112 || Papih yang Minta!

77 17 5
                                    


Sesampainya di rumah sakit, langkah kaki Yohan segera menuju area tertutup di mana Yena dirawat. Namun, betapa terkejutnya Yohan saat dia menemukan Hangyul berada di sana, duduk di sebelah Sakura yang duduk berdampingan dengan maminya juga.

"Lo kok bisa ada di sini?" tanya Yohan ketus, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.

Jessica yang melihat itu segera menegur putranya. "Kak, nggak boleh gitu, ah! 'Kan Hangyul kesini punya niat baik buat jengukin teteh."

"Nah, itu dia masalahnya, Mih. Bukannya kita sudah sepakat kalau nggak akan ngasih tahu siapapun soal keadaan Yena selain keluarga internal?" Yohan tanpa segan berbicara seperti itu bahkan ketika bukan hanya Hangyul yang ada di sana, melainkan Sakura juga.

Bisa saja perempuan itu juga tersinggung dengan perkataan Yohan, tetapi Yohan bahkan tidak peduli dengan hal itu.

"Papih yang minta, kenapa? Kakak keberatan?" Donghae datang dari arah ruangan Yena, langsung masuk ke dalam pembicaraan tanpa diundang.

Wooseok yang kini berdiri di belakang Donghae pun hanya diam dan menunggu reaksi dari adiknya. Memang benar mereka sudah sepakat untuk tidak memberi tahu orang lain, tetapi Wooseok pikir papinya pasti memiliki pertimbangan lain sampai harus menghubungi Sakura dan Hangyul agar datang ke rumah sakit.

"Tapi, kenapa, Pih? Memang Papih mau kalau sampai banyak orang yang tahu tentang keadaan Teteh terus menyebarkan gosip yang bukan-bukan di kampus?" balas Yohan tersungut emosi.

Wooseok yang awalnya tidak berniat menanggapi kemarahan adiknya pun terpaksa maju karena takut Sakura akan tersinggung dengan perkataan Yohan. "Kak, bicaranya jangan keterlaluan! Kalau kamu bicara begitu, sama aja kayak menuduh Sakura dan Hangyul akan menyebarkan gosip tentang Yena di kampus. Bukannya Hangyul itu sahabat terdekat kalian, kamu nggak percaya sama dia?"

Yohan mendadak bungkam. Dia bukan bermaksud menuduh, hanya saja karena pikirannya saat ini sedang kacau, dia jadi tidak bisa mengendalikan diri.

"Mending lo ikut gue deh, kayaknya kita perlu bicara berdua." Hangyul buru-buru menyeret Yohan untuk menjauh dari keluarganya. Bisa gawat kalau sampai Wooseok semakin terpancing emosi dan keduanya bertengkar.

Keadaan Yena yang masih sakit saja sudah membuat Jessica dan Donghae tertekan, bagaimana kalau mereka juga harus melihat anaknya yang lain bertengkar?

"Lepas!" Yohan segera menangkis tangan Hangyul yang memegangi lengannya. Hangyul mengangkat kedua tangannya ke udara, kemudian berkata, "Santai, bro! Jangan terlalu tegang."

Hangyul menghela napas pelan, kemudian menatap Yohan dengan pandangan menyelidik. "Lo kenapa, sih? Perasaan dari tadi pagi bawaannya emosi mulu. 'Kan bisa kalau bicara itu baik-baik, nggak perlu sekasar tadi. Lo nggak liat, gara-gara lo tadi Aa' Wooseok jadi ikutan terpancing emosi?"

Yohan tidak membalas perkataan Hangyul. Dia hanya duduk di bangku panjang dekat area ruang rawat Yena. "Gue cuma takut anak kampus tahu soal keadaan Yena dan mengulik penyebab kenapa Yena bisa sampai masuk rumah sakit," aku Yohan.

"Yena begini karena dia nggak sengaja minum obat kadaluarsa yang seharusnya meredakan sesak napasnya. Dan lo tahu sendiri, Yena cuma mengalami sesak napas kalau dia lagi banyak pikiran. Gue nggak mau, pas dia bangun, perkataan orang-orang malah buat dia stres dan penyakitnya kambuh lagi. Kondisi Yena sekarang aja belum bisa dikatakan baik-baik saja, Gyul. Gue cuma takut adik gue —"

"Hussh. Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. Gue tau lo yang paling bisa merasakan sakitnya Yena karena kalian kembar, perasaan kalian satu sama lain terikat. Tapi hal ini juga nggak bisa dijadikan alasan lo buat overthinking. Lagian Yena 'kan sudah selesai dioperasi, Dokter tadi juga bilang kalau perkembangan kondisi Yena semakin bagus. Lo harus percaya kalau Yena pasti akan sembuh, Han." Hangyul berusaha keras menenangkan Yohan yang sedang ketakutan. Mereka berteman tidak hanya setahun dua tahun, Hangyul jelas tahu sebesar apa kekhawatiran Yohan terhadap Yena sekarang.

