"Kamu gak akan peduli lagi kok sama dia, saya janji," balas Devon. Sherlyn menunduk, menatap sepatunya. Tiba-tiba, sebuah tangan menekan belakang kepalanya dengan lembut, membawanya ke dada bidang itu. Sherlyn terbelalak seketika. Bagaimana tidak? Dahinya menempel di dada bidang Devon. Bahkan ia bisa menghirup aroma tubuh Devon. Ia mengelus belakang kepala Sherlyn dengan lembut. "Saya belom berani meluk kamu, jadi begini aja ya?"

"...."

"Nanti, kamu nggak bakal peduli lagi sama mantan kamu. Kan ada saya, jadi kamu harus peduli sama saya doang. Bukan harus, tapi udah pasti," lanjut Devon. Sherlyn menengadah, menatap Devon yang lebih tinggi beberapa senti darinya dengan wajah bersemunya. Devon tersenyum manis menatap wajahnya. Beberapa saat kemudian, ia melepaskan pelukan sebelah tangan itu—entah itu bisa disebut pelukan atau tidak, karena Devon hanya menarik kepala Sherlyn sampai menyentuh dada bidangnya dan mengelus rambutnya.

Dan Sherlyn masih membeku.

"Kamu mau es krim?" tanya Devon tiba-tiba sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Wajah Sherlyn berubah cerah. Ia tersenyum, lalu mengangguk semangat, mengabaikan debaran keras di jantungnya.

*****************

Vigo masih terdiam di balik dinding koridor dekat parkiran. Ya, ia melihat semuanya. Ia mendengar apa yang tadi dibicarakan oleh Devon dan Sherlyn. Tatapannya datar. Ia berpikir keras. Tak lama kemudian, ia mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi Line, mencari kontak seseorang bernama Alicia Genoveva dan mengiriminya pesan.

Vigo: Halo, gue Vigo, temennya Raka. Raka pasti udah bilang tentang gue ke lo kan? So ... boleh kenalan?

-Send-

******************

Vigo sedang fokus ke pertandingan sepak bola di televisi ketika ponselnya bergetar pelan, menandakan ada sebuah pesan Line yang masuk ke notifikasinya. Ia melirik layar ponselnya yang menyala. Dari Alicia Genoveva. Vigo menegakkan tubuhnya. Ia sudah mengirimi gadis itu pesan sejak sore tadi, dan baru dibalas malam ini. Ia pun segera mengecek pesannya.

Alicia Genoveva: Halo juga. Iya, gue temennya Raka. Boleh kok, intro aja duluan.

Vigo terdiam beberapa saat. Ia menyapu pandangannya ke seluruh rumah, berpikir ingin membalas apa. Ia pun mengetikkan pesan balasan untuk Alicia.

Vigo: Nama gue Vigo Ares Aldebaran, panggil aja Vigo. Gue bakal berumur 15 tahun bulan September nanti dan gue duduk di kelas 10 jurusan IPS Olympus High School. Lo?

Vigo menunggu beberapa menit, sebelum gadis itu membalas pesannya lagi.

Alicia Genoveva: Nama gue Alicia Genoveva, cukup panggil gue Alice aja. Gue baru menginjak umur 15 tahun bulan Juli tanggal 20 kemarin. Gue sekolah di Jakarta National High School kelas 10 dan ambil jurusan IPA. Salam kenal, VigoJ

Vigo menatap pesan itu beberapa saat, kemudian mengganti display name Alicia Genoveva menjadi Alice. Tak lama, Alice kembali mengiriminya pesan lagi.

Alice: By the way, gue lebih tua dua bulan dari lo ya, hahaha. Ultah lo tanggal berapa?

Vigo terdiam sebentar, berpikir. 'Ah, gak jutek-jutek amat kok orangnya,' batinnya, teringat perkataan Raka bahwa Alice ini terkadang jutek dengan orang baru.

Vigo: Tanggal 9 September. Gak masalah lagian, cuma lebih tua 2 bulan doang. Salam kenal juga ya.

Alice: Iya, wkwk. Oh iya, lo temen SMP-nya Raka juga kan? Raka hampir nggak pernah ceritain tentang temen-temen deketnya ke gue. Tapi gue merasa familiar sama muka lo di profile picture. Raka sering jadiin foto dia sama temen-temennya termasuk lo sebagai profile picture. Lo lumayan. Ini bukan pujian ya, hahaha.

EXKde žijí příběhy. Začni objevovat