manipulatif

14 0 0
                                    

Satu menit, dua menit, hingga hampir lima belas menit berlalu begitu saja tanpa ada yang membuka obrolan singkat bahkan untuk sekadar basa-basi pun tidak. Suasana bising dimana-mana, banyaknya suara kendaraan berlalu-lalang tetap tidak bisa meramaikan keadaan yang benar-benar terasa senyap. Sudah dua kali bus berhenti di depan mereka, namun tidak seorangpun beranjak dari tempat duduknya. Sampai kini halte tersebut hanya menyisakan mereka berdua yang entah akan berdiam diri di sana sampai kapan.

Menatap kosong lurus jalanan depan sana, pikiran Jayden tengah berkecamuk hebat. Setelah semua perdebatan gadis di sampingnya ini dengan salah satu teman kelas mereka tadi, entah bagaimana pandangan Tere terhadap nya lagi. Meskipun sempat membelanya, tapi Jayden tahu kalau dibalik itu, Tere pasti marah kepadanya. Tapi dia juga tengah bingung sekarang ini bagaimana caranya menjelaskan pada gadis itu tentang hubungannya dengan permasalahan hari ini yang sampai menyeret namanya.

"Re," panggilnya memusatkan atensi pada gadis di sebelahnya yang masih bergeming mematung. "Gue minta maaf soal kejadian tadi dan tentang Fino_"

"Bagaimana kronologi dia bisa meninggal?" Tere menyela cepat sebelum Jayden menyelesaikan kalimatnya.

Pertanyaan yang tak pernah diduga oleh Jayden akan dilontarkan kepadanya cukup membuat lelaki tersebut keheranan hingga tidak bisa menutupi raut wajahnya. Awalnya Jayden hanya hendak meminta maaf perihal Tere yang jadi terbawa-bawa masalah pribadi lelaki itu, akan tetapi sepertinya Tere tidak begitu tertarik untuk mendengarkan penjelasannya, namun sebaliknya, dia justru ingin tahu mengenai hubungan keluarga antara dia dan Torafino a.k.a Fino, begitu anak itu akrab disapa.

Mengerutkan keningnya, Jayden tak langsung menjawab hal yang menurutnya sedikit tidak wajar untuk dipertanyakan. Sebab, ini menyangkut aib seseorang apalagi tentang cara kematian yang semestinya lebih baik ditutupi. "Sakit," ujarnya enggan memberitahukan fakta yang spesifik nya.

Gadis itu nampaknya juga menyadari jikalau Jayden tak menyukai pertanyaannya barusan, akan tetapi tetap saja dia ingin kebenaran dari ceritanya. Tere memajukan wajahnya dengan mimik muka serius terpampang jelas di sana. "Jay, apa yang terjadi sama bokap lo bukan hal yang kebetulan,"

Kenapa tiba-tiba mengarah pada sang ayah? Jayden tidak mengerti mengapa Tere  malah membahas ayahnya padahal tadi konteks mereka adalah tentang Torafino. Jangan bilang ini ada kaitannya!

"Bokap lo bisa aja meninggal karena kehabisan darah kalau sampai penyebab utama sakitnya nggak ditemukan. Awalnya kalian mengira dia sakit karena serangan jantung, kan? Torafino juga sama, diagnosis luar karena menderita kecelakaan kalau gue nggak salah?" Tebaknya tanpa meleset sedikitpun.

Lagi-lagi Jayden berhasil dibuat takjub sekaligus cemas oleh penuturan gadis itu. Bagaimana mungkin informasi pribadi dan tertutup tersebut bisa dia dapatkan hanya karena asal menebak? Mustahil untuk dipercaya.  Karena selain keluarga inti mereka, tidak ada orang lain yang tahu kalau Torafino meninggal karena kecelakaan. Hal tersebut memang sangat dirahasiakan, mengingat itu adalah aib bagi almarhum jika sampai nanti ada kabar buruk yang tersebar mengenai kondisi jasadnya yang memang tidak biasa.

Seperti yang diketahui oleh Jayden, keadaan terakhir adik tirinya itu memang terasa sedikit mengganjal. Torafino meninggal saat mengendarai sepeda motor dan sesuai dengan keterangan polisi bahwa almarhum diduga kehilangan keseimbangannya saat berkendara hingga menyebabkan dia terperosok ke dalam jurang usai menabrak pembatas jalan. Anehnya, tidak seperti korban lakalantas lainnya yang bisa dibilang mengenaskan, Torafino berbeda bahkan kematiannya juga bukan dipastikan akibat benturan. Diluar dugaan, dia malah dikonfirmasi meninggal karena kehabisan darah. Dan yang semakin membuat para pihak yang saat itu ikut membantu penyelidikan keheranan adalah pada tubuh Torafino di dapati kondisinya sangat bersih tanpa noda darah sedikit pun. Bahkan luka-lukanya yang mengering pun sudah dalam keadaan bersih tanpa bercak-bercak apapun melainkan hanya menyisakan beberapa goresan dan bekas benturan. Badannya pucat persis seperti mannequin karena tidak ada lagi cairan pada tubuhnya.

Nada sumbang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang