaran, namun karena saat itu Sherlyn sudah memiliki hubungan dengan Devon, jadi ia tidak mau mengambil pusing. Singkatnya, ia tidak peduli. Dengar-dengar juga mereka sudah putus sejak beberapa bulan yang lalu.

'Sial, kenapa gue malah mikirin Alice-Vigo? Bodo amat lah, terserah mereka mau pacaran atau nggak, bukan urusan gue ini. Tapi, kemungkinan besar Vigo sama Alice bakal ketemu lagi dong?' batin Sherlyn. Ia menjadi kesal sendiri. Ia bangkit, segera berdiri dan mengenakan sandal yang dibawanya dari rumah. Kinta menatapnya heran.

"Lo mau ke mana, Lyn?" tanya Kinta yang masih berebahan.

"Gue mau keliling-keliling dulu, bosen gue. Kalo udah jam makan malem, Line gue aja," jawab Sherlyn seraya merapatkan sweater pinknya. Kinta hanya mengangguk, membiarkan Sherlyn berjalan sendirian di jalan setapak sekitar homestay mereka.

********************

Entah sudah berapa jauh Sherlyn berjalan pelan di jalan setapak desa itu. Beberapa warga asli yang memang tinggal di Desa Ranu Pane menatapnya, lantas melemparkan senyuman. Sherlyn balas mengangguk sopan, menyapa sekilas. Warga desa itu pasti sudah terbiasa dengan orang-orang asing dari luar kota yang menginap sementara di desa mereka sebelum esoknya berangkat mendaki Gunung Semeru.

EXWhere stories live. Discover now