Selangkah lebih dekat

725 115 3
                                    

🏥🛌🩺

"Makanya jangan gegabah jadi orang" ucap orang yang duduk di kursi samping ranjang rumah sakit itu.

"Namanya juga khawatir gimana Han, lagian gue udah nanya shua waktu itu tapi dia nggak langsung kasih tau" jawab Abang kesal setelah mendapat omelan panjang dari mas Han, mas Han hanya tersenyum tipis.

"Abang Ini buahnya di makan dulu" ucap Chan yang baru datang mendekat setelah selesai mengupas buah bersama bang Ochi.

"Terimakasih adek" bang Cheol tersenyum melihat hal itu, kemudian ia membuka mulutnya ketika Chan mulai menyodorkan sepotong buah itu.

Setelah memberikan Abang sebuah suapan, Chan kembali menyodorkan potongan lainnya. Kali ini di tujukan untuk mas Han, mas Han mengerutkan keningnya.

"Mas.. aaa... buka mulutnya" ucap Chan merayu mas nya itu,

"Lho, kenapa mas Han jadi kena juga.." mas Han sempat menolak, tapi setelah melihat senyum Chan yang hilang saat ia menolak akhirnya ia mengalah.

"Nah.. gitu dong" ucap Chan yang senyumnya kembali merekah, setelah berhasil menyuapi potongan buah itu ke mas Han.

"Habisnya mas Han dari pas Dateng mukanya udah nggak enak banget" protes Chan kepada mas Han, yang di sebut namanya hampir tersedak makanannya,

"Mas.. hati-hati.." ujar Chan seraya menyodorkan minuman ke arah mas Han, setelah itu mas Han minum.

"Ada apa sih Han?" Tanya Abang yang menyadari tentang apa yang dikatakan Chan adalah benar adanya, tapi mas Han hanya menggeleng kecil.

Abang, bukan orang yang gampang di bohongi. Ia tau ada hal yang menggangu adiknya itu, tapi ia juga tak bisa untuk selalu memaksanya bercerita. Abang akan selalu sabar menunggu ia mengatakannya langsung. Walau pada akhirnya terkadang terpaksa bertanya karena sudah terdesak.

~~~~~

"Adek nggak capek?" Tanya Abang saat melihat Chan masih bolak-balik di ruangan itu setelah kepergian semuanya. Mas Han dan bang Ochi sudah pamit untuk kerja, bang Jun sedang pulang untuk mengambil baju dan bersih-bersih dan kak nu juga pulang untuk istirahat.

"Nggak kok Abang" ucap Chan sambil tersenyum senang, lalu duduk di samping Abang.

"Abang mau apa? Bilang aja sama Chan.. nanti Chan bantu" ucapnya, matanya berbinar menatap Abang. Abang tersenyum hangat, ia bersyukur dengan kehadiran si bungsu.

"Nggak adek.. Abang nggak perlu apa-apa.." Chan mengangguk mendengar jawaban Abang,

"Oh iya, adek.. nanti kalau bang Jun Dateng, dan mas shua mampir.. adek ikut pulang sama mas ya.." ucap bang Cheol,
Chan yang mendengar itu mengerutkan keningnya

"Kenapa?" Tanyanya

"Ya, biar adek bisa istirahat di rumah.. besok kan Adek masuk sekolah" jawab Abang, sambil meraih dan mengelus pelan tangan Chan.

"Nggak mau.. Chan nggak mau pulang.."

"Lho, adek kan janjinya cuma hari ini nggak masuk sekolah nya.." kini Abang mulai protes dengan jawaban Chan,

"Abang.." panggil Chan, ia meraih tangan Abang, dan bergantian mengelusnya lembut,

"Chan boleh temenin Abang di sini ya.. ya..?" Rengek nya,

"Adek nan-"

"Abang.. nanti Abang kesepian di sini.. Chan temenin Abang ya..? Boleh ya..?"

Abang menarik nafas panjang, membelai lembut Surai si bungsu,

"Kalau boleh tau kenapa adek pengen banget temenin Abang di rumah sakit? Kan masih ada mas dan Abang yang lain, nanti biar gantian jagain Abang.."

"Abang.. Chan nggak mau Abang kesepian.. dulu, Chan pernah dirawat di rumah sakit. Dan nggak ada siapa-siapa yang temenin Chan, Chan kesepian.. Chan takut.. Chan ngg-" suara Chan melemah, air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya hampir jatuh,

The warmth | Lee Chan Dino Seventeen Where stories live. Discover now