Ayah memimpin doa untuk makan siang kali ini. Setelah beberapa menit, berdoa selesai, acara makan pun dimulai. Terlihat pancaran wajah sumringah dari mereka. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, pantas saja rasanya sangat lapar.

    "Ibu ambilkan, ya? Kamu suka semuanya, tidak?" tawar Ibu ramah dengan senyum di wajahnya.

   Taka terdiam, ia lalu mengangguk sambil tersenyum. Taka merasa gugup tadi. Tapi sekarang ia merasakan sesuatu yang aneh. Apa ini? Semua rasa gugupnya tiba-tiba menghilang seketika.

   "Terima kasih Bibi." Jawab Taka dengan kepala yang menunduk hormat.

   "Panggil saja Ibu dan Ayah, tidak apa, kok."

   "Su-sungguh?" ekspresi wajah Taka langsung berubah kembali. Yang tadinya terlihat murung dan gugup kini terlihat lebih ceria.

    Taka tidak percaya dengan yang Ibu Nada katakan barusan. Ia boleh memanggilnya Ibu? Kedua mata Taka kini terasa panas, rasanya ingin menangis karena terharu bahagia. Ah, jangan sampai menangis. Tadi sudah membuat kehebohan karena terjatuh dan membuat malu masa ditambah menangis? Mau ditaruh dimana wajah Taka?

    "Iya, tentu saja. Ayo silakan dimakan." Nada mempersilakan sambil tersenyum lebar.

     Kalau diperhatikan Nada memiliki mata yang sama dengan Ibunya. Bulat dan bersinar, Taka tidak berlebihan. Pancaran matanya sangat berbinar. Penuh dengan kehangatan, seperti hangatnya hari pertama di musim gugur.

     Ibu memberikan piring kepada Taka yang sudah berisi varian makanan yang ia masak. Dengan senyum lebar Taka mengambilnya.

   "Terima kasih, Ibu," ucap Taka masih sambil tersenyum.

     Taka langsung memakannya lahap, enak sekali! Namun tiba-tiba ia menghentikan aktivitas makannya, ia pandangi sejenak orang-orang di sekitarnya. Semuanya terlihat bahagia, walau sesederhana ini. Berkumpul bersama untuk makan siang. Sudah sangat lama Taka merindukan saat-saat seperti ini.

  Mereka begitu baik dan hangat. Taka merasa ada sesuatu yang kembali lagi padanya, yang telah lama hilang.

Ayah...

Ibu....

    Tanpa sadar, Taka meneteskan air matanya. Ia buru-buru menyekanya. Sudah dibilang jangan menangis. Dasar cengeng, batinnya kesal.

    "Kenapa Taka?" Nada yang tak sengaja melihat itu menatap Taka sedikit cemas.

    "Iie, makanannya enak sekali!" jawab Taka dusta.

    Setelah itu Taka langsung makan kembali. Nada tersenyum manis, syukurlah. Perasaan cemas Nada belum berakhir juga. Entah mengapa, tapi setidaknya tidak begitu buruk ketika melihat Taka senang. Terbayar sedikit rasa cemasnya. Ia pun mulai makan kembali.

    Sambil terus melahap makanan Taka terus merasakannya, ini tidak salah. Ini benar, ya. Sesuatu itu kini kembali lagi padanya. Keluarga, keluarga.

🇮🇩🌺🇯🇵


    "Terima kasih banyak semuanya!" setelah acara makan siang dan perbincangan ringan. Taka pamit untuk pulang. Nada dan keluarganya mengantar Taka hingga depan pintu.

   "Tidak apa nih, Kak? Alwi antar kakak pulang." Ajak Alwi sambil memegang lengan Taka.

   "Tidak usah Alwi, terima kasih banyak." Dengan sopan Taka menolak tawaran Alwi. Hari ini Taka sudah sangat merepotkan keluarga Nada. Ia tak ingin semakin membuat repot.

    "Hati-hati ya, Nak!" ujar Ayah Nada sambil mengusap kepala Taka lembut. Taka tersenyum.

    "Iya, Ayah. Terima kasih."

    "Sering-sering main ke sini," ujar Ibu membuat Nada menatapnya terkejut. Ibu? Ada apa dengannya? Tiba-tiba seperti itu.

   "Tentu saja, soal itu Ibu jangan khawatir. Tapi Ibu harus sediakan makanan enak seperti tadi setiap hari!" Taka memicingkan sebelah matanya sambil tersenyum jahil. Ya, sekarang ia bahkan sudah tak malu lagi berekspresi dan menunjukkan keanehan dalam dirinya pada keluarga Nada. Padahal hari ini adalah hari pertama mereka semua bertemu, tapi, sudah sangat akrab.

    Tawa diantara mereka pun pecah kembali.

      "Nada, saya pulang, ya!" Taka tersenyum pada Nada.

     "Iya, hati-hati."

    "Sekali lagi, semuanya terima kasih banyak!"

     Taka pun melangkahkan kedua kakinya keluar rumah Nada. Setelah memberikan salam, lambaian tangan dan senyum, Taka berlari kecil menjauh dari rumah Nada.

Ayah..

Ibu..

Aku sangat bahagia hari ini !

Taka tertawa sambil menatap ke atas langit.




Bersambung.

Hanami | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now