Bahkan, Yohan mengabaikan hal lain karena dia terlalu takut dengan keadaan Yena sekarang. "Gue udah gagal jagain Yena sekali, jangan sampai hal ini terulang lagi," ungkap Yohan, meraup wajah dengan kasar. Bahkan kedua matanya sudah berkaca-kaca.

"Rasa bersalah lo sama Yena, bukan cuma lo aja yang ngerasain, tapi semua anggota keluarga lo yang lain juga. Om Donghae, Tante Jessica, Aa' Wooseok, Chaeyeon, atau mungkin Bang Seungwoo. Semua pasti ngerasa gagal jagain Yena, bahkan gue juga termasuk, karena gue sahabat Yena dan nggak bisa lihat kalau Yena lagi dalam kesulitan sampai penyakitnya kambuh."

Hangyul menepuk sebelah bahu Yohan. "Tapi ... rasa bersalah yang lo rasain sekarang harusnya bisa jadi pelajaran, supaya kita bisa lebih peka memahami perasaan orang-orang di sekitar kita. Dan itu yang dilakuin sama bokap lo sekarang."

Yohan menolehkan kepala, menatap Hangyul dengan dahi yang mengkerut. "Maksud lo?"

"Lo pikir apa alasan Om Donghae nyuruh gue dan Kak Sakura datang ke rumah sakit?" ucap Hangyul, menuntut Yohan untuk menanggapi pertanyaannya.

Yohan menaikkan sebelah alisnya, mencoba untuk berpikir. "Buat ngasih tahu keadaan Yena?"

"Ya, tapi gue rasa itu bukan tujuan utama. Lo tahu nggak waktu Om Donghae hubungi gue, dia bilang apa?"

Hangyul berhasil menarik Yohan untuk tertarik mengikuti arah pembicaraannya. "Apa?"

"Dia minta gue datang ke rumah sakit buat ketemu lo. Nemenin lo, hibur lo dan jagain lo supaya nggak ikutan sakit gara-gara kepikiran soal kondisi Yena."

Atas perkataan Hangyul barusan, Yohan mengerutkan dahi sampai kedua alisnya hampir bertautan. "Papih ngomong gitu?"

Hangyul mengangguk mantap. "Iya. Memang lo pikir, Om Donghae minta gue datang buat nemenin siapa? Chaeyeon? Mana mungkin! Kayak lo nggak tahu bokap lo gimana aja. Yang ada kita malah disuruh jaga jarak. Nggak boleh deket-deket," ungkap Hangyul, bicaranya pakai nada judes seperti agak menyimpan dendam dengan ayah kekasihnya, karena ruang geraknya menjadi terbatas saat berpacaran dengan Chaeyeon.

Namun, Hangyul tidak pernah keberatan, karena dia tahu Donghae hanya ingin menjaga Chaeyeon. Hangyul bisa memahami setiap sikap yang Donghae tunjukkan padanya.

"Omong-omong soal Chaeyeon, kok gue nggak liat dia tadi? Di mana adek gue?" tanya Yohan, setelah sadar kalau Chaeyeon tidak ada di antara mereka.

Hangyul mendadak gugup, dia tidak tahu harus menjawab apa. Perlukah dia menjawab jujur?

"Gyul, malah bengong! Gue nanya!"

"Yaelah, Bambang! Sabar napa! Jawab juga perlu waktu kali! Jadi orang jangan grusa-grusu kalau kata adik gue yang doyan belajar bahasa jawa!" balas Hangyul, cara bicaranya menjadi lebih cepat karena dikejutkan oleh Yohan.

"Jadi?" tanya Yohan, mengulang kata.

"Apa?" Hangyul pura-pura bodoh, padahal aslinya ya memang agak bodoh beneran.

"Di mana Chaeyeon?!"

"Ruangan Mbak Eunbi! Tadi Chaeyeon bilang mau jenguk Mbak Eunbi." Saking terkejutnya mendengar sentakan Yohan, akhirnya Hangyul kelepasan bicara.

Gawat! Setelah ini Chaeyeon pasti akan marah padanya karena memberitahu Yohan kalau dia mengunjungi Eunbi. Padahal jelas Chaeyeon sudah berpesan untuk tidak mengatakan kepada siapa-siapa tentang keberadaannya, mengingat kalau anggota keluarga Lee masih sensitif dengan persoalan Eunbi.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAMILY SERIES || Keluarga LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang