#13

188 18 2
                                    

Kiki yang dari tadi sibuk dengan bimbelnya, baru sadar hari ini ia belum bicara sama sekali dengan Fika. Di waktu istirahatnya, ia langsung membuka ponsel dan berniat menyambungkan panggilan ke Fika. Tapi kemudian niat itu ia urungkan karena Fika pasti tidak akan mengangkat.

Kiki:
Lagi di mana?

Kiki mengetuk-ngetuk pulpen di atas meja putih di hadapannya. Bersabar menunggu balasan dari Fika yang lumayan lama.

Fikaku:
Di AW, ki

Kiki:
Kok belom pulang? Kan besok masih ujian, Fik.

Fikaku:
Gapapa kok, sebentar doang.

Kiki:
Ya udah gue jemput ya?

Fika terpaksa berbohong demi kebaikkannya sendiri,
Fika:
Gak usah, Ki. Gue sama bokap gue ini.

Kiki:
Loh, emang kemaren gak jadi ketemuan?
Bokap lo yang lo ceritain itu kan?

"Asik banget sampe gue dianggurin." Raka melirik Fika sambil melahap burgernya.

"Maa'an, tuuwhwh! Udwah guwhe bweliin juwghaa." Katanya lagi dengan mulut yang penuh makanan.

Fika pun menuruti perkataan Raka dengan meminum coke big size nya terlebih dahulu.

"Fik," Gumam Raka seusai menelan habis makananya.

"Hah?" Kata Fika asal karena fokus dengan makanan di depannya.

"Coba sini liat gue."

Dengan canggung, Fika melihat Raka baik-baik. Dilihatnya Raka sedang menatap dirinya dengan tangan dilipat di dada. Seperti orang ingin menginterogasi.

"Lo lucu," Kata Raka lagi.

Karena tidak mengerti dengan perkataan Raka sekaligus jantungnya yang mulai berdegup berlebihan, Fika kembali pura-pura fokus pada makanan dan mengabaikan cowok di hadapannya. Tangannya mengaduk sup, sorot matanya yang tertuju pada sup itu sebenarnya kosong. Fika yakin sekarang pipinya sudah memanas mendengar perkataan super aneh yang keluar dari mulut Raka.

Tiba-tiba suhu tubuh yang hangat menyambar Fika. Raka meraih mangkuk sup yang ada di genggaman Fika dengan perlahan. Tangan mereka bersentuhan dalam beberapa detik dan terasa seperti bermenit-menit. Fika ingin berkata kasar di dalam hati karena hal itu benar-benar membuatnya syok.

"Kan gue bilang, liat gue." Gumam Raka santai sambil mengaduk sup tersebut. Kemudian ia mengangsurkan satu sendok sup itu di hadapan Fika dan mengisyaratkan Fika untuk membuka mulutnya. Dengan bodohnya Fika menuruti karena bingung bisa berbuat apa lagi. Ya, barusan saja Raka menyuapi Fika.

"Kenapa juga gue harus ngeliatin lo?" Tanya Fika pada akhirnya.

"Lo tuh, ya. Bisa gak sih, jangan sok jual mahal banget kalo jadi cewek?" Raka kembali memberikan satu sendok sup yang dilahap Fika.

Kemudian ia melanjutkan lagi, "Gue mau lo ngeliat gue dengan cara gue ngeliat lo."

Fika bergumam tidak jelas karena masih belum bisa meresapi apa yang dimaksud Raka.

Raka pun merogoh isi tasnya dan mengeluarkan sebatang coklat. Ia melempar pelan coklat itu ke atas meja. "Buat lo aja. Demen coklat kan?"

"Tau dari mana gue suka coklat?"

Raka memutar kedua bola matanya dan kembali bertanya, "Who doesn't?"

Fika meringis dan mengambil coklat itu. "Hah, gue kira lo bisa lebih sweet dari itu."

Raka menaikkan sebelah alisnya.

"Siapa bilang?"

"Emang."

"Jajanan lo di sekolah kan gak jauh-jauh dari coklat. Makannya gue tau." Kata Raka akhirnya jujur, membuat senyuman Fika mengembang.

"Gue gak pernah kepikiran loh, kalo ternyata ada yang merhatiin jajanan gue tiap hari."

Raka mengedikkan bahu, matanya masih menatap Fika dari tadi.

Kali ini Fika merogoh tas nya kemudian ia terkekeh, "Tuh, jajanan kesukaan lo." Ia melemparkan dua bungkus kecil kripik setan di hadapan Raka.

"Lah? Kok ini jadi kayak disetting begini ya?" Tanya Raka sambil tertawa heran.

a/n: Garing kan garing kan? Iya tau kok. Baca aja ya hahaha. Ini pembacanya sehari nyampe seratus ya, Alhamdulillah. Semoga ada yang tergerak hatinya untuk sumbang vote wkwkwk. Makasih udah baca sampai sini. 1000love+++ from me.

Berlabuh PadamuWhere stories live. Discover now