"Ya, kamu sangat menyukainya," ujar Nenek sambil tersenyum menggoda.

"Tidak, kok!" jawab Taka cepat. Rona merah di kedua pipinya semakin terlihat jelas.

"Wajahmu sangat merah, itu tandanya kamu suka. Bukankah itu reaksi yang sangat berlebihan?"

Taka memegang kedua pipinya, apakah benar? Tapi memang ia merasakan panas di kedua pipinya. Ah tidak, mungkin saja ini karena terkena sinar matahari tadi.

"Kamu sudah mengungkapkan perasaan kamu?" tanya Nenek mulai serius.

Taka mengepalkan kedua tangannya keras, wajahnya melihat ke bawah tanah yang ia pijak. Napasnya terdengar cukup berantakan. Terlihat dada Taka naik turun, seperti sesak napas. Nenek tersenyum, ia pun menggandeng lengan Taka untuk duduk.

"Kamu tidak hanya menyukainya, kamu mencintainya," ujar Nenek sambil mengusap lembut kepala Taka. Taka hanya terdiam, tapi ia terlihat mulai tenang. Napasnya tidak seberantakan tadi. Dan dadanya tidak naik turun seperti orang sesak napas.

"Tidak baik memendam perasaan terlalu lama, akan lebih tenang jika kamu mengungkapkan perasaanmu terlebih dulu. Jangan pedulikan apa yang terjadi setelahnya, cinta itu adalah hal yang tak pernah terduga. Bukankah, begitu? Buktinya kamu tiba-tiba saja jatuh cinta padanya. Apakah kamu pernah menduga ini sebelumnya? Pasti tidak," nasehat Nenek bijak.

"Dia ... dia masih mencintai seseorang di masa lalunya," akhirnya Taka mau berbicara juga. Wajahnya terlihat putus asa.

"Hanya karena itu kamu memendam perasaanmu? Kamu ini seorang pria dewasa. Jangan seperti anak kecil yang akalnya pendek. Seseorang itu hanya ada dalam masa lalunya. Kamu dan dia hidup dalam masa sekarang, ditambah masih ada masa depan. Itu berarti satu banding dua. Mana yang lebih besar peluangnya? Tentu yang dua itu bukan?" ujar Nenek sambil tersenyum manis pada Taka.

Taka terdiam, ia terlihat seperti sedang berpikir.

"Nenek benar, seharusnya saya tidak berputus asa. Yah, setidaknya saya mengungkapkan perasaan saya padanya terlebih dulu. Tidak usah pedulikan apa yang akan terjadi nanti. Saya akan merasa lega jika mengatakannya."

"Syukurlah jika kamu mengerti, lalu kapan kamu akan mengatakan padanya?" tanya Nenek dengan raut wajah yang serius.

"Itu....," Taka menggigit bawah bibirnya. Ia kembali berpikir keras.

"Besok saja bagaimana?" usul Nenek tak sabar.

Taka terkejut, kedua matanya terbelalak.

"Be-besok? Ah~ bagaimana, ya?" Taka menggaruk tengkuknya. Padahal sama sekali tidak gatal.

"Anak ini penakut sekali! Mau sampai kapan kamu memendamnya?" ujar Nenek sambil memukul pundak Taka cukup keras. Taka haya meringis kesakitan.

"Ya, baiklah akan saya usahakan," jawab Taka sebenarnya ragu.

Nenek tersenyum lebar, tangan keriputnya mengusap pundak Taka lembut. Taka hanya tersenyum tipis. Jujur saja, ia masih bingung dan takut. Bagaimana cara mengatakannya nanti?

Ini pertama kalinya Taka akan mengungkapkan perasaan pada seorang wanita yang dicintainya. Taka menghela napas, musim semi yang mendebarkan.

🇮🇩🌺🇯🇵

"Cepat ajak dia bermain keluar!" suruh Nenek sambil mendorong Taka ke depan pintu ruangan Nada tinggal.

Sore ini Taka berniat akan mengungkapkan perasaannya. Ia sendiri tidak tahu akan bagaimana nanti. Ia benar-benar bingung.

Setelah menarik napas beberapa kali, akhirnya Taka mengetuk pintu kamar Nada dengan berani.

"Ada apa?" tanya Nada sambil membuka pintu dengan wajah yang lesu dan langkah kaki yang gontai.

Hanami | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now