the Queen's blood

15 0 0
                                    


Untuk beberapa orang hidup mu mungkin penting
Namun, untuk sebagian lainnya
hidup mu bukan apa-apa
Misalnya, ada dan tiada dirimu bukan sesuatu baginya
Intinya, siapapun bisa jadi apapun tergantung kebutuhannya

Semoga cepat meninggal orang-orang terkutuk:)


"Serius Lo mimpiin Vera?" Gadis itu nampak begitu penasaran hingga dia tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya.

Jayden memandang lekat kedua manik mata yang tengah menyorot penuh padanya itu. Anggukan kepala menjadi jawaban sebelum dia memulai kembali ceritanya. Ada rasa aneh tiba-tiba muncul tatkala dia mengingat jika mimpi yang selama ini dia tutupi ternyata berhubungan erat dengan seseorang yang kini sedang bersamanya. Mungkin ini salah satu alasan terkuat mengapa dulu waktu pertamakali kenal, dia tidak begitu menyukai bahkan terkesan menghindari gadis ini.

"Nggak hanya Vera, gue juga melihat lo di sana," ungkapnya menambah kerutan di dahi Tere.

"Gue?" Dia menunjuk dirinya sendiri. "So, jadi ini alasannya kenapa waktu itu lo nuduh gue yang mencelakai Vera?" Simpulnya terkait permasalahan mereka kala itu.

"Lo sendiri yang mengucapkan kata-kata ambigu soal perlakuan yang sudah lo lakukan terhadap Vera ketika teman-temannya bertanya tentang tulisan nama lo di bukunya Vera," tuturnya bukan tanpa sebab. Kalimat Tere yang menggiring opininya hingga Jayden mencurigai gadis tersebut.

"Iya, gue akui waktu itu gue emang pernah ngasih pelajaran ke Vera. Tapi cuman pesan suara, itupun gue kirim ke grup sekolah dan nggak ada yang menggubris juga. Dan soal tulisan nama gue, Bondan bilang kalau lo yang menulis itu sendiri dan menyerahkannya pada Vera," timpalnya tak sepenuhnya menyangkal hal tersebut.

Jayden membenarkan dengan anggukkan kepala yang sekali lagi berhasil membuat Tere tercengang. Ternyata memang benar dia. "Ada alasan kenapa gue melakukan itu, dan tentunya semua itu berhubungan dengan mimpi gue," akunya berterus-terang.

"Ya udah, sekarang coba Lo ceritakan semua mimpi lo dari awal dan mengapa pula itu sampai menyangkut diri gue," pinta Tere semakin tidak sabaran ingin mengetahuinya.

"Kejadian awal bermula saat jam istirahat, tepat sesaat sebelum kejadian jatuhnya Vera dari tangga," Jayden mulai menuturkan apa yang sudah dia lihat dari alam bawah sadarnya. Sementara Tere, sedari tadi juga siap memasang telinganya untuk menyimak.

Hal tersebut bermula  tatkala ketika seperti sebelum-sebelumnya, Jayden secara tidak terkontrol kembali melakukan hal yang sama, yakni tertidur di jam pelajaran. Gurunya mungkin sudah menyadarinya, namun mungkin karena saking capeknya menegur Jayden makanya kebiasaan buruknya itu diabaikan begitu saja. Toh, waktu istirahat juga akan segera tiba. Dalam tidurnya tersebut, Jayden mendadak di bawa ke sebuah rumah yang cukup asing baginya karena sebelumnya dia tidak pernah ke tempat itu.

Di sana, Jayden bisa melihat sebuah rumah yang lumayan mewah dengan lampu-lampu bersinar terang. Laki-laki itu lumayan takjub dengan interior rumah tersebut tatkala dia mendadak berpindah tempat setelah melangkahkan kakinya dalam sekali pijakan. Yang mulanya dia berada di pekarangan kini sudah berdiri di dalam rumah itu.

Jayden tahu jika dirinya sedang bermimpi, maka dari itu dia dengan tanpa ragu menelusuri setiap penjuru yang bisa di jejak olehnya. Dia berjalan sembari menyapu pandang sekitar, hingga manik matanya tertuju tepat ke arah ruangan yang pintunya sedang dalam keadaan terbuka. Di dalam sana, Jayden sedikit tersentak kaget ketika dia mendapati salah seorang teman sekolahnya tengah duduk di meja belajar dengan posisi wajah yang sedikit menyamping. Walau tidak begitu jelas, namun Jayden bisa mengenali temannya tersebut.

Nada sumbang (End)Where stories live. Discover now