pelajaran

24 0 0
                                    


"Siapa di sana?" Vera refleks membalikkan badannya ketika telinganya menangkap sebuah suara yang cukup aneh. Entah darimana asalnya, yang jelas matanya tak berhenti menyapu pandang setiap sudut kamarnya yang masih terang benderang karena lampu memang belum dia matikan.

"Bi!" Serunya berteriak.

Dia pikir mungkin pembantunya yang sedang lewat di depan kamarnya, sebab kalau kedua orang tuanya jam segini masih sibuk dengan urusan masing-masing. Papanya di kantor sementara mamanya tengah menunggui tante Alda yang berada di rumah sakit. Vera tak mempunyai saudara kandung, dia adalah anak tunggal keluarga itu. Makanya sekarang hanya ada dia dan asisten rumah tangganya yang tersisa di kediaman tersebut. 

Gadis itu mendongak memperhatikan jam dinding yang menunjukkan pukul 9.10 pm. Belum terlalu malam untuk ukuran seseorang yang memang suka tidur larut seperti dirinya. Akan tetapi tak tahu kenapa, mengapa perasaannya tiba-tiba berubah tidak enak? Dia merasa tidak sendirian di sana, seperti ada seseorang lain lagi di dalam kamarnya dan kini dia juga mendadak seakan-akan terintimidasi oleh sesuatu. Benar-benar seolah ada banyak pasang mata yang tengah memperhatikannya namun entah dari sudut mana.

Buk

Vera lagi-lagi terperanjat ketika mendengar sesuatu atau mungkin seseorang yang terjatuh. Sekarang asal suara dari arah jendela kamarnya. "Siapa itu?" Panggilnya mulai was-was. Karena memang kamar gadis itu berada di lantai satu, makanya suara yang terdengar tadi cukup jelas.

Hening, hanya ada bunyi jangkrik malam tanpa ada sahutan. Vera makin gugup di tempatnya, apalagi suasana yang tiba-tiba menjadi senyap ini seolah sedang mempersiapkan segala kejutan untuknya. Entah kemana tadi suara-suara beberapa tetangganya. Semuanya betul-betul sunyi, bahkan Vera pun bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang berdegup kencang. Atmosfer juga terasa lebih dingin hingga bulu kuduknya seketika meremang sempurna.

Buk

Bunyi jatuh lagi. Oh Tuhan, Vera mulai merasakan takut sekarang. Jangan-jangan ada maling. Bibinya juga entah kemana, dari tadi dipanggil tidak kunjung menyahut. Memberanikan dirinya, Vera perlahan-lahan berjalan menuju ke arah jendela yang sudah terkunci rapat itu. Sebelah tangannya sudah siap dengan memegang sebuah vas bunga, untuk jaga-jaga kalau saja benar ada orang yang mencoba membobol kamarnya tersebut. Menelan ludah kasar, dia lebih dulu mengintip guna memastikan keadaan diluar sana.

Matanya mengernyit keheranan sesaat setelah ia menangkap siluet seseorang tengah berdiri tak jauh dari sana. Perasaan cemasnya yang semula menyerang langsung berganti dengan tatapan bingung tatkala ia melihat sendiri wajah orang tersebut. Tak ingin terlalu banyak menebak, dengan kesal dan gejolak ingin melabrak dia langsung menyingkap kasar penutup gorden pada jendela kaca tersebut.

"Oh, jadi dia pelakunya." Vera bergumam jengkel. Sepertinya dia ingin balas dendam dengan menakut-nakuti Vera. Baiklah, siapa takut. Dengan senang hati Vera akan memberikan pelajaran setimpal karena tingkah lancangnya tersebut.

Gerakan tangan Vera saat akan membukakan jendela langsung terhenti ketika matanya lagi-lagi mendapatkan penglihatan aneh. Dia menatap horor saat cewek di depan jendelanya itu mulai menari-nari di dalam kegelapan. Sangat lincah dan pastinya agak creepy mendapati pemandangan yang tidak biasa tersebut. Vera melihat si cewek bergerak kesana-kemari hingga berputar-putar beberapa kali sebelum akhirnya menjatuhkan diri ke tanah, kemudian bangkit lagi dan berputar untuk kesekian kalinya lalu split. Tak lama dia berjinjit maju mundur dan lagi-lagi berputar dengan tangan terkulai lentik senada. Setelahnya diapun berhenti tak lupa membungkuk hormat sebagai akhir salam tanda selesainya pertunjukan.

Di sepersekian detik berikutnya yang mampu membuat Vera membeku adalah si cewek aneh itu tiba-tiba menatapnya dan tatapan itu langsung tertangkap oleh indera penglihatan Vera. Vera terkesiap saat seringai lebar itu perlahan-lahan muncul dari sudut bibirnya yang nampak pucat. Seketika, otak Vera langsung bisa mencerna jika yang sedang menari-nari tadi bukanlah manusia. Spontan saja Vera pun kembali menutup tirai gorden di hadapannya dan langsung berbalik badan dengan ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat, degup jantungnya semakin tidak terkontrol. Bagaimana mungkin dia mengalami ini? Mustahil jika seseorang tadi itu adalah hantu. Nggak bisa dipercaya. Sungguh, pasti dia sedang berhalusinasi.

Nada sumbang (End)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα