Tere atau Queen

10 0 0
                                    


Bagaimana jika ada dua jiwa dalam satu raga?
Atau dua muka dalam satu kepala?
Atau mungkin dua orang dengan satu wajah?
Bagaimana, menarik bukan?
@my_siee

Entah untuk kesekian kalinya, laki-laki itu tak berhenti mencuri pandang memperhatikan pintu kamar sang kakak yang sedikit terbuka itu. Ada sebuah perasaan tak biasa yang tiba-tiba mendorongnya untuk masuk ke sana. Jika dipikir-pikir selama mereka tinggal bersama, Jayden tidak pernah memasuki kamar sang kakak tersebut semenjak ia pulang dari Amerika beberapa bulan lalu. Biasanya, mbak Fraya selalu mengunci pintu kamarnya ketika dia tidak berada di rumah, tapi ini kenapa malah dibiarkan terbuka begitu saja?

Apakah mbak Fraya ada di rumah? Ah, tapi bukannya kemarin dia bilang sedang ada urusan bisnis selama beberapa hari. Jangan-jangan dia lupa mengunci kamarnya? Itu juga mustahil, sebab mbak Fraya bukan orang yang pelupa. Dalam perasaan ragu, Jayden mencoba mendekat ke sana. Dia memiringkan kepalanya untuk memeriksa ke dalam karena takut dibilang lancang, karena bagaimanapun mereka berdua sudah sama-sama dewasa dan pasti memiliki rahasia pribadi masing-masing.

"Nak Jayden,"

Lelaki itu terperanjat sesaat ketika Bi Nara menyapanya dengan raut kebingungan melihat sang majikan yang mengintip seperti takut ketahuan.

"Bibi," Jayden berusaha mengatur ekspresinya menjadi normal lagi tatkala matanya bersitatap dengan Bi Nara.

Terlihat, Bi Nara ikut memperhatikan kamar mbak Fraya yang belum sempat ditutup. "Ngapain di sini? Mau bangunin nak Tere, ya? Tadi, bibi udah sempat manggil-manggil nak Tere untuk bangun dan sekolah, tapi nggak ada jawaban. Tapi, kayaknya udah bangun ya soalnya pintunya udah terbuka,"

Sontak, kalimat bi Nara berhasil membuat Jayden kebingungan. Keningnya mengerut tak mengerti akan ucapan sang bibi. "Ini kan kamarnya mbak Fraya, kenapa Tere tidur di sini?" bingungnya.

"Bibi juga nggak tahu nak, sudah beberapa malam bibi lihat nak Tere keluar masuk kamar nak Fraya," jelasnya benar-benar tak tahu apapun.

Mendengarnya, Jayden semakin dibuat keheranan sekaligus penasaran. Lagian, bukankah malam-malam sebelumnya mereka masih tinggal di rumah sakit? Lantas bagaimana ceritanya Tere tidur di kamar mbak Fraya selama beberapa malam? Sangat tidak masuk akal. Apa bi Nara salah lihat?

"Tapi entah kenapa bibi merasa aneh banget dengan nak Tere," celetuk wanita itu lagi-lagi menghadirkan tanya.

"Aneh gimana maksud bibi?" Jayden semakin penasaran.

"Aneh aja. Selama beberapa hari belakangan ini bibi lihat nak Tere suka pulang larut malam, itupun dengan memakai gaun merah terus. Padahal, selama bibi di sini nggak pernah tuh melihat nak Tere memakai pakaian seperti itu. Biasanya kan nak Tere kayak laki-laki penampilannya. Jadi, lumayan agak aneh aja," ungkapnya.

Gaun merah? Laki-laki itu mengernyit seraya berpikir. "Bentar, Jayden masih nggak ngerti. Tere pulang ke rumah sendirian malam-malam selama kami di rumah sakit?" Ia coba memastikan lagi jika pembantunya itu tidak salah orang.

"Nggak selalu sendirian kayaknya. Kemarin dia pulang barengan sama mbak kamu, Fraya. Terus, saat bibi nyapa hanya nak Fraya aja yang menjawab, kalau nak Tere cuman diam aja ngikutin kakak kamu ke kamarnya," bi Nara bersaksi.

"Setelah itu bagaimana, bi?" selidiknya lagi.

"Aduh bibi nggak tahu lagi, soalnya habis itu bibi langsung ke kamar."

Nada sumbang (End)Where stories live. Discover now