#4

329 43 3
                                    

Fika melangkah turun dari anak tangga terakhir yang dipijaknya sambil membenarkan posisi celemek yang ia pakai. Anggi dan Sofi sudah lebih dulu ke ruang masak karena mereka harus mengambil beberapa bahan yang sebelumnya mereka simpan di dalam kulkas. Kalau saja terlambat diambil, bisa jadi sudah diambil alih oleh kelompok lain.

"Fik, lo belom ke ruang tabog?" Tanya Raka yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya bersama Fauzi.

"Ini mau," jawab Fika yang masih tetap pada posisinya.

"Bantuin Anggi sama Sofi sana," suruh Raka dan mengangkat dagunya.

Fika menatap Raka dengan malas dan menggumam tidak jelas sebelum dia meninggalkan Raka dan Fauzi. Melihat itu, Raka tertawa dan menggeleng diikuti dengan suara batuk Fauzi yang berisik.

"Lo kenapa sih?" Tanya Fauzi.

Raka menunjuk dirinya sendiri, "Gue?"-"Gue gapapa. Kenapa gue?" Raka mengernyitkan dahi dan tertawa seperti orang mendengus.

Sebelum praktek di mulai, Bu Mira menjelaskan dan memastikan kalau semua murid paham dari masalah alat, bahan, urutan memasak, sampai kebersihan.

"Kalo udah selesai masak, tolong dibereskan dan dibersihkan ya! Kalo sampe enggak, semua kelompok ibu kurangin nilainya." Jelas Bu Mira dengan tegas. Raka mengangguk sedangkan teman-temannya yang lain mendengus kesal. Diam-diam, Fika memerhatikan sikap Raka yang lumayan rajin itu dibanding dengan teman-temannya yang lain. Raka memang begitu, rajin walaupun tidak selalu, lumayan mudah mencerna materi pelajaran, rajin ibadah, rapi, anak futsal, kalau bosan kerjaannya berdiam diri sambil dengar lagu pakai headset, saat sebagian besar temannya merokok dia tetap konsisten untuk tidak melakukan hal yang sama. Raka memang satu orang yang selama ini Fika cari di antara semua cowok tampan yang Fika lihat.

Raka menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Fika mengerjap kaget terbangun dari lamunannya tentang Raka.

Raka duduk satu baris di depan Fika dan menempel di tembok, sekalian agar mudah mencuri pandang Fika. Dan dengan posisi duduk Raka yang seperti itu pula membuat Fika mudah melihat Raka. Sebenarnya mereka berdua memang suka mencuri pandang masing-masing.

"Lo liatin gue?" Tanya Raka sambil tertawa kecil.

"Apaan sih, Ka." Jawab Fika dengan suara tidak jelas dan mengalihkan pandangannya karena ia mulai merasa pipinya memanas sekarang. Kemudian mereka semua beranjak dari tempat duduk di ruang tata boga menuju ke dapur.

Anggi sibuk dengan semuanya. Sofi juga ikutan sibuk. Raka, Fauzi, Ridho-entah mereka jadi sibuk karena suruhan maut Anggi.

"Zi, timbang nih." Kata Anggi mengangsurkan sekantung plastik bumbu yang sudah dihaluskan kepada Fauzi.

Raka yang sedang membuka tempat makan berisi daging itu, masih sempatnya menoleh ke Fika yang berdiri di sampingnya. "Fik," gumamnya. Fika menoleh. "Kerja gihh," ledek Raka yang dari tadi melihat Fika kebingungan tidak mendapat kerjaan. Lebih tepatnya Fika memang tidak pernah kepikiran untuk mengerjakan sesuatu saat praktek tata boga. Fika kesal mendengar ocehan Raka tiap kali mereka praktek tata boga. "Gue gak tau mau ngapain," Jawab Fika akhirnya.

"Belajar makannya," kata Raka sambil menyengir.

Tanpa disadari Fika dan Raka, Anggi dan Sofi yang berdiri di sebelah kanan Fika pun tersenyum tipis mendengar obrolan mereka berdua.

"Lo bawel banget sih," Desis Fika. Kemudian ia menjauhkan dirinya dari Raka dan membantu Anggi apa adanya. "Sini, Nggi. Gue aja deh yang gituin." Kata Fika mengambil alih pekerjaan Anggi.

"Fik, lo gak bisa masak ya?" Ledek Raka lagi sambil tertawa mengesalkan.

Fika memutarkan kedua bola matanya. Ridho yang sedang sibuk menulis daftar nama kelompok pun menyeletuk, "Berisik lo, Ka. Entar demen sama Fika lu."

"Sirik aja hidup lo, Dho. Makannya kalo punya pacar diajak ngobrol dong jangan didiemin mulu. Idho mah sirik mulu. Ya, Fik?" Gumam Raka dan menatapinya. Fika hanya mengangkat bahunya. Kesal dengan sikap Raka tiap kali praktek tata boga, pasti meremehkannya terus. Sofi-pacarnya Ridho-melirik Raka saat merasa terbawa dalam pembicaraan.

"Ya mendingan Idho kemana-mana lah, Ka. Gentle. Gak kayak lo, kelamaan. Nunggu disikat orang dulu kali ya?" Sergah Sofi yang tetap sibuk dengan kerjaan motong-memotongnya.

Tidak ada jawaban dari Raka kecuali ekspresi penuh maknanya itu.

Raka mengalihkan topik dan berkata "Fik, jagain kompor noh."

"Bawel lo, Ka, sumpah dah." Damprat Fauzi yang dari tadi sudah ada di sebelah kiri Raka.

"Sana, Fik." Kata Raka lagi.

"Lo gak bosen banget sih jadi orang nyebelin!" kata Fika kemudian dia berjalan ke arah kompor.

Raka mengikutinya dan sekarang mereka berdua ada di depan masakan yang ada di dalam wajan.

Raka membuka mulut lagi, "Kalo gak ada yang jagain entar gosong,"

Fika mengaduk pelan makanan itu dan bergumam, "Udah wangi yaa."

Raka tersenyum tipis memandangi cewek di sampingnya itu. Di dalam benaknya sekarang ada Fika. Raka cukup mengerti bahwa itu bukanlah perasaan yang biasa. Faktanya adalah Raka menyukai Fika. Tapi, akankah ada fakta-fakta lain di depan nanti? Entahlah, yang pasti keduanya masih belum siap untuk mengetahui fakta-fakta misterius itu.

"Makannya Fik, belajar masak." Gumam Raka pelan.

Mendengar kalimat mengesalkan itu lagi, Fika menghela napas keras dan panjang sambil melirik Raka dengan tatapan ganasnya.

a/n: Well, hi guys thankyou udah baca sampai part ini. Btw, di part sebelumnya ada kesalahan teknis. Yang datengin mejanya Raka sama Fauzi itu bukan Fika tapi Sofi. Fika gak se-galak Sofi. Soalnya ini aku masih ceritain saat mereka masih kelas sepuluh guys. Akan ada beberapa perubahan dari Fika dan Raka seiring mereka tumbuh besar dan beranjak dewasa. Tapi kalian yang terlanjur cinta sama mereka, akan tetep terus cinta kok walaupun mereka berubah, karena mereka berubah dengan alasan kok, hehehe. Aku suka Raka tapi aku bisa apa... Okay segitu aja dulu. Jangan lupa vote&comment yaa!

Berlabuh PadamuNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