Di bagian setiap ujung ruangan ini terdapat bambu runcing. Bahkan ada teko tanah liat khas Indonesia di sini. Meja yang terbuat dari kayu jati Indonesia. Ada lukisan bergambarkan keindahan alam Indonesia.

       Taka berjalan mendekat ke salah satu sudut ruangan yang di depannya terdapat meja kayu jati berukuran sedang.

      Di atas meja itu ada sebuah pas photo yang memuat gambar seorang wanita dan pria. Mereka berdua tersenyum, terlihat sangat bahagia. Si Pria berdiri di sebelah kanan wanita yang duduk di kursi.

     Taka meraih pas photo itu dan melihatnya secara seksama, kedua tangan Taka langsung bergetar kuat. Bahkan hingga pas photo itu ikut bergetar. Keringat dingin mulai berjatuhan dari rambut hitamnya.

      “Kakek....,”

     Nada berhenti memandangi tiap lukisan yang menempel di dinding, ia segera menghampiri Taka.

    “Kakek? Kakek kamu?” tanya Nada tak percaya sambil melihat ke arah pas photo yang Taka genggam.    

       “Jadi ini Kakek, Kakek seorang pejuang dari Indonesia,” ujar Taka mulai mengerti.

      Nada menatap Taka yang kelihatan sangat shock.

   “Bagaimana bisa? Inikah alasan Nenek dulu begitu sulit merestui hubungan Ayah dan Ibu? Dan inikah alasan Nenek melakukan semua itu pada saya? Hanya ini? Tidak ... tidak mungkin!”

      Taka berbicara pada dirinya sendiri. Wajahnya semakin pucat.

    Nada mulai cemas, “Ta—,“

      Taka langsung memberikan pas photo itu pada Nada, ia lalu membuka tiap laci yang ada di sekitar ruangan. Semua ia buka, Taka terlihat seperti pencuri. Tangannya tak berhenti membuka setiap laci sambil mengeluarkan semua benda yang ada di dalamnya.   

      Ia langsung berhenti begitu melihat sebuah buku berwarna merah berukuran sedang di salah satu laci paling bawah. Ia mengambilnya, lalu segera membukanya. Membaca acak setiap halamannya, berharap menemukan suatu petunjuk dari buku berwarna merah ini.

      Namun kini Taka terlihat mulai tenang, ia tidak mengacak-acak halaman buku itu. Tatapan matanya serius. Sepertinya ia sedang membaca, tapi perlahan kedua matanya berkaca-kaca. Dan jatuhlah air matanya.

     “Nenek....,” setelah itu Taka menangis. Ia memeluk buku itu erat.

      “Taka,” ucap Nada khawatir.

      Taka masih saja menangis, ia pun menyerahkan buku itu pada Nada. Nada membacanya, semuanya tertulis dengan bahasa Jepang. Untung saja Nada mengerti.

       Tidak apa, aku mengerti. Aku akan selalu menunggumu.

    Halaman selanjutnya Nada buka lagi,

        Akhirnya, kita bisa bersama lagi. Terima kasih, kalau boleh jujur aku ingin terus berada di sampingmu.

     Nada membuka halaman berikutnya,

      Lagi, aku harus menunggu. Aku tahu ini yang terbaik untuk kau dan aku. Jadi tetaplah semangat di sana!

     Nada nampaknya mulai mengerti,

       Cepatlah pulang! Aku sangat merindukanmu!

     Nada membuka halaman berikutnya lagi,

      Tidakkah kau dengar? Aku sangat merindukanmu, kapan kau pulang?

    Kedua mata Nada mulai berkaca-kaca,

Hanami | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now