"Kamu biasanya banyak bicara, kamu, kan, tour guide saya di sini. Waktu di Bogor saya yang menjadi tour guide kamu!" lanjut Nada.

"Hahaha, maaf. Apa yang ingin kamu tanyakan soal Istana Osaka? Silakan," jawab Taka akhirnya.

Nada tidak tahu jika Taka sedang sibuk sendiri dengan pikiran dan hatinya.

"Saya ingin tahu sejarah tentang Istana Osaka ini."

Nada duduk di salah satu bangku kayu. Taka pun duduk di samping Nada.

"Kamu yakin?" tanya Taka dengan wajah tak percaya.

"Iya," jawab Nada sambil mengangguk-nganggukan kepalanya.

"Mungkin akan sampai besok atau yah paling cepat seharian ini," jawab Taka.

Nada melongo, "Kamu serius?"

"Tentu saja saya serius. Saya ceritakan garis besarnya saja, ya."

Nada mengangguk, ia mulai memperhatikan Taka.

"Pada tahun 1496, pendeta Buddha yang bernama Rennyo membangun rumah kediaman pendeta di lokasi yang bernama Osaka. Pendeta Rennyo yang mempunyai banyak pengikut kemudian memperluas rumah kediamannya menjadi kuil besar bernama Osaka Honganji."

Taka berhenti sejenak, ia menatap sekeliling Taman. Lalu tersenyum lebar.

"Lalu?" Nada penasaran.

"Di zaman Sengoku tahun 1583, Oda Nobunaga membangun istana di lokasi yang menempati reruntuhan kuil Osaka Honganji. Pada waktu itu, benteng utama yang dibangun dari batu-batu besar diselesaikan dalam waktu satu setengah tahun.
Istana ini kemudian dinamakan Istana Osaka. Pada abad ke-17, pemukiman penduduk yang berlokasi di sekitar Istana Osaka berkembang menjadi sebuah kota, yang kemudian menjadi semakin luas hingga dijadikan sebuah prefektur di abad ke-19. Begitu sejarahnya," terang Taka.

Nada mengangguk tanda mengerti.

"Oiya."

Nada melihat ke arah Taka. Taka pun melihatnya.

"Bisa kamu fotokan saya, di sana!" tunjuk Nada ke arah sebuah bangunan seperti benteng.

Taka mengangguk, mereka berdua pun berjalan ke arah benteng itu.

"Nah, ayo!" Nada berdiri dan tersenyum manis.

Taka mulai memegang kamera dan menekan tombol ambil. Taka tersenyum, ia melihat hasil jepretannya. Nada berlari kecil menghampiri Taka.

"Indah sekali," ucap Taka sambil melihat ke arah foto.

Nada menatap Taka heran.

"Memang indah pemandangan di sini," jawab Nada sambil melihat hasil jepretan Taka.

"Bukan itu, ada yang lebih indah," ujar Taka dengan tangan terus menggenggam kamera.

"Apa?" tanya Nada penasaran.

Taka terdiam, ia melihat ke arah Nada yang ternyata melihatnya juga. Taka baru sadar akan ucapannya. Wajahnya langsung terasa panas.

"Oh, ya ampun!" Taka segera memberikan kamera Nada pada Nada. Dengan gerakan cepat Nada mengambilnya.

"Kamu kenapa, sih? Memangnya saya setan?" tanya Nada kesal karena Taka seperti itu begitu melihatnya.

"Tidak, bukan itu. Kamu tunggu di sini. Saya mau ke kamar mandi sebentar."

Taka berlari meninggalkan Nada yang masih tak mengerti. Nada mengedikkan pundaknya, ia melanjutkan kembali kegiatan foto sana sini.

Taka berhenti berlari begitu melihat Nada mulai sibuk dengan kameranya lagi. Ia menghela napas panjang.

Hanami | TELAH TERBITजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें