kutukan

27 2 2
                                    

Byurr.....

Tere terperanjat kaget hingga spontan menghentikan langkah. Matanya membelalak sempurna akibat mendapatkan sebuah serangan tak terduga yang nyaris saja mengenai tubuhnya, jika saja tidak ada Jayden dihadapannya. Atau mungkin serangan tersebut memang bukan ditujukan kepadanya? Yang jelas dia sangat syok hingga sempat membatu beberapa detik sebelum akhirnya ada seorang siswi yang menariknya untuk sedikit menjauh dari sana.

"Ada apa?" Tanyanya kebingungan pada cewek yang tadi menyuruhnya menyingkir. Nampaknya dia adalah salah satu teman dari pelaku yang menyiram Jayden barusan.

"Gue nggak tahu. Pokoknya lebih aman kalau lo menjaga jarak dari dia," ucap cewek itu menunjuk Jayden dengan isyarat.

Gadis itu bukannya setuju namun malah semakin dibuat keheranan, terlebih ulah mereka yang sangat keterlaluan. Tetapi dia juga belum mengerti apa-apa tentang persoalan yang terjadi diantara mereka, jadi bingung mau membela bagaimana. Entah siapa yang benar dan siapa yang sebenarnya bersalah, namun tetap saja Tere sungguh merasa tak tega apalagi ketika dia menyaksikan sendiri bagaimana kondisi Jayden saat ini yang begitu memprihatinkan.

Lelaki itu masih bergeming dengan wajahnya yang basah hanya bisa menunduk hingga terpancar jelas bagaimana buliran bekas minuman bersoda yang tadi disiramkan menetes membasahi seragamnya yang juga telah berwarna kekuningan. Jayden benar-benar hanya diam mematung seolah meresapi dinginnya air berperisa itu menyatu dengan kulit putih pucat nya. Sementara di depan laki-laki itu sedari tadi sudah berdiri seorang perempuan yang tak lain adalah pelaku penyiraman dengan tatapan begitu murka.

Dari sini saja bisa dirasakan jika memang ada permasalahan yang terjadi diantara keduanya. Tere tidak mengatakan apapun karena mengira ini bukan urusannya dan sebaiknya dia tidak usah ikut campur namun cukup memperhatikan saja apa yang akan terjadi selanjutnya. Bisa Tere tangkap kalau perempuan itu nampaknya sedang diliputi amarah.

Apa dia pacarnya? Entahlah. Lantas, mengapa lelaki itu hanya diam saja diperlakukan seperti itu? Apa dia tidak punya keberanian untuk membalas hal memalukan tersebut? Atau takut dicap Cemen karena berani melawan perempuan? Tere hanya bisa menerka-nerka dalam lamunannya. Sementara itu dilain sisi desas-desus buruk tentang Jayden memang sudah berapa kali dia dengar hari ini, tapi tetap saja tidak ada pembenaran mereka bisa bertindak semena-mena begini terhadapnya. Ini sudah termasuk dengan tindak bullying.

"Penyihir, bangsat!" Teriak cewek itu mengumpat murka kemudian kembali lagi menyerang dengan melemparkan bekas minuman yang telah kosong ditangannya hingga tepat mengenai dahi Jayden.

Sekali lagi Tere dibuat tercengang. Kasar sekali. Bukan, itu pasti bukan pacarnya. Jelas sekali kalau ini sudah keterlaluan. Bagaimana mungkin dia tega melakukan perbuatan menganiaya kepada seorang siswa? Dan juga, ini masih dalam lingkungan sekolah pula. Sekolah yang semestinya menjadi tempat menimba ilmu mendadak jadi ajang saling ejek. Sebenarnya ada apa ini? Mengapa dia menyebut Jayden seorang penyihir? Gadis itu berkutat dengan sejumlah pertanyaan dalam benaknya.

"Gue tahu, lo pasti yang menyebabkan tante gue kecelakaan. Ini semua pasti ulah lo. Karena lo orang terakhir yang ditemuin tante Alda sebelum dia kecelakaan kemarin!" Siswi itu nampak menggebu-gebu meluapkan amarahnya kepada Jayden bahkan sampai menarik kerah baju seragamnya lalu mendorongnya kuat.

Jayden menggertakan giginya dengan tangan yang terkepal kuat di samping tubuhnya. Sebisa mungkin menahan tubuhnya yang sempat terhuyung, mencoba untuk tetap tenang. Matanya memejam sebentar sementara otaknya berusaha mencerna setiap perkataan penuh kekesalan itu. Dia tidak marah ataupun merasa tersinggung, memang sepatutnya dia saja yang disalahkan atas masalah tersebut.  Lagipula, dia juga sudah menyiapkan hari ini, makanya tidak terlalu mengherankan lagi ketika menghadapi semua caci maki tersebut.

Nada sumbang (End)Where stories live. Discover now