Taka hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.

"Dia wanita yang baik, jadi jagalah ia dengan sungguh-sungguh. Saya mengerti, terkadang masalah seperti ini pasti akan terjadi pada sepasang suami istri. Walau ya, saya tidak tahu masalahnya apa. Tapi sepertinya ini berkaitan dengan kamu, suaminya. Karena semalam ia menyeletuk, 'Bahagianya' ketika ia melihat foto saya bersama suami saya," lanjut Fatimah membuat Taka terkejut.

Suami? Istri? Sepasang suami istri? Apalagi ini? Jangan-jangan Fatimah salah paham? Sepertinya iya, Taka dan Nada bukanlah sepasang suami istri.

"Itu....,"

Belum sempat Taka menjelaskan. Fatimah pamit masuk ke dalam sebentar dan setelah kurang lebih lima belas menit ia keluar dengan membawa Nada di sampingnya. Fatimah tersenyum melihat Nada dan Taka yang hanya saling membuang pandangan satu sama lain. Terlihat rona merah di kedua pipi Nada dan Taka.

"Selesaikan masalah kalian berdua, saya tidak akan ikut campur. Nada, dia suamimu? Dia bilang ke sini untuk menjemput kamu. Sudah, jangan bertengkar lagi ya. Saya pikir kalian harus berjalan-jalan sebentar untuk menenangkan pikiran," cerocos Fatimah panjang lebar dengan senyum manis di bibir merah jambunya.

"Tapi, dia....,"

Taka segera memotong ucapan Nada. Tak ingin memperpanjang pembicaraan ini. Percuma saja, Fatimah sudah salah paham pada mereka berdua. Kalau dijelaskan kembali malah semakin runyam saja dan mungkin akan menambah kesalahpahaman baru lagi.

"Terima kasih banyak Fatimah. Kami pamit dulu, Assalamu'alaikum," ucap Taka sambil meraih ransel Nada yang diletakkan di bawah kaki Nada. Tanpa dikomando Nada pun berjalan mengikuti Taka di belakang.

🇮🇩🌺🇯🇵

"Bagaimana bisa kamu?"

Nada tak habis pikir bahwa Taka hingga bisa menemukannya di sini.

"Ini abad 21, bukan begitu? Teknologi semakin canggih," jawab Taka enteng sambil terus berjalan dengan kedua tangan di kantung celananya. Sedangkan ransel Nada ia kenakan.

"Iya, kamu benar," jawab Nada hampir tak terdengar. Jujur saja Nada benar-benar terkejut dengan kehadiran Taka yang sangat tiba-tiba ini. Dan, yang paling membuatnya heran adalah kenapa juga Taka ke sini? Hanya untuk menjemputnya? Itu saja? Yang benar?

"Mau kamu apa, sih?" tanya Taka sambil terus berjalan.

"Apa? Maksud kamu apa?" tanya Nada tak mengerti. Nada pun terus berjalan di samping Taka. Ia terbangun dari pikirannya yang sibuk sendiri.

"Kenapa kamu sangat merepotkan? Membuat saya terus merasa cemas," jawab Taka jujur sambil terus berjalan tanpa melihat lawan bicaranya sama sekali.

"Saya tidak menyuruh kamu untuk mencemaskan saya," balas Nada sinis. Begitu pun dengan wanita berlesung pipi ini, ia terus berjalan tanpa melihat lawan bicaranya.

Taka menghentikan langkah kakinya, begitu pun Nada. Pria itu menatap wajah Nada yang hanya menatapnya dingin. Belum pernah Taka melihat tatapan dingin Nada yang seperti ini. Bahkan ini pertama kalinya Nada berani menatap langsung wajahnya.

"Ini terakhir kalinya saya beritahu kamu, jika tidak ada yang ingin kamu jelaskan lagi pada saya. Saya akan benar-benar pergi dari kehidupan kamu," ucap Taka membuat kedua bola mata bulat Nada langsung membelalak terkejut. Tidak menunggu hitungan menit, kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.

Ia mencoba melihat kedua manik mata Taka, berharap pria itu tertawa dan mengatakan bahwa perkataannya itu hanyalah lelucon. Taka tak bergeming, ia hanya diam sambil menatap Nada dingin dengan tatapan tajam dalamnya itu.

