#10

447 23 4
                                    

Beberapa menit sebelum ujian di mulai, Fika mendapatkan Raka yang sedang berkutat dengan soal-soal latihan di koridor sekolah.

"Raka, lo masih nyimpen soal bio gue yang pernah lo mau fotokopi itu gak?"

Yang ditanya hanya menelan ludah mendengar suara dari orang yang seharusnya ia hindari.

Raka memberikan selembar soal ke Fika tanpa menatapnya. "Thanks, ya." Dua kata yang singkat.

Fika bingung dengan sikap Raka yang tidak seperti biasanya. Tanpa sadar ia berdecak kesal, membuat Raka menoleh padanya. "Apa lagi?"

"Ya udah sih, biasa aja. Sensi banget." Fika pun masuk ke dalam kelas dengan perasaan campur aduk. "Ngeselin banget." Pikirnya.

Raka menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya berat. "Oke, apa itu tadi berlebihan? Seharusnya gue biasa aja."

Ujian pun berlangsung dengan tertib. Sejauh ini tidak ada gerak-gerik perbuatan curang. Karena kelas mereka memang kelas yang muridnya patut dicontoh.

Sepuluh menit sebelum bel istirahat berbunyi, Raka sudah menyelesaikan soalnya. Ia memindai ke penjuru ruangan kelas, dilihatnya bangku Fika yang kosong. Entah dia ke toilet, atau sudah diizinkan keluar kelas.

"Ya, yang sudah selesai bisa dikumpulin." Gumam pengawas ujian.

Dengan ragu, Raka pun beranjak dari tempat duduknya.

"Sst. Ka."

Raka menoleh ke sumber suara yang pelan itu.

Fauzi memberi isyarat angka dua puluh lima sampai tiga puluh dengan kedua tangannya di bawah meja.

Raka pun kembali duduk dengan pelan kemudian memberikan jawaban kelima soal tersebut.

"Astagfirullah, udah buat dosa aja gue pagi-pagi." Kata Raka menyesal. Kali ini ia pun dengan cepat melangkah mengumpulkan LJK nya ke depan. Sesekali ada yang memanggil, tapi Raka berhasil tidak menghiraukannya.

"Kan, kan. Sombong daaah, sombong emang. Buldog lu. Eh, buldog." Fauzi memandangi Raka yang sudah berjalan keluar kelas. "Jaman nyontek?" Kata Raka sambil terkekeh memandang Fauzi.

--

Di kantin, Raka menemukan Fika sedang makan bubur ayam sendirian. Raka memicingkan mata sebelum memutuskan untuk menghampirinya.

Saat sudah berada di belakang Fika, ia pun berkata pada Mang Surjo-penjual minuman dingin-"Mas, masa orang sarapan jam segini, ya."

Mendengar suara yang dikenali, Fika pun refleks menoleh.

"Ngapa?" Tanya Raka sensi.

"Dih, aneh lo." Jawab Fika tak kalah sensi dan membalikkan tubuhnya lagi.

Dengan segulung kertas yang Raka pegang, Raka menyolek bahu Fika dan menarik kursi untuk duduk di sampingnya.

"PJ nya dong." Raka berusaha terdengar asik.

Mendengar itu, Fika langsung meneguk air putih dan bangkit dari tempat duduk untuk mengembalikan mangkuk serta pergi jauh-jauh dari Raka.

Raka tertawa sumbang melihat punggung Afika yang menjauh. Niatnya menghindari cewek itu, tapi sekarang malah dirinya yang ditinggalkan.

--

Seusai ujian, Fika memesan ojek online untuk mengantarkan ia ke kafe Ayahnya. Fika pun menunggu di pos satpam.

Raka yang menuju parkiran tidak sengaja melihat Fika. Ia pun berhenti, "Ssst."

Fika menoleh.

"Sendirian aja?"

"Lagi nunggu oke jek."

"Gak dianter Kiki?"

"Gak."

"Tumben?"

"Soalnya pengen temu bokap."

"Terus apa hubungannya?"

"Bawel," Fika memutar kedua bola matanya.

"Ya udah." Raka mengedikkan bahunya dan kemudian pergi ke parkiran untuk mengambil motor.

Raka geli dengan dirinya sendiri. Kenapa dirinya jadi terlihat mengikuti Fika terus? Padahal niat awal sebaliknya.


a/n: Double update, yeay. Maaf kalo absurd. Kita harus meresapi watak tokoh terlebih dahulu wkwk.

Berlabuh PadamuWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu