a real game

12 0 0
                                    

"Berhenti!"

Langkah laki-laki itu seketika terhenti bersamaan dengan tubuh Tere yang tiba-tiba melompat turun dari gendongannya setelah tadi berteriak tanpa mengizinkan Jayden melakukan persiapan lebih dulu. Setelahnya, gadis itu menatap Jayden dengan sorot yang sulit untuk dijelaskan, namun sungguh tidak nyaman bagi laki-laki tersebut. Dengan mata merah belum lagi menyaksikan bibirnya yang tiba-tiba menyunggingkan senyuman penuh seringai misterius yang mengerikan. Sangat berbeda dengan senyum lebar yang beberapa menit lalu dia tampakkan pada Jayden. Tidak mungkin yang berdiri di hadapannya sekarang ini adalah Qeira kan?

"Queen," ujarnya memastikan meski setengah tak yakin.

Siapa sangka ternyata sunggingan tersebut semakin lebar karenanya, "Kau mengenaliku dengan baik, Jayden," ucapnya memandang dengan rasa kagum.

Alih-alih bangga karena tebakannya benar, spontan Jayden melangkah mundur saking tak menyangka nya. "Di mana Tere? Apa yang lo lakukan padanya?" sentak nya berusaha untuk tidak gentar meskipun dia tahu jika sosok di hadapannya ini bukanlah dari dimensinya.

"Tere ada di sini," gadis itu menunjuk tepat ke dadanya. "Tere sedang beristirahat sebentar. Sekarang, dia membutuhkan Queen untuk melanjutkan permainan," jelas Tere yang sedang tak sadarkan diri alias bisa dibilang kerasukan.

Jayden menggeleng cepat tanda tak suka dengan kalimat tersebut. "Permainan apa maksud lo?" selidiknya masih tidak mengerti.

"Oh... Dia masih belum memberitahu mu?" rautnya berpura-pura terkejut yang tentunya semakin memancing rasa penasaran itu. "It's oke, nanti kamu juga akan melihatnya sendiri," kekehnya diujung kalimat. Entah apa maksud ucapannya tersebut namun Jayden yakin betul kalau itu bukanlah sesuatu yang baik.

"Queen," cegahnya merentangkan tangan cepat untuk menghalangi jalan gadis itu. "Gue mohon, tolong jangan ambil alih tubuh Tere," melasnya dengan terpaksa berharap hal tersebut bisa meluluhkan hati seorang.... iblis?

Gadis itu menampilkan raut angkuhnya di hadapan Jayden. Dengan mata sorot tinggi dan tampang congkaknya. "Why not? Queen muncul itu artinya Tere membutuhkan bantuan ku. Queen tidak akan pergi sebelum menyelesaikan urusannya," tekannya menjelaskan.

"Tapi, gue nggak akan biarin lo membuat masalah untuk Tere," cegat Jayden lagi.

Tawa kencang tiba-tiba muncul dari mulut gadis itu. "Kamu masih belum mengerti kalau dia hadir memang untuk membuat masalah? Dia hanya ingin membantu seseorang. Dia hanya mau melindungi_" dia sengaja menggantungkan kalimatnya kemudian berjalan pelan pada laki-laki itu. "mu,"lanjutnya berujar tepat di samping telinga Jayden. Seringainya kembali terbit menyaksikan raut tegang lawan bicaranya tersebut.

Segera, Jayden kembali memperbaiki ekspresinya agar tidak terkesan terpojokkan. "Kalau begitu, mulai sekarang suruh dia jangan melindungi gue lagi. Gue nggak butuh perlakuan tersebut! Gue hanya mau Tere kembali," ungkapnya sungguh-sungguh.

"Sorry, Queen hanya menerima satu perintah." Dia mengangkat jari telunjuk kanannya. "Kamu tidak bisa memutuskannya," ujarnya menggoyangkan jari telunjuk tersebut ke kanan dan ke kiri seirama dengan kalimat penolakannya.

"Queen!!!" Seru Jayden saat gadis itu mulai melangkah kembali menuju kolam renang.

"Let's go, Jayden. Aku tidak akan membiarkanmu melewatkan pertunjukan kali ini," ucapnya tanpa menoleh.

🎶Sleep my darling Tiny one🎶

"Arghhhhhh......" Jayden menutup kedua telinganya menggunakan tangan sesaat ketika nada sumbang tiba-tiba terdengar di sana. "Kenapa harus di situasi seperti ini?" Gumamnya nampak begitu tersiksa dengan suara yang muncul entah dari mana itu.

Nada sumbang (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora