#45 HOW IT GOES

98 7 0
                                    

Fika sama sekali tidak berhasil untuk tidur. Kedua matanya sembab karena semalaman ia mengunci diri di kamar dan menangis. Dirinya sendiri juga belum terlalu paham dan sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya ia sedang rasakan. Karena kenyataan juga masih begitu kabur dalam bayangannya.

"Afi, udah bangun?" Suara Sofyan sedikit membuat perempuan itu berusaha menormalkan pikirannya.

"Iya, Pah. Udah," jawabnya setelah mengatur napas sebaik mungkin.

Raka, belom ketemu dari semalem.

Ponsel yang sengaja dimatikan, sekarang ia nyalakan sehingga beratus-ratus pesan masuk. Tapi yang ia harapkan hanya satu, Kiki. Dan saat satu nama itu melintas kembali di benak Fika, satu-satunya hal yang terjadi adalah isak tangis tak tertahankan lagi, rasa sesak yang masih ia rasakan kembali menjadi-jadi, menjadikan bayangan Kiki layaknya seorang hantu yang datang hanya sekelebat di kehidupan Fika.

Memori dengan lincah berputar di kepala, dengan jahat mengingatkan Fika kembali pada hal-hal yang begitu menyenangkan. Hal menyenangkan yang terasa begitu sulit digapai sekarang. Kebahagiaan yang sepertinya tidak ingin kembali hadir.

Lelaki dengan kemeja seragam yang sengaja tidak dimasukkan ke dalam celana itu melangkah melalui Fika tanpa menoleh sedikitpun. Namun dalam sepersekian sekon yang terasa begitu cepat, ia menyadari kehadiran Fika yang tidak dapat melepaskan pandangan terhadapnya. First sight. Ia berkedip jahil sambil terus melangkah ke arah yang berlawanan.

Satu memori berlalu, sebelum memori yang lain kembali teringat.

"Hai, Afika. Mau jadi dewiku?"

"Afika, sekarang jadi Fikaku ya,"

"Fik, rinduuuu,"

"Makannya yang banyak ya, biar tambah hugable. Haha!"

"Jangan tidur malem-malem!"

"Kalo gue senyum, ganteng gak?"

"Siapa yang paling ganteng?"

"Iya cintaku, sayangku, negriku, belahan jiwaku,"

"Fik, gue belom mandi tapi tetep wangi kan?"

"Sayang sama gue gak?"

"Coba, sini. Air mata bahagia ya?"

"Gue sayang banget sama lo, Fik."

"Fik, lo cantik."

"Tapi semua orang tau, lo masih punya gue."

"Mownin my princesss."

"Cium pipi Kiki, dong."

"Nanti nikahnya sama gue ya,"

Suara-suara itu berputar dengan kencang di kepala Fika, membuat matanya terpejam seiring kesedihan yang terus berdesir. Ia tidak pernah mengharapkan kesakitan yang begitu menyayat hati. Berkali-kali perempuan itu berusaha untuk berhenti menangis, namun sosok Kiki tidak pernah luput dari pikirannya, membuat tangisnya menderu tertahan. Ia menahan rasa sakit itu, tidak ingin satupun dari Sofyan maupun Raka mengetahui soal ini --mungkin nanti. Ia tidak akan membiarkan oranglain merasakan betapa sulitnya untuk memahami sesuatu yang terasa seperti bukan sungguhan.

"I'd die with you, Ki. I wouldd...." gumam perempuan itu di sela napasnya yang sungguh tidak beraturan.

--

Sama hal nya dengan Fika yang sejak tadi belum keluar dari kamar, Raka yang asyik mengobrol di depan layar macbook juga membiarkan Sofyan memakan sarapan sendiri pagi ini.

"Lagi liburan gini, rajin banget? Emang sejak kapan lo suka drama musikal kayak gitu?" tanya Raka sambil meraih teh manis hangat dari atas nakas. Terpampang dengan jelas wajah Bunga di layar macbook yang ada di atas pangkuannya.

"Gue dari kecil emang udah sering tampil, Ka."

Lelaki itu manggut-manggut sambil membenarkan posisi layar agar lebih tegap. "Jadi lo udah di sekolah dari jam tujuh tapi sampe sekarang belom ada yang dateng?"

"Gitu, deh. Udah biasa, sih."

"Udah biasa tapi kenapa masih aja getol dateng pagi? Ikut ngaret aja kayak yang lain."

"Enggak dong, aku anti ngaret kakak."

"Lo udah sarapan?" tanya Raka yang perutnya sendiri sudah berteriak lapar.

"Udah, lo?"

"Belom nih,"

"Yah, pantesan gak tumbuh ke atas."

"Bunga belajar jahat dari mana sih, Bung?"

Raka memerhatikan wajah Bunga yang terkekeh sebelum akhirnya mengatakan, "Ya udah nanti lanjut lagi deh, udah pada dateng."

"Yah, parah. Katanya lo mau nyanyi PPAP dulu buat gue. Ya udah kalo gitu nanti aja ya, nyanyi depan gue langsung?"

"Kapan ya gue pernah janji kayak gitu? Bodo amat, bye!"

Lelaki itu masih tertawa membayangkan jika Bunga benar-benar akan menuruti permintaannya, padahal sambungan skype sudah terputus.

Meski begitu, tadi malam, tanggal delapan Oktober pada jam delapan lebih sepuluh menit, setidaknya Raka berhasil memenangkan hati seseorang.

a/n: iya ini emang pendek, emang suka gitu. tapi part selanjutnya engga kok;)

Berlabuh PadamuWhere stories live. Discover now