Nada dapat merasakannya, tidak ada perasaan tersisa di sana. Di dalam kedua matanya. Nada berusaha keras untuk tetap membuat dirinya berdiri tegap, walau sekarang rasanya kedua kaki Nada terasa sangat lemas.

"Terserah, bukankah dari awal kamu sudah menyampaikan hal ini? Dan kamu sudah mempersiapkannya dengan baik, bukan? Lakukan saja sesukamu!" sentak Nada.

Taka terdiam, lalu melepas ransel Nada yang ia kenakan. Ia menaruhnya di hadapan Nada. Setelah itu Taka benar-benar berjalan pergi menjauh. Nada sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Ia sudah muak.

"Apakah semuanya akan baik-baik saja jika saya mulai menyukai kamu? Apakah semuanya akan tetap sama jika saya mulai menyukai kamu? Kita ini apa sebenarnya? Kamu keterlaluan! Saya benci kamu!" teriak Nada lalu setelah itu hanya isakan tangis yang terdengar.

Urat malu Nada sepertinya putus sejenak, ia tak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Ia terus saja menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Taka menghentikan langkah kakinya, kenapa rasanya sangat sakit sekaligus senang dalam satu waktu. Begitu mendengar ucapan Nada barusan Taka seperti terhipnotis. Ia terdiam, berdiri mematung.

Sudah ia duga ternyata ia masihlah orang yang sama. Ya, Taka sadar ia belum juga bisa melupakan Nada. Tanpa ragu ia memutar tubuhnya berbalik arah menuju wanita manis yang sedang menangis di belakangnya, ia lihat sosok rapuh itu sedang menangis tersedu-sedu. Ya, wanita itu, terlihat sangat terluka.

Taka tersenyum tipis, akhirnya wanita ini bisa juga mengatakan hal jujur itu padanya. Jujur saja, Taka sudah menunggu saat-saat seperti ini. Beginilah Taka, beginilah caranya. Mungkin terkesan kejam dan tidak tahu perasaan tapi menurutnya cara seperti ini lebih pantas untuk seorang wanita seperti Nada yang terbilang memiliki gengsi yang cukup tinggi itu.

Tangis Nada terdengar semakin melemah begitu Nada melihat sepasang sepatu sneakers Taka di hadapan sepatunya. Dari tadi Nada hanya menundukkan kepalanya dalam sambil sesekali menyeka air matanya seperti anak kecil.

"Semuanya akan baik-baik saja, semuanya akan tetap sama. Saya, Kamu. Kita berdua. Dulu saya menyukaimu, sekarang saya menyukaimu dan sampai nanti saya akan tetap menyukaimu.
Saya adalah orang yang sama dan tak akan berubah, saya harap kamu juga begitu," ujar Taka lembut sambil menundukkan kepalanya dan tersenyum.

Nada bisa melihat senyum manis itu, Nada mulai berhenti menangis.

"Maafkan saya, saya begini karena saya tidak tahan dengan kamu yang terus saja menahan perasaan kamu sendiri. Saya ingin memainkan perasaan dan emosi kamu. Tidak apa jika kamu marah atau kesal pada saya. Karena saya ingin melihat kamu yang seperti itu. Tidak perlu terus tersenyum dan merasa baik-baik saja jika kamu merasa marah atau tersakiti. Jangan seperti itu lagi, itu membuat saya merasa sangat terluka."

Kini yang terdengar hanya isakan kecil Nada.

"Aishiteruyo (Aku mencintaimu)," ucap Taka mantap.

Nada mendongak melihat wajah Taka yang tepat di hadapannya. Seketika itu juga wajahnya langsung berubah merah padam.

Dan reaksi-reaksi kimia dalam tubuhnya itu mulai menyerangnya lagi. Kedua telapak tangan Nada berkeringat, dan kedua lututnya semakin lemas. Ia berjalan mundur menjauh dari Taka. Nada benar-benar tidak bernapas jika sedekat itu dengan Taka.

Ia merasa ini semua seperti mimpi, ini sungguh nyata? Benar-benar hal yang tak terduga. Karena pada kenyataannya, mereka saling menyukai dan mencintai satu sama lain pada waktu yang bersamaan. 




Bersambung.

Hanami | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now