suspicious

14 0 0
                                    


Aneh. Lagi-lagi perasaan itu kembali mengusik Jayden hingga dia tidak bisa menyingkirkan sedikitpun pikirannya tentang Tere. Begitu banyak kejanggalan serta keganjilan yang tidak biasa, dia temukan dalam diri gadis itu. Siapakah dia sebenarnya dan apa urusannya datang ke sini? Apakah dia benar-benar seorang siswa yang pindah sekolah karena masalah keluarga? Apa dia bisa dikategorikan anak normal seperti keterangannya? Dan yang terpenting, apakah benar kalau dia sedang menghadapi bahaya atau justru dia lah yang berbahaya?

Ketukan kursi menyadarkan lamunan laki-laki itu, dia pun menolehkan wajahnya melirik ke arah seorang perempuan yang tengah duduk di sebelahnya sejenak, sebelum akhirnya kembali memusatkan pandangannya pada semangkuk bubur ayam yang ada di tangannya lalu kemudian melahapnya. Jayden Melanjutkan makannya seolah tidak terjadi apa-apa.

Fraya memperhatikan adik laki-lakinya itu dengan seksama tanpa perlu bertanya, seolah paham betul dengan apa yang sedang dia pikirkan. "Nggak usah terlalu dipikirin, kan masih ada kita yang bisa menjaga Tere," ujarnya mengira kalau Jayden mengkhawatirkan sahabatnya tersebut.

Jayden tak menanggapi, semenit kemudian dia akhirnya bersuara."Mbak," panggilnya dengan kali ini tidak menolehkan wajahnya.

Fraya bergumam kecil menanggapinya sambil terus menyuapkan makanan ke mulutnya.

Tak langsung berbicara, terlihat Jayden mengerutkan keningnya seperti sedang berpikir mengingat-ingat sesuatu. "Setahuku, dulu Tere pernah bilang kalau dia ke sini karena ingin menemui kakeknya. Mbak udah cari tahu belum informasi tentang keberadaan kakeknya Tere? Siapa tahu pihak sekolah punya nomor telepon atau alamatnya," ungkapnya berhasil menarik atensi mbak Fraya.

Wanita itu memasang mimik bertanya. "Tere punya wali lain selain ayah dan ibunya?" Mbak Fraya nampak kaget, sebab selama ini dia memang belum mengetahui apapun informasi tentang Tere selain dia yang merantau.

Dengan ragu, Jayden menggelengkan kepalanya lemah. "Sebenarnya bokap dan kakaknya Tere udah meninggal, sementara nyokap nya belum ada kabar sampai sekarang. Kata Tere, dia datang ke Indonesia untuk menemui kakeknya, tapi karena ada hal lain jadi dia memutuskan kabur dan menetap ke sini untuk sembunyi. Intinya, Tere punya masalah yang rumit dan Jay juga nggak terlalu tahu penyebabnya," ungkapnya lagi-lagi berhasil membuat perempuan tersebut tercengang dengan membelalak kan matanya.

"Jay, kamu serius dengan apa yang kamu katakan? Tere sedang dalam masalah?" Fraya masih tidak menyangka akan mendengar informasi yang sangat tidak terduga tentang gadis penyelamatnya tersebut.

Jayden mengangguk singkat. "Serius, mbak. Bahkan Jay juga sempat beberapa kali mendapati Tere sedang diikuti oleh seseorang. Waktu kejadian mbak pertamakali ketemu Tere bareng Jayden di dekat halte, itu dia sedang diawasi," tuturnya.

"Astaga, mbak nggak nyangka Tere akan mengalami hal mengerikan seperti itu. Kamu kenapa baru kasih tahu mbak sekarang? Kalau kalian punya bukti tentang orang yang mengikuti Tere itu, kita bisa melaporkan mereka ke polisi, Jay. Mbak nggak sanggup membayangkannya kalau sampai terjadi sesuatu pada anak itu dan juga kamu," dia menekankan dengan gurat cemas yang teramat.

Fraya sudah tidak mampu menutupi betapa khawatirnya dia. Sebenarnya bukan hanya soal Tere, tetapi Jayden juga sama. Pasalnya, mereka berdua kan semakin sering bepergian bersama, Fraya takut adiknya itu juga turut menjadi korban si penguntit. Dia tidak mau Jayden kenapa-kenapa, sebab adiknya itu adalah satu-satunya alasan mengapa ia masih sanggup bertahan hingga saat ini.

"Jay takut terlalu ikut campur, mbak. Apalagi masalah keluarga Tere_" kalimatnya menggantung bersamaan dengan manik matanya yang tiba-tiba terpaku pada satu arah. Atensinya teralihkan kala ia tidak sengaja menangkap siluet orang yang sedang dibicarakannya kini tengah melintas di sana. "Tere," paniknya sontak bangkit dari duduknya setelah menyaksikan pergerakan aneh dari gadis itu.

Nada sumbang (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