92 || Dibutakan Cinta!

75 16 2
                                    


"Apa karena alasan itu juga Papih minta Kak Hangyul untuk berhenti mendekati adek?"

Donghae terkejut dengan pertanyaan Chaeyeon barusan, sampai tanpa sadar menolehkan kepala dan bersitatap dengan Chaeyeon yang kebetulan mendongakkan kepala juga. "Adek nggak sengaja dengar perkataan Papih ke Kak Hangyul," aku Chaeyeon.

Waktu itu dia hanya berniat mengantarkan minuman kepada Hangyul dan juga Donghae yang sedang berbincang berdua di pinggir kolam renang, tetapi dia justru secara tidak sengaja mendengar perkataan papinya yang meminta Hangyul untuk berhenti mendekati Chaeyeon.

Donghae hanya diam karena tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan Chaeyeon barusan.

"Jujur adek kecewa waktu dengar itu, tetapi setelah mendengar masalah abang, adek jadi paham kenapa Papih bersikap seperti itu. Maafin adek ya, Pih?"

Chaeyeon menatap papinya dengan mata berkaca-kaca, berkedip sekali saja mungkin akan jatuh air mata gadis itu.

Donghae menarik kedua tangan putri bungsunya untuk digenggam, kemudian mengusap air mata Chaeyeon yang mulai berjatuhan.

Benar saja, gadis itu menangis di hadapannya sekarang. Hati Donghae rasanya hancur berkeping-keping setelah melihat Yena menangis sampai tidak sadarkan diri, sekarang Chaeyeon juga meneteskan air matanya.

Padahal ketika mereka berdua baru lahir, Donghae pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan kedua putrinya meneteskan satu tetes air mata pun selama Donghae masih bernapas. Namun, sekarang dia gagal melakukannya.

"Adek jangan nangis," Donghae mengusap bekas air mata di pipi Chaeyeon dengan lembut, "papih jadi sedih lihat teteh sama adek begini. Papih merasa gagal jagain kalian. Lagipula seharusnya bukan adek yang minta maaf, tapi papih. Nggak seharusnya papih juga menilai Hangyul seperti itu hanya karena abang kamu melakukan kesalahan."

Chaeyeon semakin menangis kencang mendengar ucapan papihnya. Dia jelas tahu dari semua masalah yang terjadi kepada Seungwoo ataupun Yena sekarang, hati orang tua mereka yang paling sakit.

Melihat kedua mata Donghae yang kian memerah, Chaeyeon yakin bahwa papinya sedang berusaha menahan tangis, karena itu Chaeyeon memutuskan untuk mengusap air matanya dan berhenti menangis. "Papih tahu nggak, buat kami, papih sama mamih itu orang tua terbaik sedunia. Kami beruntung jadi anak kalian."

Senyum Chaeyeon merekah dengan sempurna, memancarkan aura kebahagiaan yang positif. "Dan soal masalah Kak Hangyul, Papih nggak perlu cemas. Adek janji sama Papih untuk selalu jaga diri, adek akan pastikan kalau kami berdua nggak akan menciptakan situasi atau keadaan yang membuat hubungan adek dan Kak Hangyul melewati batas."

Donghae ikut tersenyum dengan tatapan penuh kebanggaan. "Putri kecil papih ternyata sudah dewasa ya, sudah bisa jaga diri sendiri. Bahkan sudah menemukan orang lain buat jagain adek. Papih jadi nggak begitu dibutuhkan dong ya sekarang?"

Chaeyeon tahu bahwa perkataan Donghae barusan hanyalah sebuah candaan, karena itu dia juga menanggapi dengan santai. "Nggak dong. Kan selamanya Papih akan jadi superhero adek nomor satu!"

Donghae terkikik mendengar perkataan Chaeyeon, putri kecilnya itu memang selalu bisa menjadi pelipur lara untuknya. Dia mengecup puncak kepala Chaeyeon lalu memeluknya.

Donghae mengakui dibanding Seungyoun, Hangyul lebih bisa dipercaya. Hangyul adalah orang yang tepat untuk putrinya, terlihat dari bagaimana perubahan yang terjadi pada Chaeyeon.

Chaeyeon menjadi pribadi yang lebih percaya diri sejak berpacaran dengan Hangyul, lebih ekspresif bahkan memiliki kemampuan untuk menghibur orang lain.

FAMILY SERIES || Keluarga LeeWhere stories live. Discover now