Queen

25 1 0
                                    


Nyaman.  Satu kata yang dapat menggambarkan kondisi laki-laki berbaju kaos biru lengan pendek dengan celana selutut berwarna hitam itu. Seperti kebanyakan orang intovert pada umumnya, dia menyukai tempat yang sepi, hening, dan menenangkan. Sebab, bagi mereka kehidupan seperti itu rasanya mampu menumbuhkan kembali energi yang tadi terbuang setelah beraktifitas seharian.

Membaca buku salah satu hobinya dalam memanfaatkan sisa waktu malam menjelang istirahat sebelum tidur. Sementara tempat favoritnya pun masih sama, di teras belakang rumah yang menghadap langsung ke sebuah taman kecil dengan kolam ikan yang menghiasi. Entah sejak kapan itu menjadi lokasi yang paling sering dia gunakan untuk mengisi waktu senggangnya. Tidak ada kenangan yang istimewa ataupun berkesan di sana, tetapi ia hanya merasa kalau itu sangat pas dijadikan tempat bersantai bahkan sekadar minum teh pun.

Tidak banyak hal yang dia lakukan selain berkutat dengan tulisan-tulisan sastra yang terbalut dalam tumpukan paragraf bernama buku itu. Hanya musik bergenre pop dengan ritme melow yang cocok menemaninya ditengah-tengah bising suara jangkrik malam. Bukan karena galau, dia memang suka lagu-lagu yang tidak terlalu nge-bit apalagi yang berisik. Jadi hampir seluruh koleksinya adalah musik-musik sedih, ibaratnya saking lirihnya mampu membuat hati orang patah karena terbawa suasana. Disamping itu, sebenarnya laki-laki tersebut memang sengaja menyetel lagu menggunakan earphone hanya untuk mengantisipasi kalau-kalau saja telinganya menangkap bunyi lain yang tidak ingin dia dengar.

Sejauh ini semuanya berjalan dengan lancar tanpa gangguan apapun, hingga tiba-tiba ketenangannya pun terusik sesaat setelah sebuah notifikasi dari handphone mengalihkan atensinya. Jayden melepaskan earphone itu sejenak, kemudian tangannya pun terulur untuk memeriksa pesan yang barusan masuk. Lenguhan panjang terdengar malas spontan keluar dari mulutnya ketika dia menemukan nama Queenesya Theresa yang muncul.

"Mau apa lagi dia?" Gerutunya dalam hati.

Queenesya Theresa
Hai, Tuan kucing!
Malam ini jadi battle 1 vs 1 nggak?
Mumpung kostan lagi sepi nih hehehe;)

Najis. Berdecak pelan, mood Jayden bertambah buruk tatkala melihat isi pesannya yang sangat menjijikkan. Menyesal tadi dia membukanya. Dimanakah kiranya otak gadis itu? Bisa-bisanya berucap ambigu demikian kepada seorang cowok. Jayden sangat normal untuk memahami kemana arah pembicaraan konyol tersebut. Sekalipun niatnya memang untuk bercanda, tapi tetap tidak pantas diutarakan sembarangan, sebab mereka kan tidaklah akrab.

Enggan meladeni hal yang tidak penting itu, dia kemudian meletakkan benda pipih itu ke tempat semula dan melanjutkan bacaannya. Belum sempat mengucap satu kata, lagi-lagi handphonenya berbunyi pertanda pesan masuk. Namun kali tidak sekali dua kali, melainkan beruntun yang kesemuanya hanya berisi satu hurup P.

"Shit!" Umpatan mengalun mulus dari bibir laki-laki itu. Dia benar-benar berhasil dibuat kesal dengan ulah iseng Tere yang kurang kerjaan. Tak lama setelahnya, terdengar lagi benda itu berdering nyaring yang kali ini dengan irama berbeda. Gadis itu menelponnya dan langsung saja Jayden mengangkat panggilan tersebut dengan raut siap menerkam.

"Tuan kucing, lo lagi apa? Dimana? Sama siapa? Udah makan? Udah mandi? Pakai baju apa? Gue tebak l_"

"Berisik!" Sergah Jayden pusing mendengar cerocosan tak berjeda dari seberang sana. Cewek itu memang ingin memancing emosinya. "Mau lo apa sih?" Nadanya benar-benar jengah lengkap dengan raut geram terpampang jelas di sana.

"Tuan kuc_"

"Berhenti nyamain gue dengan binatang berbulu itu!" Jayden hampir kehilangan kesabarannya. Sejujurnya, Jayden menyukai kucing dan tidak keberatan sama sekali kalaupun harus disamakan dengan si anabul. Tapi berhubung yang menjulukinya adalah Tere, si cewek 'gila bin aneh' makanya dia jadi muak. Gadis itu sudah hampir seharian ini mengganggunya terus-menerus bahkan semenjak Jayden mengantarnya pulang tadi sore dia masih tak berhenti menerornya lewat sejumlah pesan singkat.

Nada sumbang (End)Where stories live. Discover now