#11

203 23 0
                                    

Setelah menuggu tiga puluh menit karena pembatalan pesanan ojek online tersebut, akhirnya Fika pergi ke tempat Papahnya menggunakan ojek online yang lain.

Afika duduk di kursi kafe yang letaknya dekat dengan jendela. Setelah memesan minuman, ia beranjak ke toilet. Kemudian di lorong yang memisahkan toilet pria dan wanita, sosok yang ia sangat kenal sekaligus mengganggu pikirannya itu memandanginya dari arah yang berlawanan. Afika mengerjapkan matanya. Raka mengerutkan dahinya. Keduanya sama-sama tidak mengharapkan pertemuan aneh ini. Ya sudahlah, hanya ketemu. Apa salahnya?

Dengan cepat, Raka menghampiri Fika yang langkahnya terhenti. "Lo ngikutin gue ya?" Tuduh Raka langsung. Telunjuknya menunjuk ke jidat Fika. Kedua murid berseragam putih abu-abu itu kini hanya berdua di lorong yang sepi.

Fika menyingkirkan tangan Raka dari depan wajahnya, "Ada juga elo yang ngikutin gue!"

"Jelas-jelas tadi gue berangkat duluan," Bela Raka pada diri sendiri.

"Emang tujuan gue nguntit lo apa?" Fika naik darah.

Melihat raut wajah kesal Fika, sebenarnya Raka ingin memecahkan tawanya. "Lo gak tau ya gue siapa? Kalo lo gak bisa sopan sama orang, gue usir nih."

Fika tertawa masam, "Raka, denger ya. Lo bakal nyesel kalo tau siapa gue di sini. Mendingan lo pergi, sana. Lo di sini juga numpang wifi doang kan? Sampis." Ia pun melanjutkan langkahnya ke toilet.

Raka memasang muka datar dan tubuhnya merinding. Lagi-lagi geli pada diri sendiri, seharusnya ia tidak menghiraukan Fika saat tadi melihatnya kalau ujung-ujungnya harus kalah omongan dengan cewek itu. Kemudian ia mengecek arlojinya, "Lama banget dah," Desahnya menunggu orang yang dari tadi ia tunggu. Raka memang paling tidak betah menunggu lama.

--

"Papaah!"

Sofyan meregangkan kedua tangan dan memberi ruang untuk Fika memeluknya.

Mereka pun berpelukkan dalam waktu yang lama. Tidak peduli orang lain memerhatikan.

"Wah! Anak Papah, nih? Udah besar sekali!" ia mengacak-acak rambut Fika.

Fika tertawa geli, "Papah makin gendut aja,"

"Iyaa, dong. Papah kan harus banyak makan supaya sehat dan kuat cari uang."

Sofyan pun meletakkan jas yang dari tadi tergantung di lengan ke kursi di sebelahnya.

"Oh iya, Fi. Jadi tadi Papah nyuruh kakakmu itu ke sini. Eh, gak taunya dia mendadak di suruh pulang sama Mamahnya."

"Kok mendadak gitu Pah, kenapa emang?"

"Itu, biasa. Di suruh angkatin galon di rumah sama Mamahnya."

Fika tertawa mendengarnya, "Kok aku ngakak, ya."

"Next time kalian pasti ketemu kok." Kata Papahnya santai. "Gimana kabar Mamahmu?"

"Alhamdulillah, baik. Tadi Fika juga udah izin ketemu Papah."

"Boleh gitu?"

"Harus boleh lah."-"Oh iya, Pah. Kata Mamah, Papah tau aku lolos olimpiade dari Mamah ya? Wah, cie, masih suka komunikasi ternyata."

"Ya, gak ada salahnya, Fi. Lagian kan tujuan Papah nanyain kamu." Kata Sofyan yang masih memerhatikan Fika membolak-balikkan buku menu.

"Hmm, gituu."

Entah kenapa, Fika tidak bersedih mengetahui kedua orang tuanya berpisah. Karena Fika berpikir bahwa tidak ada masalah selama mereka tetap menyayangi dirinya.

"Pah, pernah kagum sama orang gak?" Tanya Fika setelah mereka memesan menu yang dipilih.

"Kamu to the point aja Fi, kalo mau curhat." Sofyan terkekeh.

"Afi gak tau sih,"

"Kok gak tau sama perasaan sendiri?"

"Tuh. Papah aja bingung, apa lagi Afi. Nih, ya, Pah. Afi udah punya si kakak kelas. Dia anaknya baik sih, apa lagi sama Afi." Fika melipatkan kedua tangannya di atas meja. "Tapi, Afi bingung."

"Pasti kamu punya cowok cadangan gitu ya di hati kamu?"

Fika terbelalak mendengar pertanyaan Papahnya. "Ish, bukan begitu, Pah. Cadangan apaan lagi. Afi suka sama dua-duanya." Jelas Fika jujur.

"Astaga, ni anak. Jangan boros-boros gitu, dong."

"Afi juga gak mau begini, Pah. Namanya juga perasaan,"

"Terus misi kamu selanjutnya apa?"

Fika mengangkat bahunya.

"Jangan selingkuhin anak orang ya, Fi." Kata Sofyan tersenyum jahil pada anaknya.

"Kayaknya Afi juga gak mau punya kesempatan buat ngelakuin itu deh,"

"Kalo kata Johnny Depp, If you love two people at the same time, choose the second. Because if you really loved the the first one, you wouldn't have fallen for the second."

"Kata Papah jangan selingkuh? Gimana,"

Sofyan hanya tertawa mendengarnya.

"Tapi yang kedua nyebelin abis, Pah."

"Siapa namanya?"

"Raka."

"Raka?" Sofyan mengulangi nama tersebut. "Ah, cuma nama yang sama." Pikiran itu terlintas di kepala Sofyan. Lagi pula, nama anak rekan kerjanya juga Raka. Begitu banyak Raka di Indonesia.

"Iya, Raka. Kalo yang kakak kelas itu namanya Kiki."

a/n: Maaf banget kalo gak greget! Hiks. Pengen banget bikin greget lho, serius. Tapi gak tau deh ini udah cukup atau belom. Kurang mantep apa coba ini update tiap hari hohoho. Mantep abis lah apa lagi yang baca banyak tapi yang vomment gak nyampe setengahnya wkwkwk. Ngeluh sama curhat kok jadi beda tipis begini ya. Aku sih ganbate. Btw nih ya, aku bukan kpoper. Tapi ingin menyesuaikan sama jalan cerita & dapet tokoh sesuainya mereka, ya udah. Jadi maap kalo misalnya foto-foto yang ada di mutimedia itu ternyata foto-foto lamanya mereka, i have no idea soalnya hehehe. Oh iya, dengan norak sekaligus bangga ingin mengatakan cerita ini mendapatkan rank. Walaupun masih 700an, tapi itu lebih baik daripada gak sama sekali. Udah ah, bye.😤

Berlabuh PadamuWhere stories live. Discover now